26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bayi yang Lahir Tanpa Bidan di Pos Pengungsian

Jasmani tak pernah membayangkan akan bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono. Dia pun tak menyangka kalau ada pejabat Republik Indonesia yang akan member nama untuknya. Tapi, semua berubah ketika dia menjadi korban gempa Selasa (2/7) lalu.

ANAK: Jasmani memangku anaknya  belakangan diberi nama Cut Juliati  pos pengungsian  berada  Blang Mancung Kecamatan Ketol Aceh Tengah, Rabu (3/7) lalu.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
ANAK: Jasmani memangku anaknya yang belakangan diberi nama Cut Juliati di pos pengungsian yang berada di Blang Mancung Kecamatan Ketol Aceh Tengah, Rabu (3/7) lalu.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Kenyataan ini jelas membuat Jasmani (38) bahagia. Bak oase, kehadiran pejabat negara ke pos pengungsian yang dia tinggali begitu menyegarkan. Ya, gempa tempo hari telah habis menguras rasa sedihnya. Ditambah lagi, istri Ismail ini harus melahirkan anak keduanya di pos tersebut.

Seperti sempat ia ungkapkan kepada Sumut Pos pada Rabu (3/7) lalu, perjuangannya melahirkan anaknya itu memang cukup mendebarkan. Malam itu, Rabu(3/7) sekitar pukul 02.00 dini hari (sebelumnya ditulis Selasa (2/7), Red) mendadak suara bayi memecahkan suasana sedih yang menyelimuti Desa Blang Mancung Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah. Bayi seberat 4 kilogram (kg) itu selamat lahir ke dunia meski tidak didampingi bidan.
“Sebelum gempa saya sudah masuk Posyandu, siap-siap melahirkan. Tapi itulah dia, gempa. Saya pun dipindahkan ke tempat ini (posko pengungsian, Red) karena Posyandu tak bisa ditempati,” aku Jasmani, Rabu (3/7) lalu.

Posko pengungsian yang dimaksud Jasmani tak lain adalah sebuah gubuk kecil. Posko itu memang sengaja dibuat warga untuk Jasmani yang sedang hamil tua. Dindingnya pun tak lengkap, terdiri dari keping seng dan triplek bekas reruntuhan, masih banyak yang berlubang. Sedangkan lantainya hanya karpet berwarna cokelat yang ditutupi kasur tipis. Sebuah ruang bersalin yang sangat tidak layak. “Bidannya kena kaca. Kakinya luka. Dia tidak bisa menolong saya melahirkan. Untuk ada ibu-ibu dari Takengon itu (rombongan perawat yang hadir karena gempa, Red), kalau tidak tak tahulah saya bagaimana,” kenang Jasmani sembari sesekali melirik bayinya yang masih berumur sehari itu dalam pangkuan. Di sisi mereka berdua, terlihat anak pertama Jasmani tertidur nyenyak.

Jasmani mengakui hanya kebesaran Allah SWT-lah yang membuat dia dan anaknya selamat. Malam itu, dalam suasana gelap dan hanya bergantung pada cahaya petromaks, ia bersalin dengan alat medis seadanya. Bahkan, tali pusar anaknya pun hanya diikat dengan benang karung. “Lampu pun mati… kami hanya pakai lampu petromaks. Beruntung, karena saya hamil, tetangga mendahulukan keperluan saya,” kata Jasmani lagi tanpa lupa mengucap syukur pada Tuhan.

Nah, kemarin, tanpa disangka dan dinyana Jasmani dikunjungi Agung Laksono dan rombongan. Perjuangan Jasmani melahirkan anaknya memang banyak menyita perhatian. Maka, tanpa sungkan sang menteri ingin bertemu langsung. Saat itulah diketahui kalau bayi perempuan Jasmani belum memiliki nama.

Entah siapa yang mulai, yang jelas Jasmani akhirnya meminta Agung Laksono memberikan nama untuk anaknya itu. “Cut Juliati,” sebut Agung Laksono. Jasmani tersenyum, demikian juga yang hadir di sana.

Kemarin, Kamis (4/7), Agung memang melakukan kunjungan ke posko pengungsi Desa Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah. Pemerintah pusat ingin memastikan korban gempa di Aceh dapat dilayani dengan baik. Agung menjelaskan selain penyediaan logistik, pemerintah akan fokus menangani korban luka-luka. Sementara itu, korban yang meninggal juga terus ditangani dengan fardhu kifzyah.

