Para Tokoh Sumut Utamakan Infrastruktur
MEDAN- Dua nama yang selama ini santer disebut-sebut akan maju dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2013 mendatang. Keduanya adalah Direktur Utama Bank Sumut Gus Irawan Pasaribu dan Pangkostrad Letjen TNI AY Nasution.
Pernyataan Gus Irawan disampaikannya usai syukuran Prof DR Bomer Pasaribu menjadi Duta Besar Penuh Kerajaan Denmark dan Republik Lithuania, kemarin (25/2).
“Saya siap (untuk maju sebagai calon Gubsu). Banyak dukungan yang saya terima dari masyarakat Sumatera Utara,” tegas Gus Irawan.
Sedangkan pernyataan AY Nasution disampaikan saat menerima award sebagai ‘Tokoh Militer Peduli Pers’ dan ‘Tokoh Low Profile di Hotel Grand Antares, Rabu (22/2) lalu. “Saya siap maju, siap memenuhi pangilan mengabdi di Sumut,” ujar AY Nasution.
Lebih lanjut dikatakan Gus Irawan, pencalonan dirinya untuk maju dalam pertarungan Pilkada Gubsu yang akan datang akan dimusyawarahkan dengan pihak keluarga.
“Saya orang ekonomi dan mempunyai pendidikan ekonomi. Untuk menindaklanjuti dukungan masyarakat itu, saya harus mengukur segala sesuatunya dan juga harus dimusyawarahkan pada pihak keluarga,” tegasnya.
Adik kandung Bomer Pasaribu ini juga mengucapkan terima kasih pada masyarakat yang telah mendukung dirinya untuk maju dalam pertarungan pemilihan Gubernur Sumatera Utara yang akan datang.
“Saya sangat tersanjung dan berterima kasi pada masyarakat yang telah mempercayai dan mendukung saya untuk maju dalam pilkada yang akan datang ini.Namun demikian kita juag harus mengukur diri dan melakukan musyawarah.Apabila keluarga mendukung dan masyarakat mendukung, saya secara pribadi akan siapp untuk maju,” tegasnya.
Sementara itu Bomer Pasaribu selaku abang kandung Gus Irawan Pasaribu, secara pribadi mendukung adiknya untuk maju dalam pilgubsu yang akan datang.
“Kalau memang adik saya (Gus Irawan) itu ingin maju ya kita akan mendukungnya.Dan ini memang harus dibicarakan oleh pihak keluarga, karena untuk maju itu membutuhkan segala sesuatunya yang siapp,” tegas Bomer Pasaribu.
Sementara itu trade record keluarga Gus Irawan Pasaribu baik dalam birokrat ataupun politisi di Sumatare Utara tidak dapat diragukan kan lagi.
Abang Gus Irawan Pasaribu, yakni Prof DR Bomer Pasaribu mempunyai segudang prestasi diantaranya pernah menjabat sebagai menteri di Kabinet Abdul Rahman Wahid, ia juga politisi kawakan dari Partai Golongan Karya.
Selain itu H Panusunan Pasaribu pernah menduduki posisi jabatan strategi di Pemerintahaan Propinsi Sumatera Utara, terakhir menjabat sebagai Ketua Yayasan Pekan Raya Sumatera Utara.
Sedangkan H Ibrahim Pasaribu, seorang pelaut, H Syahrul M Pasaribu sendiri saat ini sebagai Bupati Tapanuli Selatan, Hj Lisnawati Pasaribu seorang PNS di Padangsidimpuan dan.Jon Sujani Pasaribu,menduduki jabatan strategis di BNI yang sekarang ini calon Direksi Utama BNI Jakarta.
Sementara AY Nasution yang disampaikan dalam sambutannya usai menerima award yang diserahkan Pembina Lembaga Wartawan Indonesia (LWI) Mayjen (Purn) Syamsul Djalal saat pengukuhan keanggotaan LWI Sumut.
Sebelum menerima award, mantan Aster Panglima TNI ini sempat mendengarkan keluh-kesah dan pengalaman wartawan saat meliput di lapangan. Entah beberapa kali AY bertepuk tangan lantaran terkesima dengan pengalaman liputan yang disampaikan oleh Osriel Limbong yang dilantik sebagai Ketua LWI malam itu. Gaya bertutur Osriel yang begitu bersemangat dengan gerakan tangannya yang terangkat membuat AY tertawa dan menganggukan kepala. Tawa sang jenderal pun disambut tepuk tangan puluhan wartawan yang hadir malam itu.
Osriel mengatakan penganugerahan ‘’Tokoh Low Profile’’ diberikan kepada AY lantaran dirinya yang selalu ramah kepada siapa pun. Penilaian lain, menurut Osriel, selain putra daerah, sosok alumni SMAN 2 Medan ini amat mengenal karakter daerah dan psikologis masyarakat Sumut.
