25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Saus Tomat yang Dominan

Azrul Ananda

Bicara hal-hal sepele, yuk. Misalnya, soal makanan.

***
Orang suka traveling biasanya suka kuliner. Datang ke kota/tempat baru, langsung bertanya: Makanan yang enak apa?
Padahal, yang ditanya belum tentu tahu tempat paling enak. Dan mungkin hanya akan menunjukkan tempat yang dia suka, bukan yang sebenarnya banyak disuka.

Kadang pula, yang ditanya justru menunjukkan tempat yang dia tahu populer bagi pendatang/pengunjung. Padahal, tempat itu bukan yang populer bagi masyarakat setempat.

Sebagai orang Surabaya, lucu juga kadang kalau sedang di Jakarta, tiba-tiba ada orang yang heboh ngomongin tempat makan di Surabaya. Padahal, orang Surabaya tidak banyak makan di sana!
Dan saya yakin ini juga terjadi sebaliknya. Orang Jakarta heran kok orang Surabaya (atau kota lain) suka makan itu di Jakarta.

Terus terang, saya bukan tipe suka kuliner. Saya suka makan, dan makan saya tergolong banyak, tapi saya termasuk golongan praktis.

Kalau ada restoran superpopuler tapi super-ramai, maka saya akan menghindarinya. Saya lebih nyaman makan di tempat yang rasanya ‘biasa-biasa saja’ tapi bisa duduk tenang. Tidak berdesakan, tidak antre lama, tidak gaduh.

Dan terus terang, saya ini penggemar good food quickly. Saya tak suka memakai istilah fast food, yang sekarang punya konotasi kurang baik di mata orang. Padahal, sebenarnya banyak slow food, yang gizinya kalah jika dibandingkan dengan beberapa fast food, wkwkwkwk.

Alasan lain saya tidak suka memakai istilah fast food? Karena entah mengapa di negara ini banyak restoran yang katanya cepat saji, tapi pelayanannya masih slow motion.

Sebagai orang yang pernah bekerja di restoran sebagai pelayan, saya punya hak untuk mengomel. Hehehe.

Soal pelayanan yang lambat itu, ada kenalan saya yang pernah meminta tolong kepada seorang waitress agar melayani dengan lebih cepat. Tidak perlu membentak, tidak perlu mengancam kasar. Dia cukup bilang, Ingat ya Mbak, semua kerusuhan dimulai dengan perut lapar. Wkwkwkwk…

***

Walau sering traveling, sekali lagi, saya bukan orang yang doyan kuliner. Datang di tempat baru, yang paling penting bagi saya adalah secepatnya merasa nyaman.

Bagian utama yang diutamakan untuk nyaman adalah perut. Dan itu menuntut makanan yang sudah dikenal baik, oleh perut.

Makanya, biasanya begitu sampai di suatu tempat, saya mencari makanan/camilan yang familier. Walau akhirnya kebanyakan adalah good food quickly.

Kecuali kalau sudah pernah ke kota tersebut, dan sudah menemukan tempat makan favorit. Maka, saya akan langsung ke situ untuk lokasi makan pertama. Bahkan, sering saya terus-menerus makan di situ saat siang, malam, dan keesokan harinya sampai mau pulang!
Soal makanan, saya memang bukan tipe gambling. Saya susah suka tempat baru. Dan kalau merasa gak pas, saya biasanya konsisten tidak mau kembali.

Mungkin karena hidup ini penuh ketidakpastian, sehingga urusan perut harus benar-benar pasti. Sebab, sekali lagi, segalanya dimulai dari perut!
Lalu, apa makanan favorit saya? Walau tidak suka kuliner, setelah saya listing, ternyata masih banyak!
Yang asing-asing: Big Mac-nya McDonald, tanpa pickle; Whopper Jr.-nya Burger King tanpa onion, pickle, dan tomato; semua burger In; Out ayam KFC original; cumi goreng Yuet Lee San Francisco; Pizza Hut cuman pake ground beef dan green pepper; sup Pho; Burrito; rib eye steak; teppanyaki; sashimi; dll.

Kalau tidak familier, silakan menggunakan jasa Mbah Google untuk informasi lebih lengkap.

