JUARA Premier League musim lalu Manchester City baru saja kehilangan gelar pasca raihan poin yang telah dikumpulkan Manchester United tak mungkin terkejar.
Namun begitu tak ada alasan bagi Roberto Mancini untuk larut dalam kesedihan, karena tim berjuluk The Citizens ini masih punya satu pertandingan penting yang diharapkan bisa menjaga kapabilitas Mancio (panggilan akrab Roberto Mancini) sebagai salah seorang pelatih top.
Artinya, peluang Mancio untuk bertahan di City masih terbuka andai dia mampu mempersembahkan trofi ke-16 bagi tim yang awalnya bernama St Mark’s itu.
Memang, sejak berdiri tahun 1880, City telah mengoleksi 15 trofi. Hitung-hitungannya, 3 kali tampil sebagai juara liga (1937, 1968, dan 2012), 5 kali memenangi FA Cup (1904, 1934, 1956, 1969 dan 2011), 2 kali menjadi yang terbaik di pentas Piala Liga atau yang sekarang disebut Capitasl One Cup (1970 dan 1976), 4 kali memenangi Community Shield (1937, 1968, 1972 dan 2012), serta sekali menjadi yang terbaik di tingkat Eropa lewat ajang Cup Winners’ Cup (1970).
Kesempatan untuk menambah koleksi trofi bagi City terbuka lebar karena malam ini City akan melakoni partai final FA Cup di Stadion Wembley menghadapi Wigan Athletic.
Di atas kertas The Latics (julukan Wigan) bukan lawan yang sepadan bagi City. Baik jika dilihat dari materi pemain yang dimiliki, apalagi jika mengacu pada dua trofi Piala Liga (1985, 1999) yang baru bisa dikumpulkan The Latics sejak tim itu terbentuk pada 1932.
Pun demikian Mancio mengatakan bahwa dirinya tak menganggap enteng calon lawannya itu. Menurutnya, kemenangan 1-0 yang diraih City saat menjamu The Latics tiga minggu lalu, atau tepatnya pada 17 Apr 2013 sudah membuktikan jika The Latics adalah tim yang tangguh.
“Siapa yang menyebut mereka tim yang lemah? Kami bisa mengalahkan mereka setelah seluruh pemain tampil all out. Saat itu Carlos (Tevez) baru bisa mencetak gol di menit ke-83, atau beberapa menit sebelum pertandingan berakhir. Sungguh itu sebuah pertandingan yang sulit,” tandas Mancio.
Untungnya, menatap laga krusial ini seluruh pemain pilar City dalam keadaan bugar dan siap dimainkan.
Mungkin yang membuat Mancio pusing adalah menentukan siapa pemain yang akan dipasang di lini depan nanti.
Pada beberapa pertandingan terakhir, Sergio “Kun” Aguero lebih sering didudukkan sebagai pemain cadangan, seolah dipersiapkan untuk partai final FA Cup. Sementara, Carlos Tevez tercatat sebagai pemain City yang paling banyak mencetak gol ke gawang Wigan dalam tiga tahun terakhir, yakni lima gol.
Nama Edin Dzeko tak boleh dikesampingkan begitu saja jika acuan untuk tampil di partai final adalah jumlah gol. Sejauh ini Dzeko adalah topskor klub dengan 13 gol, atau dua gol lebih banyak dari yang bisa dikumpulkan Aguero dan Tevez.
“Sergio (Aguero) dan Carlos (Tevez) adalah pemain yang bagus, tapi Edin (Dzeko) tampil sangat bagus saat kami mengalahkan West Bromwich. Saya pikir dia bisa bersaing memperebutkan posisi inti,” tandas Mancio.
Jika Mancio disibukkan dengan memilih pemain pada partai final nanti, tidak demikian halnya dengan Roberto Martinez yang kini sedang galau karena konsentrasinya terpecah antara meraih trofi FA Cup dan bertahan di pentas Premier League.
“Sepertinya jika kami memenangi piala itu (FA Cup), kami tak punya waktu untuk merayakannya. Pertandingan menghadapi Aston Villa dan Arsenal sudah menguras konsentrasi kami,” bilang Martinez.
“Kami telah kehilangan bek Antolin Alcaraz. Dan kini kami juga kehilangan Maynor Figueroa. Padahal selama ini kedua pemain inilah yang menjadi pilihan utama di lini belakang. Saya harap ini tak membuat pertahanan kami rapuh,” harap Martinez.
Dengan kondisi ini, tampaknya peluang Roberto Mancini untuk mempersembahkan trofi ke-16 kepada City bukan hal yang sulit. Apalagi fakta mengungkap bahwa sudah lima tahun lamanya The Latics tak pernah mengalahkan City. Tak hanya itu, satu-satunya pertemuan kedua tim di Piala FA yang berlangsung 28 Januari 2006 di babak 32 besar dimenangkan City dengan skor 1-0 lewat gol Andy Cole (84’). Jadi, ayo Mancio, raih trofi ke-16! (*)