29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Tetapkan 26 Juli Hari Puisi Indonesia

Hasil Musyawarah Penyair se-Indonesia di Pekanbaru

PEKANBARU- Kalangan penyair akhirnya sepakat 26 Juli dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia. Keputusan ini hasil musyawarah penyair se-Indonesia di Hotel Grand Elite Pekanbaru, Kamis (22/11).

Musyawarah yang dihadiri sekitar 23 penyair dari Sabang sampai Merauke ini berlangsung dinamis. Sebelum penetapan, mencuat dua tanggal untuk dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia, yakni setiap 26 Juli dan 22 November.

Akhirnya, musyawarah yang diinisiatori H Rida K Liamsi dan difasilitasi Dewan Kesenian Riau (DKR) dan Yayasan Sagang, sepakat memilih 26 Juli yang juga tanggal kelahiran Chairil Anwar, salah seorang tokoh puisi Indonesia.

“Dengan berucap syukur, akhirnya kita bersama-sama bisa menyepakati tanggal 26 Juli ini sebagai Hari Puisi Indonesia,’’ kata H Rida K Liamsi.
Rida mengatakan, pada malam harinya seluruh peserta musyawarah bersama-sama mendeklarasikan 26 Juli itu sebagai Hari Puisi Indonesia di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin. Mereka menandatangani Deklarasi Hari Puisi Indonesia dan selanjutnya diserahkan ke Gubernur Riau untuk disimpan di Museum Sang Nila Utama Pekanbaru.

Karena ini, kata Rida, ini sebuah catatan sejarah bagi penyair di Indonesia. Malam deklarasi juga diisi dengan pembacaan puisi-puisi, yang juga diikuti Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri.

Menurut Rida, gagasan ini muncul ketika ia melihat di Hanoi, Vietnam setiap tahunnya memiliki hari khusus memperingati karya-karya puisi yang dihasilkan kalangan seniman/budayawan dari negara mereka. Melihat kondisi itu, dia berkeinginan suatu saat di Indonesia bisa terwujud. ‘’Kebetulan ini dimulai di Riau,’’ ujarnya.

Riau, menurutnya, memiliki ruang untuk itu. Karena di dalam Visi Riau 2020 jelas disebutkan ingin menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. ‘’Dan puisi adalah bagian dari kebudayaan Melayu Riau,’’ sebut Rida.

Selain itu, penetapan Hari Puisi Indonesia dimaksudkan agar keberadaan puisi lebih dihargai sebagai milik bersama. Sementara bagaimana cara memeringati dan menyemarakkannya setiap tahunnya, tergantung kalangan penyair.

“Namun yang jelas, pada tanggal itu ada dengung puisi dengan berbagai kegiatan yang disajikan. Mulai di provinsi, kabupaten hingga di kecamatan,’’ harap Rida.

Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri menilai perlu ada tanggal Hari Puisi Indonesia. Ini hanya sebagai momentum tanpa harus mengkultuskan individu seseorang.

Begitu juga 26 Juli yang ditetapkan sebagai Hari Puisi Indonesia dan bertepatan dengan hari lahirnya Chairil Anwar. Menurutnya, sosoknya cenderung bisa diterima kalangan penyair di Indonesia sehingga mudah untuk mengingatnya. ‘’Ketika orang teringat dengan hari lahirnya Chairil Anwar, maka orang juga akan ingat kalau tanggal itu adalah Hari Puisi Indonesia,’’ paparnya.

Selain itu, lanjut Sutardji, nama Chairil Anwar dikenal mulai dari kalangan muda hingga tua. Kelompok masyarakat biasa hingga pejabat tidak asing dengan namanya. Chairil Anwar semasa hidupnya hingga wafatnya, berdedikasi dengan puisi. Sehingga tepat kalau tanggalnya lahirnya dipakai sebagai Hari Puisi Indonesia. Karena dalam berkarya dan memilih momen, perlu sebuah mitos. Begitu juga dengan puisi dan penyair memerlukan mitos dari nama Chairil Anwar.