“‘Tugas-tugas militer dengan sering datang ke sini juga menjadikannya semakin mengenal Sumut dan tokoh-tokoh masyarakat setempat,’’ ujarnya. Osriel yakin meskipun lahir sebagai anak tentara dan aktif di dunia militer AY merupakan sosok yang jauh dari sikap otoriter. ‘’Kalau gaya bicara yang selalu tegas, lugas, dan blak-blakan, ya itu pasti. Militer memang harus seperti itu,’’ katanya.
AY yang berbicara tanpa teks mengaku tersanjung atas penganugerahan award kepada dirinya. ‘’Saya malah justru salut kepada wartawan,’’ katanya. Menurut jebolan AKABRI angkatan 1977 ini, wartawan itu lebih berbahaya daripada prajurit terlatih sekalipun. ‘’Kalau prajurit sekali tembak paling hanya satu atau beberapa orang yang tewas, tapi kalau wartawan sekali ‘’tembak’’ bisa satu negara yang kena,’’ kata AY yang disambut riuh anggota LWI.
Sebab itu pula, dia meminta, kalangan pers agar santun dan berhati-hati dalam menjalankan tugas, terutama dalam memuat berita yang bersinggungan dengan pribadi orang lain. ‘’Praktik jurnalistik yang salah seringkali membuat profesi wartawan diasosiasikan negatif,’’ katanya.
Ketua Umum DPP LWI Inan Riau Hasibuan mengakui sikap blak-blakan dan ketegasan AY menjadi modal kuat untuk maju di perhelatan Pilgubsu 2013-2018. ‘’Sifat yang dimiliki Pak AY saya pikir amat cocok untuk memimpin Sumut ke depan. Ini karena kultur dan karakter masyarakat Sumut dikenal keras,’’ tukas Inan. Hal senada disampaikan oleh Mantan Korwil GMKI Guntur Hutajulu yang menilai AY memiliki kriteria yang dibutuhkan untuk memimpin Sumut. Salah satunya adalah sifat terbukanya yang membuat kalangan pemuda dan aktivis nyaman berkomunikasi dengan pria yang digadang-gadang menjadi Gubsu peridoe 2013-2018 tersebut . ‘’Kami berharap Pak AY tetap komitmen dengan sikap terbukanya bila kelak terpilih’’, katanya. Dahri Maulana, tokoh pers Sumut, menilai profil AY sebagai sosok yang terbuka amat tepat dalam memimpin Sumut lima tahun ke depan.
Acara pelantikan pengurus LWI dan penganugerahan award kepada AY Nasution malam itu turut dihadiri oleh Pangdam I/BB Mayjen Lodewijk Paulus, Ketua DPRD Sumut Amiruddin, Walikota Medan Rahudman Harahap, Wakil Walikota Medan Dzulmi Eldin, tokoh-tokoh agama dari MUI Medan, tetua adat, dan sejumlah tokoh kepemudaan.
Perjuangkan Infrastruktur
Dua tokoh Sumatera Utara, H Fadly Nurzal S Ag dan DR Chairuman Harahap SH M Hum hadir dalam seri diskusi tokoh dalam tema mengusung visi membangun Sumatera Utara 2013-2018. Kedua tokoh itu sepakat infrastruktur adalah hal utama pembangunan Sumut.
Diskusi seri tokoh yang diusung Institut Solusi Indonesia (ISI) digelar Sabtu (25/2) di Grand Swiss Bell Hotel, Medan. Diskusi itu dipandu Direktur ISI, M Ikhyar dan hadir sebagai penyeimbang, Agus Marwan, yang juga dari bidang kajian politik ISI.
Peserta diskusi yang hadir diantara sejumlah pengamat politik serta politikus yang sempat meramaikan jagad perpolitikan Sumatera Utara dan Kota Medan. Diantaranya, Nelly Armayanti Lubis, Bustami, serta pengamat politik, Ahmad Taufan Damanik, Dadang Darmawan, Nuzirwan Lubis. Kemudian, pengamat anggaran, Elfenda Ananda.
Dalam paparannya, Fadly Nurzal menyebutkan, Sumatera Utara merupakan propinsi yang super lengkap, semuanya ada. Ketika ditanya potensinya, jawabannya ada, kemudian masyarakatnya terbuka dan menjadi barometer nasional.
Hanya saja, sekarang ini Sumut kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat. Ada kecenderungan pusat lebih memandang Indonesia di bagian Timur yakni Makasar. Padahal bila dilihat dari potensinya, Sumut itu memiliki segalanya.
“Buktinya di Sumut ada masyarakat terbuka, tapi di propinsi lainnya tidak ada. Hal inilah yang seharusnya pemerintah pusat memperhatikannya,” ujarnya.
Sumut memiliki jalan terpanjang di Indonesia. Karena panjangnya jalan tersebut, masyarakatnya menderita akibat banyak jalan berlobang. Persoalan inilah yang seharusnya diperjuangkan tokoh, politisi, birokrat asal Sumut, memperjuangkan anggaran untuk memperbaiki jalan berlobang tersebut.
