26 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Jangan Sisakan Makananmu

MEDAN- Limbah makanan menjadi salah satu pemberi kontribusi terbesar permasalahan lingkungan di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil inventory gas rumah kaca dari sektor sampah, Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Sumut mendapat informasi bahwa presentase limbah padat pada komponen makanan di tempat pembuangan akhir di Namobintang kota Medan sebesar 33,31 persen dan di Kabupaten Langkat sebesar 52,56 persen.

“Limbah makanan ini tidak hanya berdampak secara finansial , juga berdampak buruk bagi lingkungan. Semakin banyak limbah, berarti semakin besar pemborosan,” ucap Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut Dr Ir Hidayati MSi membacakan sambutan Gubsu pada seminar nasional lingkungan hidup bertema ‘Penelitian Lingkungan Hidup’ dengan subtema ‘Ubah Prilaku dan Pola Konsumsi untuk Selamatkan Lingkungan’ yang digelar BLH Sumut di Hotel Garuda Plaza, Selasa (11/6).

Limbah tersebut, lanjut Hidayati berdampak terhadap pemborosan sumber daya alam dalam proses produksi seperti penggunaan air, pemborosan bahan kimia seperti pupuk pestisida, pemborosan bahan bakar dalam transportasi dan pendistribusian. Jadi semakin banyak limbah makanan yang terbuang maka semakin banyak juga metana yang dihasilkan dalam proses pembusukannya. Karena dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan membuang sisa makanan dapat meningkatkan emisi gas methan sebagai salah satu gas perusak rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Dengan kondisi ini perlu dilakukan tindakan penyelamatan, seperti menanam pohon, menghemat konsumsi makanan dan menyesuaikannya dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis, memilih bahan makanan lokal karena lebih ramah lingkungan dalam proses pendistribusian serta memilih bahan makanan organik yang ramah lingkungan dalam proses produksinya.
“Menyelamatkan lingkungan hidup bukan hal mudah. Pendidikan tentang pemahaman bagaimana memelihara dan bersikap terhadap lingkungan harus ditanamkan sejak dini,” ujarnya.

Dalam acara tersebut menghadirkan pembicara Kepala Pusat pengelola Echo Eegion Sumatera Ilham Malik dan anggota DPD RI Parlindungan Purba. Bersamaan dengan seminar juga dilakukan penyerahan tropi kepada para pahlawan lingkungan.
Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Kusnadi mengatakan, dalam kampanye penurunan limbah rumah tangga harus konsisten dilakukan seluruh elemen masyarakat. Panutan menjadi contoh pembelajaran yang efektif. Lakukan upaya-upaya sederhana dengan memulai tidak menyisakan makanan terbuang percuma.

Karena makanan terbentuk melalui satu rangkain proses yang panjang (food print) dari proses produksi menjadikan bahan makanan hingga proses produksi menjadi makanan tersebut. “Rangkaian proses yang panjang tersebut tentunya menguras energi yang sangat banyak. Menjadi akan sia-sia dan mencemari lingkungan jika pada akhirnya setelah menjadi makanan lalu terbuang karena kita sisakan,” ucapnya.

Value dan life style harus diarahkan ke sikap yang lebih bijak menyikapi makanan, mengurangi timbulnya limbah bahan makanan untuk kepentingan kelestarian alam, penghematan, meminimalkan dampak lingkungan sejak proses produksi sampai ke konsumen dan mengurangi limbah makanan untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Secara nasional, Puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2013 dipimpin Presiden Susilo Bambang Yodhoyono di Istana Negara,  Senin (10/6). SBY memberikan sambutan dan penghargaan di bidang lingkungan untuk para pihak yang telah berusaha dalam upaya pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup. Penghargaan disampaikan kepada individu, kelompok maupun perwakilan pemerintah daerah ini adalah Penghargaan Kalpataru, Penyusun Status Lingkungan Hidup Daerah Terbaik, Anugrah Adipura, dan Adiwiyata Mandiri.(mag-12/ban)

MEDAN- Limbah makanan menjadi salah satu pemberi kontribusi terbesar permasalahan lingkungan di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil inventory gas rumah kaca dari sektor sampah, Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Sumut mendapat informasi bahwa presentase limbah padat pada komponen makanan di tempat pembuangan akhir di Namobintang kota Medan sebesar 33,31 persen dan di Kabupaten Langkat sebesar 52,56 persen.

