26 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Gagasan

Oleh: Lisya Anggraini

Entrepreneur—para orang-orang berdaulat— memiliki ciri  yang sangat jelas dikenali. Ciri itu, berkemampuan menciptakan laluan untuk ekspresi diri.  Menciptakan  kesejarahteraan bagi dirinya, tak terkecuali orang lain. Dan mampu memberikan emphatic  untuk sekelilingnya, bagi orang-orang yang mau membangun pencapaian tujuan besar bersama.

Mereka, para entrepreneur,  jelas memiliki  pola berpikir atau mindset entrepreneurship. Dengan bekal utamanya, inovasi.  Untuk melahirkan inovasi  mereka membutuhkan kreatifitas sebagai embrionya. Ini mutlak. Karena tidak akan bisa muncul satu pun inovasi selama kreatifitas belum mereka punyai. Dan kreatifitas tidak akan muncul,  tanpa gagasan breaktrough (gagasan berupa terobosan).  Inilah intinya. Namun sifatnya sangat rentan untuk menguap, jika tidak segera dituangkan dalam bentuk kreatifitas. Karena gagasan, adalah rancangan yang masih tersusun di pikiran.
Bagaimana melahirkan gagasan?

Langkah utamanya, dengan menemukan masalah!  Ini yang menjadi cikal pertama mendorong pikiran orang untuk membutuhkan solusi. Bagi orang-orang kreatif, dimaknai sebagai challenge atau tantangan untuk memacu gagasan-gagasan baru. Karenanya, mereka menghadapi masalah dengan passion.

Perusahaan semacam Apple, membiasakan timnya untuk melahirkan minimum 100 gagasan setiap bulan!  Mereka bersama timnya, memang sudah terbiasa tidak pelit mengeluarkan gagasan. Hebatnya, tradisi yang dibangun Steve Job ini terbukti sebagai kekuatan melahirkan kreatifitas. Yang menjadikan perusahaan itu muncul dengan beragam inovasi.

Sebaliknya, bagi orang-orang yang belum terbiasa mentradisikan gagasan-gagasan keluar dari benak, masalah akan menjadi hambatan. Betapa banyak perusahaan sekaligus ownernya frustasi karena keringnya gagasan.

Memang tidak begitu saja, setiap kita berkemampuan menilai masalah sebagai challenge untuk melahirkan gagasan yang pada akhirnya mendorong kreatifitas. Terlebih benak setiap kita cenderung untuk melihat masalah dari kacamata biasa yang digunakan. Sudah tergiring  oleh hal-hal yang sudah menjadi kontiniutas dilakukan. Terprogramkan dalam rangkaian pengalaman. Sehingga gagasan-gagasan baru,
Misalkan, seorang koki ketika masuk restoran, ia akan peka sekali dengan menu yang ditawarkan. Memperkirakan bahan-bahan yang menjadi menu tersebut, membayangkan rasa, cara pengolahan  dan cara penyajian. Sedangkan bagi seorang arsitek,  meskipun menu menjadi tujuan utamanya, pikirannya akan sejenak berpendar pada ruangan. Otaknya akan menilai tentang rancang bangun juga interior.  Begitulah.

Untuk melahirkan kreatifitas, diperlukan keberanian keluar dari kotak kebiasaan pola pikir, Out of the box thinking.  Si jenius Einstein jauh-jauh waktu, sudah mengingatkan, hanya orang gila lah, yang melakukan hal yang sama berulang-ulang namun mengharapkan hasil yang berbeda.  Anda akan kecewa lalu frustasi,  selama masih belum melakukan kebaruan namun bersikeras mengharapkan terobosan.
Artinya, seorang arsitek akan sulit menemukan gagasan baru tentang menu selama ia masih berkotak pada pola pikir arsiteknya. Begitu juga sang koki, ketika ia mengharapkan gagasan baru untuk rancang bangun restoran.

Ada cara praktis membiasakan pola pikir melahirkan gagasan-gagasan breaktrough. Yakni dengan membiarkan apa yang muncul dikepala ketika memaknai hal-hal baru. Itu lah gagasan. Buka jalan untuk terus mengalir. Gagasan gila sekalipun, lahirkan dan munculkan. Sebanyak mungkin. Pikirkan tentang gagasan yang mungkin, hingga yang tidak mungkin sekalipun. Supaya terus mengalir, buang segala hambatan berupa kritik. Jauhkan dari pola pikir critical thinking.

