26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Nelayan Humbahas Kritis Dikeroyok

MEDAN-Bangun Marbun (31) warga Desa Bakara, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas terpaksa dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Pirngadi oleh keluarganya, Kamis (18/4). Bangun kini terus merintih kesakitan akibat luka di dada, kepala dan punggung.
“Dia dipukuli puluhan oknum polisi di sebuah kafe di kawasan tempat tinggalnya,” kata ayah korban, Agian Marbun (75) di RS Pirngadi Medan, Jumat (20/4).

Aqian menceritakan, kejadian pengeroyokan itu terjadi Minggu (14/4) dinihari lalu. Ketika itu, korban duduk sambil minum-minum bersama rekannya di kafe di Desa Bakara. Di lain meja, seorang oknum polisi berinisial Aiptu JM duduk bersama rekannya.
Tidak tahu persis masalahnya, lanjut Agian, oknum polisi mendatangi meja korban sambil marah-marah hingga terjadi pertengkaran. Akhirnya mereka berduel di luar kafe. Dalam perkelahian itu, oknum polisi kalah.

“Saya tidak tahu persis masalahnya, mungkin polisi itu tersunggung mendengar suara berisik dari meja anak saya, ditambah lagi pengaruh minuman keras, keduanya sampai berkelahi. Polisi itu kalah,” jelas Agian.
Kemudian, lanjutnya, polisi tersebut pulang dan kembali datang dengan membawa rekannya.

“Mereka datang puluhan orang dengan tiga truk. Mereka memukuli anak saya. Tidak puas, mereka juga membawanya ke kantor polisi Doloksanggul. Di sana, dia juga dipukuli,” sebut Agian lagi.

Pihak keluarga, katanya, mencoba menjenguk korban di sel. “Tapi, kami tidak diberi kesempatan menjenguk ketika itu. Sampai ibunya menangis-nangis karena khawatir anaknya mati di sel,” ujarnya.

Akhirnya, lanjut Agian, karena kondisi anaknya kian parah, mereka akhirnya diperbolehkan membawa korban ke rumah sakit Doloksanggul. “Kami minta ditangguhkan penahanan untuk membawa anak saya ke rumah sakit,” katanya.

Di Rumah Sakit Doloksanggul ternyata tidak sanggup menangani kondisi korban. Mereka merujuknya ke rumah sakit di Balige. “Tapi, di rumah sakit Balige juga tidak sanggup karena tidak ada pemeriksaan kepala. Mereka merujuk ke rumah sakit Pirngadi Medan. Ka mi bawa dia ke rumah sakit ini kemarin Kamis, 18/4). Sudah di-rontgen, hasilnya ada delapan titik tulang dada yang patah. Kepalanya juga sudah diperiksa, tapi belum tahu hasilnya,” sebut Agian lagi.

Agian sendiri sebenarnya ingin membawa anaknya pulang. Soalnya, mereka tidak memiliki biaya. Namun, atas saran keluarga besar mereka, korban tetap dirawat.

“Saya sendiri tidak membela anak saya. Kalau salah, silakan proses secara hukum, tapi jangan dianiaya sampai seperti ini,” tutur Agian seraya menambahkan kasus ini sudah dilaporkan ke Propam Polres Humbanghasundutan.

Saat ditemui di ruang rawatan di ruang Mawar 1 Kamat 4, Istri korban, Yusrida Tinambunan, (30) mengungkapkan suaminya itu merupakan tulang punggung keluarga. Mereka juga memiliki tiga orang anak yang masih kecil dan membutuhkan ayahnya.
“Saya berharap suami saya bisa sembuh dan kembali beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selama ini, suami saya bekerja sebagai nelayan, mengambil ikan dari Danau Toba,” katanya.
Lanjutnya, saat ini, suaminya tersebut suka mengeluh kesakitan di bagian dada, kepala dan punggung bagian belakangnya.
“Tidak ada luka-luka di badan, hanya banyak memar di mukanya. Ia juga sering ngeluh sakit di kepala, dada dan punggung belakang,” katanya.
Bendahara Forum Generasi Muda Naipospos Gandi Situmeang yang mendampingi korban mengatakan bahwa tindakan polisi yang memukul korban tentu tidak dibenarkan. Karena itu, mereka akan membantu korban dalam proses hukumnya.
“Kita akan membantu proses hukum dan agar masalah ini cepat diselesaikan sehingga jangan ada lagi pihak aparat yang bersikap seperti premanisme begini lagi, kalau misalnya ada yang bersalah yah harus diselesaikan secara hukum jangan seperti ini,” katanya. (mag-13)

MEDAN-Bangun Marbun (31) warga Desa Bakara, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas terpaksa dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Pirngadi oleh keluarganya, Kamis (18/4). Bangun kini terus merintih kesakitan akibat luka di dada, kepala dan punggung.
“Dia dipukuli puluhan oknum polisi di sebuah kafe di kawasan tempat tinggalnya,” kata ayah korban, Agian Marbun (75) di RS Pirngadi Medan, Jumat (20/4).

