26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Calon Pegawai

Calon Pegawai Negeri Sipil. CPNS. Tetap saja menarik minat warga Indionesia. Kenapa?

Saya rasa semua orang tahu jawabannya. Ya, menjadi pegawai dengan jaminan gaji hingga hari tua bahkan hingga meninggal adalah sebuah kepastian yang memang dicari semua orang bukan?

Saya menganggap hal ini adalah buah dari ketidakpastian hidup yang selama ini menyelimuti penduduk Indonesia. Ada semacam ketakuan. Ada semacam kekuatiran. Ada semacam ketidakpercayaan. Ya, semuanya muncul akibat terlalu lama kita hidup tak menentu. Pendapatan yang tak menentu. Jaminan hari tua yang tak jelas. Dan, segala ketidakpastian lainnya.

Ayolah, ketika Indonesia berkampanye soal menabung di bank – lebih aman dari pada menyimpan uang di balik bantal atau kasur – ternyata banyak uang di bank yang raib. Masih ingat dengan likuidasi 16 bank pada era 1990-an lalu?
Lalu, ketika berniat menjadi pengusaha, misalnya tekstil.

Sesaat bisa menguntungkan, namun beberapa saat kemudian ada kebijakan pemerintah yang membebaskan impor tekstil dari luar negeri, usaha itu pun ambruk oleh serangan barang dari China dan sebagainya.

Begitulah, hanya orang-orang yang nekat dan punya semangat kuat yang menertawakan posisi sebagai pegawai negeri. Ya, mereka adalah orang yang lebih yakin untuk berbuat. Semakin semangat ketika usahanya mulai bergerak atau mulai tumbuh.

Beda dengan calon pegawai, semangatnya cenderung kuat saat ikut seleksi menjadi pegawai, tapi setelah jadi pegawai semangatnya malah kendur. Kenapa? Jawabnya, seorang usahawan akan merasa semakin tertantang ketika usahanya mulai maju karena dia merasa saat itulah dia diuji, sementara calon pegawai sebaliknya. Ketika sudah menjadi pegawai maka yang didapat hanya sebuah kepastian. Ya, tidak ada lagi sesuatu yang menantang.

Dan kini, setelah moratorium penerimaan CPNS dibuka kemabli, wajah-wajah pengincar posisi pegawai negeri kembali berbinar. Ada harapan untuk masa depan. Mari bersaing meraih peluang itu, kata mereka dalam hati.

Saya jadi teringat seorang kawan yang merupakan dosen PNS di Universitas Andalas Padang. Saat itu jumpa karena dia ingin membuat buku. “Enak ya kerja seperti kalian, penuh tantangan,” begitu katanya kepada kami (saya dan seorang teman saya lainnya).

Saya tertawa. Dia malah memasang mimik serius. “Kalau kami PNS ini kerjanya statis. Gitu-gitu saja. Kalau salah atau tak kerja, paling cuma kena marah. Sementara kalian, kalau tak kerja, yang tak dapat uang. Jadi, usaha kalian cukup menantang,” jelasnya.

Saya makin tertawa. Dan, saya maklum dia berkata begitu. Saya juga yakin, kalau dia harus melek memperhatikan huruf nyaris tiap malam dengan honor per halaman, dia pasti akan mengatakan: enak ya jadi PNS, kerja nyantai kehidupan nyaman.

Begitulah, pemerintah membuka kembali penerimaan CPNS. Selamat mencoba dan selamat berjuang. Hidup PNS! (*)

Calon Pegawai Negeri Sipil. CPNS. Tetap saja menarik minat warga Indionesia. Kenapa?

Saya rasa semua orang tahu jawabannya. Ya, menjadi pegawai dengan jaminan gaji hingga hari tua bahkan hingga meninggal adalah sebuah kepastian yang memang dicari semua orang bukan?

Saya menganggap hal ini adalah buah dari ketidakpastian hidup yang selama ini menyelimuti penduduk Indonesia. Ada semacam ketakuan. Ada semacam kekuatiran. Ada semacam ketidakpercayaan. Ya, semuanya muncul akibat terlalu lama kita hidup tak menentu. Pendapatan yang tak menentu. Jaminan hari tua yang tak jelas. Dan, segala ketidakpastian lainnya.

Ayolah, ketika Indonesia berkampanye soal menabung di bank – lebih aman dari pada menyimpan uang di balik bantal atau kasur – ternyata banyak uang di bank yang raib. Masih ingat dengan likuidasi 16 bank pada era 1990-an lalu?
Lalu, ketika berniat menjadi pengusaha, misalnya tekstil.

Sesaat bisa menguntungkan, namun beberapa saat kemudian ada kebijakan pemerintah yang membebaskan impor tekstil dari luar negeri, usaha itu pun ambruk oleh serangan barang dari China dan sebagainya.

Begitulah, hanya orang-orang yang nekat dan punya semangat kuat yang menertawakan posisi sebagai pegawai negeri. Ya, mereka adalah orang yang lebih yakin untuk berbuat. Semakin semangat ketika usahanya mulai bergerak atau mulai tumbuh.

Beda dengan calon pegawai, semangatnya cenderung kuat saat ikut seleksi menjadi pegawai, tapi setelah jadi pegawai semangatnya malah kendur. Kenapa? Jawabnya, seorang usahawan akan merasa semakin tertantang ketika usahanya mulai maju karena dia merasa saat itulah dia diuji, sementara calon pegawai sebaliknya. Ketika sudah menjadi pegawai maka yang didapat hanya sebuah kepastian. Ya, tidak ada lagi sesuatu yang menantang.

Dan kini, setelah moratorium penerimaan CPNS dibuka kemabli, wajah-wajah pengincar posisi pegawai negeri kembali berbinar. Ada harapan untuk masa depan. Mari bersaing meraih peluang itu, kata mereka dalam hati.

Saya jadi teringat seorang kawan yang merupakan dosen PNS di Universitas Andalas Padang. Saat itu jumpa karena dia ingin membuat buku. “Enak ya kerja seperti kalian, penuh tantangan,” begitu katanya kepada kami (saya dan seorang teman saya lainnya).

Saya tertawa. Dia malah memasang mimik serius. “Kalau kami PNS ini kerjanya statis. Gitu-gitu saja. Kalau salah atau tak kerja, paling cuma kena marah. Sementara kalian, kalau tak kerja, yang tak dapat uang. Jadi, usaha kalian cukup menantang,” jelasnya.

Saya makin tertawa. Dan, saya maklum dia berkata begitu. Saya juga yakin, kalau dia harus melek memperhatikan huruf nyaris tiap malam dengan honor per halaman, dia pasti akan mengatakan: enak ya jadi PNS, kerja nyantai kehidupan nyaman.

Begitulah, pemerintah membuka kembali penerimaan CPNS. Selamat mencoba dan selamat berjuang. Hidup PNS! (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/