“Bila tak bisa diambil anggaran dari pemerintah pusat, lebih baik dibuat sistem huru-hara saja. Sehingga ada perhatian Pemerintah Pusat ke Sumut,” ujar Fadly Nurzal.
Fadly membeberkan, uniknya persoalan infrastruktur jalan ini tak seimbang dengan jumlah kendaraan yang melintas. Padahal, setiap propinsi itu memiliki pendapatan asli daerah (PAD) primadona dari pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama. Bila itu menjadi primadona, maka kendaraan harus banyak di Sumut.
“Bila jumlah ruas jalan harus banyak, akibatnya ruang publik semakin sempit dampaknya interaksi sosial personal terkesan sombong,” ujarnya.
Dalam mengatasinya, perlu ada kordinasi apik kepada kabupaten/kota, sehingga investor yang masuk tak merasa diperas, koordinasi dengan penegak hukum dan pemuda. Sehingga persoalan anggaran pusat bisa diraih sebanyak-banyaknya untuk pembangunan infrastruktur di Sumut.
“Kita butuh pemimpin yang mau, kalau pemimpin yang berani bisa bahaya. Kemudian pemimpin yang mau itu memiliki rasa empati, solidaritas, dan rasa perhatian,” katanya.
Di kesempatan yang sama, Chairuman Harahap mengatakan, kehadirannya bukan karena ingin maju atau tidaknya menjadi Gubsu periode 2013-2018. Dia hanya ingin memberikan sumbangsih pemikiran sebagai warga Sumut untuk membangun daerah ini di masa mendatang. Dalam penuturannya, membangun Sumut diperlukan otonomi daerah yang mutlak, sehingga daerah bisa membangun wilayahnya.
Selama ini, katanya wilayah Pantai Timur atau biasa disebut selat malaka banyak dilintasi kapal besar, tapi kenyataannya Sumut tidak ada mendapatkan apapun. Padahal, jika dimanfaatkan wilayah Pantai Timur menjadi tempat singgah, tentunya banyak pendapatan yang datang ke Sumut.
Sementara itu, pengamat politik Ahmad Taufan Damanik mengatakan, Sumut dalam pandangan ASEAN bukan apa-apa. Semuanya melihat Jakarta. Potensi Sumut sebenarnya sangat kuat. Seperti Wilmar itu listingnya di Singapura. Padahal kebunnya di Sumut.
Sekarang ini, paparnya Problem kita disintegrasi sudah terjadi, gerak bersama elemen sosial politik terganggu. Makanya, sekarang ini Sumut tertinggal dalam perpolitikan nasional. Apalagi kita semua sudah mengetahui bagaimana persatuan orang Sumsel, Sulsel dan Jatim. Uniknya, Sumut tak ada.
“Sering main sendiri-sendiri. Makanya butuh pemimpin yang bisa menyatukan dan merekatkan potensi di Sumut ini,” sebutnya.
Harus Putera Daerah
Bagi sejumlah elemen kemasyarakatan Sumut, sosok pemimpin periode 2013-2018 mendatang dari putera asli daerah, sudah harga mati. “Ya iyalah, orang Sumut asli. Putera daerah yang mengerti dengan geografis Sumut, untuk Sumut yang lebih cemerlang. Terserah dari birokrasi, politisi atau kalangan profesional. Tabulasi atau survey yang dilakukan,” ungkap Ketua Umum (Ketum) Ormas Sumut Cemerlang, Daudsyah, seusai deklarasi ormas tersebut yang dihadiri 33 pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Sumut Cemerlang, di Lantai II, Griya Benn, Jalan T Amir Hamzah, Medan, Sabtu (25/2).
Selain itu, sosok pemimpin Sumut untuk periode 2013-2018 mendatang, juga mesti memiliki sejumlah kriteria lainnya.
Pertama, sosok atau figur pemimpin mesti memiliki sifat jujur. Kriteria jujur ini, bukan hanya digembar-gemborkan saja, tapi harus sesuai fakta dan kenyataan yang ada. Selain itu, cerdas, berprestasi, serta minim konflik.
Kriteria lainnya adalah harus mampu membangun kriteria pertumbuhan ekonomi yang baik, untuk masyarakat Sumut.
“Kami akan melakukan tabulasi serta melakukan konsolidasi di 33 kabupaten/kota, guna melakukan survey dan penjaringan untuk sosok-sosok yang layak untuk menjadi pemimpin Sumut. Perlu digarisbawahi, kita juga akan memantau atau meneilisik, silsilah keluarga dari para tokoh-tokoh itu. Jangan sampai, ada yang tersangkut masalah kriminal, hukum da masalah lainnya. Pertengahan tahun ini, kita akan mendeklarasikan siapa tokoh atau sosok yang nantinya, layak untuk menjadi pemimpin Sumut 2013-2018 mendatang,” ungkapnya. (rud/tms/ril/ari)