Azrul Ananda

Bicara hal-hal sepele, yuk. Misalnya, soal makanan.

***
Orang suka traveling biasanya suka kuliner. Datang ke kota/tempat baru, langsung bertanya: Makanan yang enak apa?
Padahal, yang ditanya belum tentu tahu tempat paling enak. Dan mungkin hanya akan menunjukkan tempat yang dia suka, bukan yang sebenarnya banyak disuka.

Kadang pula, yang ditanya justru menunjukkan tempat yang dia tahu populer bagi pendatang/pengunjung. Padahal, tempat itu bukan yang populer bagi masyarakat setempat.

Sebagai orang Surabaya, lucu juga kadang kalau sedang di Jakarta, tiba-tiba ada orang yang heboh ngomongin tempat makan di Surabaya. Padahal, orang Surabaya tidak banyak makan di sana!
Dan saya yakin ini juga terjadi sebaliknya. Orang Jakarta heran kok orang Surabaya (atau kota lain) suka makan itu di Jakarta.

Terus terang, saya bukan tipe suka kuliner. Saya suka makan, dan makan saya tergolong banyak, tapi saya termasuk golongan praktis.

Kalau ada restoran superpopuler tapi super-ramai, maka saya akan menghindarinya. Saya lebih nyaman makan di tempat yang rasanya ‘biasa-biasa saja’ tapi bisa duduk tenang. Tidak berdesakan, tidak antre lama, tidak gaduh.

Dan terus terang, saya ini penggemar good food quickly. Saya tak suka memakai istilah fast food, yang sekarang punya konotasi kurang baik di mata orang. Padahal, sebenarnya banyak slow food, yang gizinya kalah jika dibandingkan dengan beberapa fast food, wkwkwkwk.

Alasan lain saya tidak suka memakai istilah fast food? Karena entah mengapa di negara ini banyak restoran yang katanya cepat saji, tapi pelayanannya masih slow motion.

Sebagai orang yang pernah bekerja di restoran sebagai pelayan, saya punya hak untuk mengomel. Hehehe.

Soal pelayanan yang lambat itu, ada kenalan saya yang pernah meminta tolong kepada seorang waitress agar melayani dengan lebih cepat. Tidak perlu membentak, tidak perlu mengancam kasar. Dia cukup bilang, Ingat ya Mbak, semua kerusuhan dimulai dengan perut lapar. Wkwkwkwk…

***

Walau sering traveling, sekali lagi, saya bukan orang yang doyan kuliner. Datang di tempat baru, yang paling penting bagi saya adalah secepatnya merasa nyaman.

Bagian utama yang diutamakan untuk nyaman adalah perut. Dan itu menuntut makanan yang sudah dikenal baik, oleh perut.

Makanya, biasanya begitu sampai di suatu tempat, saya mencari makanan/camilan yang familier. Walau akhirnya kebanyakan adalah good food quickly.

Kecuali kalau sudah pernah ke kota tersebut, dan sudah menemukan tempat makan favorit. Maka, saya akan langsung ke situ untuk lokasi makan pertama. Bahkan, sering saya terus-menerus makan di situ saat siang, malam, dan keesokan harinya sampai mau pulang!
Soal makanan, saya memang bukan tipe gambling. Saya susah suka tempat baru. Dan kalau merasa gak pas, saya biasanya konsisten tidak mau kembali.

Mungkin karena hidup ini penuh ketidakpastian, sehingga urusan perut harus benar-benar pasti. Sebab, sekali lagi, segalanya dimulai dari perut!
Lalu, apa makanan favorit saya? Walau tidak suka kuliner, setelah saya listing, ternyata masih banyak!
Yang asing-asing: Big Mac-nya McDonald, tanpa pickle; Whopper Jr.-nya Burger King tanpa onion, pickle, dan tomato; semua burger In; Out ayam KFC original; cumi goreng Yuet Lee San Francisco; Pizza Hut cuman pake ground beef dan green pepper; sup Pho; Burrito; rib eye steak; teppanyaki; sashimi; dll.

Kalau tidak familier, silakan menggunakan jasa Mbah Google untuk informasi lebih lengkap.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/