32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Gangnam Style ala Jakarta

Bulan lalu, saya ketemu dua anak muda. Yang satu lulusan London School of Public Relations atau LSPR. Namanya Edho Pratama. Satunya lagi bernama Jackry, lulusan Universitas Bunda Mulia.
Saya mencari keduanya karena grup mereka, Happy Holidays, berhasil menarik perhatian lebih dari empat juta orang di YouTube. Itulah Gangnam Style ala Jakarta.

Sejak Psy ngetop dengan Gangnam Style-nya, banyak parodi dibuat di YouTube untuk numpang beken. Tapi, di antara sekian banyak pembonceng, Happy Holidays-lah yang bisa menuai ketenaran dan merebut perhatian banyak orang.

Bukan hanya orang Indonesia yang tertarik, orang Korea pun banyak yang suka. Itu adalah karya Edho yang merupakan produksi kelima dengan biaya yang amat minim. Setelah penggarapan rampung, Edho cs menyebarkannya lewat YouTube sebagai media sosialnya.

Dinamai Happy Holidays karena saat ketemu di internet sama-sama ingin traveling. Kelihatannya proyek itu main-main, tapi sesungguhnya dikerjakan dengan segala keseriusan. Dan menjadi profesi fulltime mereka. Seperti Briptu Norman yang mencuat lewat YouTube, sekarang ditekuni secara total dan berusaha profesional, bahkan hingga keluar dari keanggotaan Polri.

Saya bakal mendatangkan Happy Holidays dalam acara MarkPlus Conference, 13 Desember, di Pacific Place Jakarta nanti. Ini atas dasar keinginan untuk memacu kreativitas anak-anak muda, terutama para netizen. Sebab, di internetlah mereka bisa berkreasi tanpa batas.

Di Korea, pemerintahnya berinvestasi habis-habisan di bidang teknologi informasi hingga ke pelosok-pelosok negeri. Di Seoul, orang bisa mengakses media sosial dengan mudahnya hingga di kereta bawah tanah. Mereka juga bisa menikmati akses internet cepat di dalam mobil yang lagi melaju. Dan yang tak kalah penting, budaya tradisional Korea tak perlu jadi merasa tersingkir dan menghalangi datangnya budaya baru tersebut.
Psy menggambarkan bagaimana hebatnya gaya hidup di selatan Sungai Han. Yang dalam bahasa Korea disebut Gangnam. Kondisi itu sangat berbeda dibanding daerah di bagian utara Sungai Han.

Kota Seoul sangat mirip Palembang yang terbagi menjadi Ulu dan Ilir di mana daerah Ilir lebih maju. Dan ketika gaya hidup modern Korea dicampur dengan K-Pop atau Halyu yang lagi hit itu, jadilah video yang menghebohkan seluruh dunia tersebut.
Free di YouTube, paid di Live Concert ! Itulah model bisnis New Wave Marketing.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

Bulan lalu, saya ketemu dua anak muda. Yang satu lulusan London School of Public Relations atau LSPR. Namanya Edho Pratama. Satunya lagi bernama Jackry, lulusan Universitas Bunda Mulia.
Saya mencari keduanya karena grup mereka, Happy Holidays, berhasil menarik perhatian lebih dari empat juta orang di YouTube. Itulah Gangnam Style ala Jakarta.

Sejak Psy ngetop dengan Gangnam Style-nya, banyak parodi dibuat di YouTube untuk numpang beken. Tapi, di antara sekian banyak pembonceng, Happy Holidays-lah yang bisa menuai ketenaran dan merebut perhatian banyak orang.

Bukan hanya orang Indonesia yang tertarik, orang Korea pun banyak yang suka. Itu adalah karya Edho yang merupakan produksi kelima dengan biaya yang amat minim. Setelah penggarapan rampung, Edho cs menyebarkannya lewat YouTube sebagai media sosialnya.

Dinamai Happy Holidays karena saat ketemu di internet sama-sama ingin traveling. Kelihatannya proyek itu main-main, tapi sesungguhnya dikerjakan dengan segala keseriusan. Dan menjadi profesi fulltime mereka. Seperti Briptu Norman yang mencuat lewat YouTube, sekarang ditekuni secara total dan berusaha profesional, bahkan hingga keluar dari keanggotaan Polri.

Saya bakal mendatangkan Happy Holidays dalam acara MarkPlus Conference, 13 Desember, di Pacific Place Jakarta nanti. Ini atas dasar keinginan untuk memacu kreativitas anak-anak muda, terutama para netizen. Sebab, di internetlah mereka bisa berkreasi tanpa batas.

Di Korea, pemerintahnya berinvestasi habis-habisan di bidang teknologi informasi hingga ke pelosok-pelosok negeri. Di Seoul, orang bisa mengakses media sosial dengan mudahnya hingga di kereta bawah tanah. Mereka juga bisa menikmati akses internet cepat di dalam mobil yang lagi melaju. Dan yang tak kalah penting, budaya tradisional Korea tak perlu jadi merasa tersingkir dan menghalangi datangnya budaya baru tersebut.
Psy menggambarkan bagaimana hebatnya gaya hidup di selatan Sungai Han. Yang dalam bahasa Korea disebut Gangnam. Kondisi itu sangat berbeda dibanding daerah di bagian utara Sungai Han.

Kota Seoul sangat mirip Palembang yang terbagi menjadi Ulu dan Ilir di mana daerah Ilir lebih maju. Dan ketika gaya hidup modern Korea dicampur dengan K-Pop atau Halyu yang lagi hit itu, jadilah video yang menghebohkan seluruh dunia tersebut.
Free di YouTube, paid di Live Concert ! Itulah model bisnis New Wave Marketing.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/