Seperti apa yang dilakukan peserta training Batam Pos Entrepreneur School, untuk kelas entrepreneur angkatan ke 12, yang berakhir 11 Februari lalu.Pada salah satu sesi training, satu kelompok peserta yang terdiri dari 5 orang, dipaksa melahirkan beragam gagasan menjangkau pasar  untuk usaha garment yang dipunyai Didik. Baik  gagasan yang mungkin bisa dilakukan, hingga gagasan yang dinilai tidak mungkin dilakukan. Dalam waktu sepuluh menit,  mereka melahirkan 20  gagasan yang biasa dilakukan. Diantaranya, memasang iklan di koran, di radio, dan di televise. Juga melakukan penawaran ke berbagai perusahaan, memajang produk di toko. Namun dalam waktu yang sama mereka hanya mampu melahirkan 14 gagasan yang tidak mungkin dilakukan. Mereka menuliskan gagasan yang tidak mungkin dilakukan, sebagiannya adalah, membuka toko yang memajang produk garment selama 24 jam, menjual ke bulan, hingga menjual ke anggota Kadin! Nah, untuk pernyataan yang terakhir ini, kelompok lain justru mengatakan sangat mungkin dan harus dilakukan! Karena para anggota Kadin yang notabene adalah pengusaha tentu memiliki karyawan, yang sebagian dari mereka memerlukan pakaian seragam!  Itulah gagasan, yang membuat seorang entrepreneur  mampu berpikir kreatif, dan  membidik peluang pasar yang menarik!

Tentu, advise lain yang bisa dipetik dari kerja kelompok yang dilakukan peserta training di atas, untuk menemukan gagasan berupa breaktrough, atau terobosan, diperlukan upaya untuk melatih pikiran terbiasa, pikiran-pikiran yang awalnya tidak mungkin untuk dicerna. Ditelaah. Dibagikan, didiskusikan, untuk menemukan celah memungkinkannya.

Richard Branson, owner, Virgin Grup, awal mulanya, akan disebut sebagai orang gila ketika ia melahirkan gagasan untuk menjadikan antariksa sebagai destinasi pariwisata. Dengan membuat pesawat komersial untuk orang sipil,  bisa jalan-jalan bersama teman dan keluarga ke luar angkasa. Beragam analis menyebutkan gagasan itu tidak mungkin untuk dilakukan. Ia tidak gentar, berbekal passion, mencari dan menemukan orang-orang yang punya kapabilitas merealisasikan gagasan gilanya. Pesawatnya kini sudah kelar. Dan antrian orang untuk merasakan petualangan itu, sidah 500-an orang. Termasuk di antaranya, para selebriti Hollywood, seperti Ashton Kutcher, Tom Hanks, Katy Perry, Brad Pitt, Angelina Jolie, dan Stephen Hawking. Meskipun harus merogoh kantong sekitar Rp1,8 miliar untuk sekali perjalanan!

(Berawal dari impian dan gagasan entrepreneurship CEO JPNN Rida K Liamsi, ia menyusun pendirian Entrepreneurship Centre dan memimpin pelaksanaannya. Menyiapkan program entrepreneurship untuk Batam Pos Entrepreneur School, Sumut Pos Entrepreneur School dan Riau Pos Entrepreneur School)

Oleh: Lisya Anggraini

Entrepreneur—para orang-orang berdaulat— memiliki ciri  yang sangat jelas dikenali. Ciri itu, berkemampuan menciptakan laluan untuk ekspresi diri.  Menciptakan  kesejarahteraan bagi dirinya, tak terkecuali orang lain. Dan mampu memberikan emphatic  untuk sekelilingnya, bagi orang-orang yang mau membangun pencapaian tujuan besar bersama.

Mereka, para entrepreneur,  jelas memiliki  pola berpikir atau mindset entrepreneurship. Dengan bekal utamanya, inovasi.  Untuk melahirkan inovasi  mereka membutuhkan kreatifitas sebagai embrionya. Ini mutlak. Karena tidak akan bisa muncul satu pun inovasi selama kreatifitas belum mereka punyai. Dan kreatifitas tidak akan muncul,  tanpa gagasan breaktrough (gagasan berupa terobosan).  Inilah intinya. Namun sifatnya sangat rentan untuk menguap, jika tidak segera dituangkan dalam bentuk kreatifitas. Karena gagasan, adalah rancangan yang masih tersusun di pikiran.
Bagaimana melahirkan gagasan?

Langkah utamanya, dengan menemukan masalah!  Ini yang menjadi cikal pertama mendorong pikiran orang untuk membutuhkan solusi. Bagi orang-orang kreatif, dimaknai sebagai challenge atau tantangan untuk memacu gagasan-gagasan baru. Karenanya, mereka menghadapi masalah dengan passion.

Perusahaan semacam Apple, membiasakan timnya untuk melahirkan minimum 100 gagasan setiap bulan!  Mereka bersama timnya, memang sudah terbiasa tidak pelit mengeluarkan gagasan. Hebatnya, tradisi yang dibangun Steve Job ini terbukti sebagai kekuatan melahirkan kreatifitas. Yang menjadikan perusahaan itu muncul dengan beragam inovasi.

Sebaliknya, bagi orang-orang yang belum terbiasa mentradisikan gagasan-gagasan keluar dari benak, masalah akan menjadi hambatan. Betapa banyak perusahaan sekaligus ownernya frustasi karena keringnya gagasan.

