MEDAN, SUMUTPOS.CO – Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan telah menyelesaikan rangkaian pemberangkatan jamaah calon haji ke Tanah Suci, Makkah. Hingga kloter 24, PPIH Embarkasi Medan mencatat, ada 6 jamaah asal Sumut yang wafat. Rinciannya, 3 wafat di Arab Saudi dan 3 tiga di Asrama Haji Medan
“Di Makkah ada 3, tadi ada satu jamaah calon haji yang meninggal saat dirawat di rumah sakit. Sementara 2 orang lagi di Asrama Haji, total ada 6 jamaah wafat,” kata Ketua PPIH Embarkasi Medan, H Ahmad Qosbi di Aula Jabal Nur, Asrama Haji Medan, Jumat (16/6).
Menurut Qosbi, selama penyelenggaraan ibadah haji, jumlah jamaah wafat tahun ini terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Ini merupakan termasuk angka terendah apabila dilihat dari kondisi dan usia jamaah. Tapi, untuk pengawasan dan penanganan terhadap lansia, kita tetap memberikan arahan dan saran kepada petugas, mulai dari petugas daerah, petugas embarkasi, sampai pada petugas di Madinah sampai kembali nanti ke Indonesia,” katanya.
Sementara, kata Qosbi, kloter 24 yang merupakan kloter terakhir berjumlah 17 jamaah, Sabtu (17/6) ini, bertolak ke Tanah Suci bergabung dengan jamaah asal Solo. “Besok (sabtu) kloter 24 akan bergabung dengan jamaah Solo,” sebut Kepala Kanwil Kemenag Sumut ini.
Kepada sejumlah awak media peliput keberangkatan dan pemulangan haji, Qosbi berharap masukan dan kritikan agar proses pemulangan jamaah nantinya ke tanah air menjadi lebih baik. “Pertemuan ini merupakan silaturrahmi antara kami dan rekan-rekan media yang selama ini membantu dalam pemberitaan, sekaligus juga evaluasi yang dari kegiatan pemberangkatan jama’ah haji yang sudah kita lakukan. Karena rekan-rekan wartawan ini sangat kritis, jadi kita bisa melakukan pembenahan-pembenahan untuk kedepan terkait pemberangkatan, apabila masih ada yang kurang, kita bisa memperbaikinya,” pungkasnya.
Sementara hingga Jumat (16/6), dilaporkan total jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia sebanyak 71 orang. Data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (siskohat) Kemenag, mencatat ini jumlah akulatif wafat harian ini tertinggi sejak 2016 lalu.
Dari 71 jamaah wafat, terbanyak di Mekkah 38 jamaah, Madinah 30 jamaah, dan Jeddah 3 jamaah. Dalam 2 hari terakhir, ada 9 jamaah wafat. Semuanya wafat di dalam perawatan di fasilitas kesehatan di Mekkah. “Insyallah, kita badal hajikan. Ketentuannya sudah demikian,” kata Konsultan Ibadah Daker Madinah H Wildan Samani.
Misi haji melayani 210.680 total jamaah Indonesia akan berakhir 15 Muharram 1444 H (2 Agustus 2023). Kini sudah sekitar 160.849 atau 76,3 persen jamaah haji, dari 14 embarkasi Tanah Air, sudah menetap di 10 sektor di Mekah, untun menunggu puncak haji, 9 Dzulhijjah 1444 atau 27 Juni 2023
Dalam perkembangan lain, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, mencatat jamaah yang dirawat mencapai 31 jamaah. “Secara bertahap kita akan evakuasi ke KKHI Daker Mekkah dan rujuk ke rumah sakit Arab,” kata Kepala Seksi KKHI Madinah dr Tahsin Alfariziz.
Kondisi ke-31 jamaah itu dalam pemantauan melekat. Dalam empat hari ke depan, konakan dibawa ke Mekah, dengan ambulans. Total jamaah dirawat di KKHI berjumlah 258 orang. Terbanyak di Mekah, 225 jamaah, 31 Madinah, dan 2 di Jeddah. Dari total itu, 156 dirawat di KKHI dan 102 di sejumlah rumah sakit Arab Saudi.