Aqian menceritakan, kejadian pengeroyokan itu terjadi Minggu (14/4) dinihari lalu. Ketika itu, korban duduk sambil minum-minum bersama rekannya di kafe di Desa Bakara. Di lain meja, seorang oknum polisi berinisial Aiptu JM duduk bersama rekannya.
Tidak tahu persis masalahnya, lanjut Agian, oknum polisi mendatangi meja korban sambil marah-marah hingga terjadi pertengkaran. Akhirnya mereka berduel di luar kafe. Dalam perkelahian itu, oknum polisi kalah.

“Saya tidak tahu persis masalahnya, mungkin polisi itu tersunggung mendengar suara berisik dari meja anak saya, ditambah lagi pengaruh minuman keras, keduanya sampai berkelahi. Polisi itu kalah,” jelas Agian.
Kemudian, lanjutnya, polisi tersebut pulang dan kembali datang dengan membawa rekannya.

“Mereka datang puluhan orang dengan tiga truk. Mereka memukuli anak saya. Tidak puas, mereka juga membawanya ke kantor polisi Doloksanggul. Di sana, dia juga dipukuli,” sebut Agian lagi.

Pihak keluarga, katanya, mencoba menjenguk korban di sel. “Tapi, kami tidak diberi kesempatan menjenguk ketika itu. Sampai ibunya menangis-nangis karena khawatir anaknya mati di sel,” ujarnya.

Akhirnya, lanjut Agian, karena kondisi anaknya kian parah, mereka akhirnya diperbolehkan membawa korban ke rumah sakit Doloksanggul. “Kami minta ditangguhkan penahanan untuk membawa anak saya ke rumah sakit,” katanya.

Di Rumah Sakit Doloksanggul ternyata tidak sanggup menangani kondisi korban. Mereka merujuknya ke rumah sakit di Balige. “Tapi, di rumah sakit Balige juga tidak sanggup karena tidak ada pemeriksaan kepala. Mereka merujuk ke rumah sakit Pirngadi Medan. Ka mi bawa dia ke rumah sakit ini kemarin Kamis, 18/4). Sudah di-rontgen, hasilnya ada delapan titik tulang dada yang patah. Kepalanya juga sudah diperiksa, tapi belum tahu hasilnya,” sebut Agian lagi.

Agian sendiri sebenarnya ingin membawa anaknya pulang. Soalnya, mereka tidak memiliki biaya. Namun, atas saran keluarga besar mereka, korban tetap dirawat.

“Saya sendiri tidak membela anak saya. Kalau salah, silakan proses secara hukum, tapi jangan dianiaya sampai seperti ini,” tutur Agian seraya menambahkan kasus ini sudah dilaporkan ke Propam Polres Humbanghasundutan.

Saat ditemui di ruang rawatan di ruang Mawar 1 Kamat 4, Istri korban, Yusrida Tinambunan, (30) mengungkapkan suaminya itu merupakan tulang punggung keluarga. Mereka juga memiliki tiga orang anak yang masih kecil dan membutuhkan ayahnya.
“Saya berharap suami saya bisa sembuh dan kembali beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selama ini, suami saya bekerja sebagai nelayan, mengambil ikan dari Danau Toba,” katanya.
Lanjutnya, saat ini, suaminya tersebut suka mengeluh kesakitan di bagian dada, kepala dan punggung bagian belakangnya.
“Tidak ada luka-luka di badan, hanya banyak memar di mukanya. Ia juga sering ngeluh sakit di kepala, dada dan punggung belakang,” katanya.
Bendahara Forum Generasi Muda Naipospos Gandi Situmeang yang mendampingi korban mengatakan bahwa tindakan polisi yang memukul korban tentu tidak dibenarkan. Karena itu, mereka akan membantu korban dalam proses hukumnya.
“Kita akan membantu proses hukum dan agar masalah ini cepat diselesaikan sehingga jangan ada lagi pihak aparat yang bersikap seperti premanisme begini lagi, kalau misalnya ada yang bersalah yah harus diselesaikan secara hukum jangan seperti ini,” katanya. (mag-13)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/