Ketua Dewan Kesenian (DKR) Riau H Kazzaini KS mengatakan, kalau pada prinsipnya, DKR sangat mendukung. Dalam pertemuan ini DKR hanya memfasilitasinya, sementara penetapan tanggal Hari Puisi Indonesia diputuskan kalangan penyair yang hadir.(dac/jpnn)

Hasil Musyawarah Penyair se-Indonesia di Pekanbaru

PEKANBARU- Kalangan penyair akhirnya sepakat 26 Juli dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia. Keputusan ini hasil musyawarah penyair se-Indonesia di Hotel Grand Elite Pekanbaru, Kamis (22/11).

Musyawarah yang dihadiri sekitar 23 penyair dari Sabang sampai Merauke ini berlangsung dinamis. Sebelum penetapan, mencuat dua tanggal untuk dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia, yakni setiap 26 Juli dan 22 November.

Akhirnya, musyawarah yang diinisiatori H Rida K Liamsi dan difasilitasi Dewan Kesenian Riau (DKR) dan Yayasan Sagang, sepakat memilih 26 Juli yang juga tanggal kelahiran Chairil Anwar, salah seorang tokoh puisi Indonesia.

“Dengan berucap syukur, akhirnya kita bersama-sama bisa menyepakati tanggal 26 Juli ini sebagai Hari Puisi Indonesia,’’ kata H Rida K Liamsi.
Rida mengatakan, pada malam harinya seluruh peserta musyawarah bersama-sama mendeklarasikan 26 Juli itu sebagai Hari Puisi Indonesia di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin. Mereka menandatangani Deklarasi Hari Puisi Indonesia dan selanjutnya diserahkan ke Gubernur Riau untuk disimpan di Museum Sang Nila Utama Pekanbaru.

Karena ini, kata Rida, ini sebuah catatan sejarah bagi penyair di Indonesia. Malam deklarasi juga diisi dengan pembacaan puisi-puisi, yang juga diikuti Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri.

Menurut Rida, gagasan ini muncul ketika ia melihat di Hanoi, Vietnam setiap tahunnya memiliki hari khusus memperingati karya-karya puisi yang dihasilkan kalangan seniman/budayawan dari negara mereka. Melihat kondisi itu, dia berkeinginan suatu saat di Indonesia bisa terwujud. ‘’Kebetulan ini dimulai di Riau,’’ ujarnya.

Riau, menurutnya, memiliki ruang untuk itu. Karena di dalam Visi Riau 2020 jelas disebutkan ingin menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. ‘’Dan puisi adalah bagian dari kebudayaan Melayu Riau,’’ sebut Rida.

Selain itu, penetapan Hari Puisi Indonesia dimaksudkan agar keberadaan puisi lebih dihargai sebagai milik bersama. Sementara bagaimana cara memeringati dan menyemarakkannya setiap tahunnya, tergantung kalangan penyair.

“Namun yang jelas, pada tanggal itu ada dengung puisi dengan berbagai kegiatan yang disajikan. Mulai di provinsi, kabupaten hingga di kecamatan,’’ harap Rida.

Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri menilai perlu ada tanggal Hari Puisi Indonesia. Ini hanya sebagai momentum tanpa harus mengkultuskan individu seseorang.

Begitu juga 26 Juli yang ditetapkan sebagai Hari Puisi Indonesia dan bertepatan dengan hari lahirnya Chairil Anwar. Menurutnya, sosoknya cenderung bisa diterima kalangan penyair di Indonesia sehingga mudah untuk mengingatnya. ‘’Ketika orang teringat dengan hari lahirnya Chairil Anwar, maka orang juga akan ingat kalau tanggal itu adalah Hari Puisi Indonesia,’’ paparnya.

Selain itu, lanjut Sutardji, nama Chairil Anwar dikenal mulai dari kalangan muda hingga tua. Kelompok masyarakat biasa hingga pejabat tidak asing dengan namanya. Chairil Anwar semasa hidupnya hingga wafatnya, berdedikasi dengan puisi. Sehingga tepat kalau tanggalnya lahirnya dipakai sebagai Hari Puisi Indonesia. Karena dalam berkarya dan memilih momen, perlu sebuah mitos. Begitu juga dengan puisi dan penyair memerlukan mitos dari nama Chairil Anwar.

Ketua Dewan Kesenian (DKR) Riau H Kazzaini KS mengatakan, kalau pada prinsipnya, DKR sangat mendukung. Dalam pertemuan ini DKR hanya memfasilitasinya, sementara penetapan tanggal Hari Puisi Indonesia diputuskan kalangan penyair yang hadir.(dac/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/