Nego Perpanjangan Waktu Pemberangkatan
Pemerintah Indonesia tengah berupaya negosiasi Arab Saudi agar diberikan waktu lebih untuk mendaratkan jamaah haji asal Indonesia di Tanah Suci. Hal tersebut sengaja dilakukan agar dapat mengoptimalkan kuota tambahan jamaah haji yang diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi. Pemerintah berharap diberikan izin perpanjangan waktu selama dua hari pada 23 – 24 Juni 2023.
“Layanan penerbangan haji terakhir operasional itu 22 Juni 2023. Artinya, pada 22 Juni 2023 itu hampir semua pesawat charter dari seluruh dunia terakhir masuk di Arab Saudi,” ujar Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama Hilman Latief di Media Center Haji Pondok Gede, Jakarta, kemarin (15/6).
Untuk sejauh ini, dikatakan Hilman, pelunasan kuota haji reguler sendiri seutuhnya sudah selesai. Karena itu, Kemenag di pusat maupun di wilayah saat ini sedang menyelesaikan proses persiapan pemberangkatan jamaah haji kuota tambahan. Bahkan, mulai hari ini (Kemarin), untuk jamaah haji kuota tambahan juga mulai ada yang diberangkatkan. “Dan saat ini, Insyallah kita juga sedang memenuhi langkah untuk pemenuhan, pelunasan kuota sisa dari kuota tambahan itu. Kita berupaya seoptimal mungkin agar pemenuhan kuota itu bisa kita lakukan,” ungkapnya.
Pemenuhan kuota, lanjut Hilman, bukan hanya masalah bayarnya, tetapi juga mengenai kesiapan jamaah sendiri untuk berangkat dalam waktu yang sudah mepet. Menurutnya, untuk terkait pembayaran, banyak jamaah yang bersedia. Selain permasalahan itu, tentu juga mengenai kesiapan infrastrukturnya. Termasuk layanan penerbangan. Di mana, untuk kapasitas pesawat yang membawa jamaah kota tambahan memang relatif lebih kecil, kurang dari 400 seat per pesawat.
“Sehingga tentu jumlah kloternya juga bertambah atau lebih banyak dari yang saat kuota jamaah reguler. Secara keseluruhan perubahan-perubahan kloter dan kuota tambahan itu menjadi sekitar 32 kloter,” terangnya.
Karena itu, masih dikatakan Hilman, pihaknya terus berupaya memitigasi agar tidak sampai terjadi perubahan-perubahan kloter. Mengingat, saat ini, untuk waktu pemberangkatannya pun memang sudah mepet. Saat ini pihaknya juga bekerja semaksimal mungkin untuk melakukan proses administrasi lebih cepat. Khususnya pem-visaan dari jamaah kuota tambahan agar bisa diberangkatkan tepat waktu.
“Tapi kita juga sedang berupaya negosiasi dengan Pemeritah Arab Saudi dan mudah-mudahan mendapatkan izin agar masih bisa mendaratkan pesawat pada 23 – 24 Juni 2023, karena kita mendapatkan kuota tambahan jamaah,” bebernya.
Dalam kesempatan itu Hilman juga menyampaikan informasi terkait rencana akan pemberhentian sementara pemberian katering untuk jamaah di Tanah Suci pada 7, 14, dan 15 Dzulhijjah 1444 Hijriyah. Menurutnya, penghentian sementara layanan katering terjadi hampir di setiap musim haji. Sebab, kendalanya memang sama, kemacetan dan lalu lintas padat jelang dan setelah puncak haji yang menghalangi distribusi katering jamaah.
“Ini sebetulnya sudah menjadi desain kami sejak awal, karena memang pada 2017, 2018, dan 2019 itu selama 5 hari. Yaitu 3 hari pra Masyair atau sebelum jamaah masuk ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Lalu, 2 hari setelahnya itu tidak disediakan katering,” jelasnya.
Karena itu, sambung Hilman, jamaah pun didorong untuk melakukan persiapan pemenuhan katering atau kebutuhan konsumsinya dengan membeli dari sekitar hotel tempat mereka tinggal. Hanya saja, sebelum pemberhentian sementara pemberian katering tersebut dilakukan, jamaah juga akan diberikan makanan yang tidak mudah basi agar dapat juga dijadikan sebagai bekal.
“Terkait ini, kami sudah koordinasi tentunya dengan pihak katering dan dari dulu atau dari awal kita melakukan kontrak, mereka sudah tidak menyanggupi pendistribusian itu karena pada hari-hari itu jalanan akan banyak yang ditutup,” pungkasnya. (gih/jpg/man/ika/adz)