Memang tidak begitu saja, setiap kita berkemampuan menilai masalah sebagai challenge untuk melahirkan gagasan yang pada akhirnya mendorong kreatifitas. Terlebih benak setiap kita cenderung untuk melihat masalah dari kacamata biasa yang digunakan. Sudah tergiring  oleh hal-hal yang sudah menjadi kontiniutas dilakukan. Terprogramkan dalam rangkaian pengalaman. Sehingga gagasan-gagasan baru,
Misalkan, seorang koki ketika masuk restoran, ia akan peka sekali dengan menu yang ditawarkan. Memperkirakan bahan-bahan yang menjadi menu tersebut, membayangkan rasa, cara pengolahan  dan cara penyajian. Sedangkan bagi seorang arsitek,  meskipun menu menjadi tujuan utamanya, pikirannya akan sejenak berpendar pada ruangan. Otaknya akan menilai tentang rancang bangun juga interior.  Begitulah.

Untuk melahirkan kreatifitas, diperlukan keberanian keluar dari kotak kebiasaan pola pikir, Out of the box thinking.  Si jenius Einstein jauh-jauh waktu, sudah mengingatkan, hanya orang gila lah, yang melakukan hal yang sama berulang-ulang namun mengharapkan hasil yang berbeda.  Anda akan kecewa lalu frustasi,  selama masih belum melakukan kebaruan namun bersikeras mengharapkan terobosan.
Artinya, seorang arsitek akan sulit menemukan gagasan baru tentang menu selama ia masih berkotak pada pola pikir arsiteknya. Begitu juga sang koki, ketika ia mengharapkan gagasan baru untuk rancang bangun restoran.

Ada cara praktis membiasakan pola pikir melahirkan gagasan-gagasan breaktrough. Yakni dengan membiarkan apa yang muncul dikepala ketika memaknai hal-hal baru. Itu lah gagasan. Buka jalan untuk terus mengalir. Gagasan gila sekalipun, lahirkan dan munculkan. Sebanyak mungkin. Pikirkan tentang gagasan yang mungkin, hingga yang tidak mungkin sekalipun. Supaya terus mengalir, buang segala hambatan berupa kritik. Jauhkan dari pola pikir critical thinking.

Seperti apa yang dilakukan peserta training Batam Pos Entrepreneur School, untuk kelas entrepreneur angkatan ke 12, yang berakhir 11 Februari lalu.Pada salah satu sesi training, satu kelompok peserta yang terdiri dari 5 orang, dipaksa melahirkan beragam gagasan menjangkau pasar  untuk usaha garment yang dipunyai Didik. Baik  gagasan yang mungkin bisa dilakukan, hingga gagasan yang dinilai tidak mungkin dilakukan. Dalam waktu sepuluh menit,  mereka melahirkan 20  gagasan yang biasa dilakukan. Diantaranya, memasang iklan di koran, di radio, dan di televise. Juga melakukan penawaran ke berbagai perusahaan, memajang produk di toko. Namun dalam waktu yang sama mereka hanya mampu melahirkan 14 gagasan yang tidak mungkin dilakukan. Mereka menuliskan gagasan yang tidak mungkin dilakukan, sebagiannya adalah, membuka toko yang memajang produk garment selama 24 jam, menjual ke bulan, hingga menjual ke anggota Kadin! Nah, untuk pernyataan yang terakhir ini, kelompok lain justru mengatakan sangat mungkin dan harus dilakukan! Karena para anggota Kadin yang notabene adalah pengusaha tentu memiliki karyawan, yang sebagian dari mereka memerlukan pakaian seragam!  Itulah gagasan, yang membuat seorang entrepreneur  mampu berpikir kreatif, dan  membidik peluang pasar yang menarik!

Tentu, advise lain yang bisa dipetik dari kerja kelompok yang dilakukan peserta training di atas, untuk menemukan gagasan berupa breaktrough, atau terobosan, diperlukan upaya untuk melatih pikiran terbiasa, pikiran-pikiran yang awalnya tidak mungkin untuk dicerna. Ditelaah. Dibagikan, didiskusikan, untuk menemukan celah memungkinkannya.

Richard Branson, owner, Virgin Grup, awal mulanya, akan disebut sebagai orang gila ketika ia melahirkan gagasan untuk menjadikan antariksa sebagai destinasi pariwisata. Dengan membuat pesawat komersial untuk orang sipil,  bisa jalan-jalan bersama teman dan keluarga ke luar angkasa. Beragam analis menyebutkan gagasan itu tidak mungkin untuk dilakukan. Ia tidak gentar, berbekal passion, mencari dan menemukan orang-orang yang punya kapabilitas merealisasikan gagasan gilanya. Pesawatnya kini sudah kelar. Dan antrian orang untuk merasakan petualangan itu, sidah 500-an orang. Termasuk di antaranya, para selebriti Hollywood, seperti Ashton Kutcher, Tom Hanks, Katy Perry, Brad Pitt, Angelina Jolie, dan Stephen Hawking. Meskipun harus merogoh kantong sekitar Rp1,8 miliar untuk sekali perjalanan!

(Berawal dari impian dan gagasan entrepreneurship CEO JPNN Rida K Liamsi, ia menyusun pendirian Entrepreneurship Centre dan memimpin pelaksanaannya. Menyiapkan program entrepreneurship untuk Batam Pos Entrepreneur School, Sumut Pos Entrepreneur School dan Riau Pos Entrepreneur School)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/