“Limbah makanan ini tidak hanya berdampak secara finansial , juga berdampak buruk bagi lingkungan. Semakin banyak limbah, berarti semakin besar pemborosan,” ucap Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut Dr Ir Hidayati MSi membacakan sambutan Gubsu pada seminar nasional lingkungan hidup bertema ‘Penelitian Lingkungan Hidup’ dengan subtema ‘Ubah Prilaku dan Pola Konsumsi untuk Selamatkan Lingkungan’ yang digelar BLH Sumut di Hotel Garuda Plaza, Selasa (11/6).

Limbah tersebut, lanjut Hidayati berdampak terhadap pemborosan sumber daya alam dalam proses produksi seperti penggunaan air, pemborosan bahan kimia seperti pupuk pestisida, pemborosan bahan bakar dalam transportasi dan pendistribusian. Jadi semakin banyak limbah makanan yang terbuang maka semakin banyak juga metana yang dihasilkan dalam proses pembusukannya. Karena dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan membuang sisa makanan dapat meningkatkan emisi gas methan sebagai salah satu gas perusak rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Dengan kondisi ini perlu dilakukan tindakan penyelamatan, seperti menanam pohon, menghemat konsumsi makanan dan menyesuaikannya dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis, memilih bahan makanan lokal karena lebih ramah lingkungan dalam proses pendistribusian serta memilih bahan makanan organik yang ramah lingkungan dalam proses produksinya.
“Menyelamatkan lingkungan hidup bukan hal mudah. Pendidikan tentang pemahaman bagaimana memelihara dan bersikap terhadap lingkungan harus ditanamkan sejak dini,” ujarnya.

Dalam acara tersebut menghadirkan pembicara Kepala Pusat pengelola Echo Eegion Sumatera Ilham Malik dan anggota DPD RI Parlindungan Purba. Bersamaan dengan seminar juga dilakukan penyerahan tropi kepada para pahlawan lingkungan.
Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Kusnadi mengatakan, dalam kampanye penurunan limbah rumah tangga harus konsisten dilakukan seluruh elemen masyarakat. Panutan menjadi contoh pembelajaran yang efektif. Lakukan upaya-upaya sederhana dengan memulai tidak menyisakan makanan terbuang percuma.

Karena makanan terbentuk melalui satu rangkain proses yang panjang (food print) dari proses produksi menjadikan bahan makanan hingga proses produksi menjadi makanan tersebut. “Rangkaian proses yang panjang tersebut tentunya menguras energi yang sangat banyak. Menjadi akan sia-sia dan mencemari lingkungan jika pada akhirnya setelah menjadi makanan lalu terbuang karena kita sisakan,” ucapnya.

Value dan life style harus diarahkan ke sikap yang lebih bijak menyikapi makanan, mengurangi timbulnya limbah bahan makanan untuk kepentingan kelestarian alam, penghematan, meminimalkan dampak lingkungan sejak proses produksi sampai ke konsumen dan mengurangi limbah makanan untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Secara nasional, Puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2013 dipimpin Presiden Susilo Bambang Yodhoyono di Istana Negara,  Senin (10/6). SBY memberikan sambutan dan penghargaan di bidang lingkungan untuk para pihak yang telah berusaha dalam upaya pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup. Penghargaan disampaikan kepada individu, kelompok maupun perwakilan pemerintah daerah ini adalah Penghargaan Kalpataru, Penyusun Status Lingkungan Hidup Daerah Terbaik, Anugrah Adipura, dan Adiwiyata Mandiri.(mag-12/ban)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/