29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Piala

TERNYATA panasnya suhu tak membuat orang-orang yang ada disekitar kita menjadi dungu dan tak berdaya. Sebaliknya suhu yang panasnya telah mencapai 37 derajat itu telah membuat orang-orang semakin kreatif dan cerdas, setidaknya untuk mencari tempat berteduh dari sengatan mataharin
Bagi sebagian orang, suhu yang panas ini merupakan sebuah rezeki. Dari mulai tukang es dawet, sopir taksi hingga abang becak kebagian rezeki nomplok.
Rasa dahaga yang menyergap di kerongkongan serasa begitu nikmat bila disiram dengan air gula dan es. Sedang bagi para sopir dan abang becak, suhu yang panas memaksa orang-orang yang selama ini mempergunakan jasa angkot mengalihkan perhatiannya ke taksi maupun becak yang selain lebih adem juga tak pengab dan bau.

Di sisi lain, bagi para professional, suhu yang panas ternyata mengilhami sepak terjang mereka untuk mendapatkan pengakuan dari semua kalangan.
Salah satu contoh misalnya apa yang diraih Pemko Medan dalam 14 hari terakhir. Dalam rentang waktu yang sangat singkat itu Pemko Medan berhasil mendapat tiga penghargaan.

Penghargaan pertama adalah Piala Adipura, kemudian penghargaan Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) karena keberhasilan penggunaan Information Technology (IT) serta Award Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dari Menteri Perdagangan Republik Indonesia.

Jelas untuk mendapatkan semua penghargaan berupa piala ini dibutuhkan sebuah upaya keras yang tak kenal suhu, baik panas atau pun hujan. Yang pasti, dengan piala yang telah diraih maka citra Kota Medan akan semakin baik di mata pemerintah pusat.

Sedemikian hebatkah pengkultusan terhadap piala yang diraih? Padahal jika memang mau dan tanpa mengeluarkan banyak uang, jelas kita-kita yang ada di sini bisa saja menempah sebuah piala berbentuk apapun sesuai dengan yang kita kehendaki.

Tapi itulah, kita tak membutuhkan sebuah piala semata. Kita juga butuh sebuah pengakuan terhadap keberadaan akan kemampuan yang kita miliki. Ini sesuatu yang manusiawi. Bak minjam istilah orang Medan, enak kali memang kalau diumbang (disanjung). Ha..ha..ha..

Eh…, hampir lupa, ceirta tentang pengakuan, ternyata baru-baru ini ada juga anak muda asal Medan yang mampu memcahkan rekor MURI karena berhasil menerima 40 sertifikat dan piagam serta 33 kali mengikuti seminar dalam sebulan. Luar biasa.

Ini baru namanya anak Medan. Betapa tidak, dalam satu bulan itu hanya ada 30 hari, sementara dia mampu memperoleh 40 sertifikat. Artinya, pada hari-hari tertentu pemuda ini bisa mengikuti dua sampai tiga kali seminar. Wow.

Ya, piala, sertifikat atau apapun namanya memang bak magnet yang mampu membuat orang melakukan apapun juga untuk meraihnya. Tujuannya hanya satu, ingin eksistensinya mendapat perhatian dan penghargaan dari siapapun juga. Sekali lagi, sesuatu yang manusiawi. Jadi, jangan pernah berhenti bekerja dan berfikir kreatif demi meraih apa yang kita inginkan. (*)

TERNYATA panasnya suhu tak membuat orang-orang yang ada disekitar kita menjadi dungu dan tak berdaya. Sebaliknya suhu yang panasnya telah mencapai 37 derajat itu telah membuat orang-orang semakin kreatif dan cerdas, setidaknya untuk mencari tempat berteduh dari sengatan mataharin
Bagi sebagian orang, suhu yang panas ini merupakan sebuah rezeki. Dari mulai tukang es dawet, sopir taksi hingga abang becak kebagian rezeki nomplok.
Rasa dahaga yang menyergap di kerongkongan serasa begitu nikmat bila disiram dengan air gula dan es. Sedang bagi para sopir dan abang becak, suhu yang panas memaksa orang-orang yang selama ini mempergunakan jasa angkot mengalihkan perhatiannya ke taksi maupun becak yang selain lebih adem juga tak pengab dan bau.

Di sisi lain, bagi para professional, suhu yang panas ternyata mengilhami sepak terjang mereka untuk mendapatkan pengakuan dari semua kalangan.
Salah satu contoh misalnya apa yang diraih Pemko Medan dalam 14 hari terakhir. Dalam rentang waktu yang sangat singkat itu Pemko Medan berhasil mendapat tiga penghargaan.

Penghargaan pertama adalah Piala Adipura, kemudian penghargaan Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) karena keberhasilan penggunaan Information Technology (IT) serta Award Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dari Menteri Perdagangan Republik Indonesia.

Jelas untuk mendapatkan semua penghargaan berupa piala ini dibutuhkan sebuah upaya keras yang tak kenal suhu, baik panas atau pun hujan. Yang pasti, dengan piala yang telah diraih maka citra Kota Medan akan semakin baik di mata pemerintah pusat.

Sedemikian hebatkah pengkultusan terhadap piala yang diraih? Padahal jika memang mau dan tanpa mengeluarkan banyak uang, jelas kita-kita yang ada di sini bisa saja menempah sebuah piala berbentuk apapun sesuai dengan yang kita kehendaki.

Tapi itulah, kita tak membutuhkan sebuah piala semata. Kita juga butuh sebuah pengakuan terhadap keberadaan akan kemampuan yang kita miliki. Ini sesuatu yang manusiawi. Bak minjam istilah orang Medan, enak kali memang kalau diumbang (disanjung). Ha..ha..ha..

Eh…, hampir lupa, ceirta tentang pengakuan, ternyata baru-baru ini ada juga anak muda asal Medan yang mampu memcahkan rekor MURI karena berhasil menerima 40 sertifikat dan piagam serta 33 kali mengikuti seminar dalam sebulan. Luar biasa.

Ini baru namanya anak Medan. Betapa tidak, dalam satu bulan itu hanya ada 30 hari, sementara dia mampu memperoleh 40 sertifikat. Artinya, pada hari-hari tertentu pemuda ini bisa mengikuti dua sampai tiga kali seminar. Wow.

Ya, piala, sertifikat atau apapun namanya memang bak magnet yang mampu membuat orang melakukan apapun juga untuk meraihnya. Tujuannya hanya satu, ingin eksistensinya mendapat perhatian dan penghargaan dari siapapun juga. Sekali lagi, sesuatu yang manusiawi. Jadi, jangan pernah berhenti bekerja dan berfikir kreatif demi meraih apa yang kita inginkan. (*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/