“Penanganan luka berat apabila tidak mampu ditangani di sini, akan dibawa ke Lhokseumawe atau ke Banda Aceh. Biaya ditanggung negara,” kata Agung.
Pemerintah juga menyediakan sejumlah tenda yang akan didistribusikan dalam dua hari ini. Tambahan tenda ini atas permintaan warga yang ingin lebih dekat dari rumahnya.

Tim relawan dari BNPB, SAR, dan TNI masih berusaha menyalurkan bantuan dan mendirikan tenda di sejumlah titik. Bantuan sementara seperti mi instan, beras, serta air mineral terus didistribusikan. Sebagian tim juga masih terus berusaha mencari 12 orang yang dinyatakan hilang. Tim juga sedang menuju dua desa yang terisolasi, yaitu Desa Bah dan Desa Srampah.

Nasib ‘baik’ yang diterima Jasmani tidak sama dirasakan Kasmawati. Warga Kampung Bukit Rata Kecamatan Kute Penang ini mengalami nasib kurang beruntung. Dia sudah tiga hari melahirkan, namun belum mendapatkan perawatan yang layak. Jadi, jangankan kunjungan menteri, untuk bertahan hidup saja tampaknya sulit. Kemarin dia hanya berbaring lemas dibawah tenda pengungsian.

“Di kampung kami ada seorang ibu melahirkan 3 hari yang lalu dan sampai sekarang belum ada pengobatan secara gratis dan sangat memprihatinkan”, kata warga setempat, Idris saat mendatangi Posko Siaga Bencana Sekdakab dini hari kemarin, seperti dilansir Rakyat Aceh (grup Sumut Pos). (mag-11/ron/smg/bbs)

Jasmani tak pernah membayangkan akan bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono. Dia pun tak menyangka kalau ada pejabat Republik Indonesia yang akan member nama untuknya. Tapi, semua berubah ketika dia menjadi korban gempa Selasa (2/7) lalu.

ANAK: Jasmani memangku anaknya  belakangan diberi nama Cut Juliati  pos pengungsian  berada  Blang Mancung Kecamatan Ketol Aceh Tengah, Rabu (3/7) lalu.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
ANAK: Jasmani memangku anaknya yang belakangan diberi nama Cut Juliati di pos pengungsian yang berada di Blang Mancung Kecamatan Ketol Aceh Tengah, Rabu (3/7) lalu.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Kenyataan ini jelas membuat Jasmani (38) bahagia. Bak oase, kehadiran pejabat negara ke pos pengungsian yang dia tinggali begitu menyegarkan. Ya, gempa tempo hari telah habis menguras rasa sedihnya. Ditambah lagi, istri Ismail ini harus melahirkan anak keduanya di pos tersebut.

Seperti sempat ia ungkapkan kepada Sumut Pos pada Rabu (3/7) lalu, perjuangannya melahirkan anaknya itu memang cukup mendebarkan. Malam itu, Rabu(3/7) sekitar pukul 02.00 dini hari (sebelumnya ditulis Selasa (2/7), Red) mendadak suara bayi memecahkan suasana sedih yang menyelimuti Desa Blang Mancung Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah. Bayi seberat 4 kilogram (kg) itu selamat lahir ke dunia meski tidak didampingi bidan.
“Sebelum gempa saya sudah masuk Posyandu, siap-siap melahirkan. Tapi itulah dia, gempa. Saya pun dipindahkan ke tempat ini (posko pengungsian, Red) karena Posyandu tak bisa ditempati,” aku Jasmani, Rabu (3/7) lalu.

Posko pengungsian yang dimaksud Jasmani tak lain adalah sebuah gubuk kecil. Posko itu memang sengaja dibuat warga untuk Jasmani yang sedang hamil tua. Dindingnya pun tak lengkap, terdiri dari keping seng dan triplek bekas reruntuhan, masih banyak yang berlubang. Sedangkan lantainya hanya karpet berwarna cokelat yang ditutupi kasur tipis. Sebuah ruang bersalin yang sangat tidak layak. “Bidannya kena kaca. Kakinya luka. Dia tidak bisa menolong saya melahirkan. Untuk ada ibu-ibu dari Takengon itu (rombongan perawat yang hadir karena gempa, Red), kalau tidak tak tahulah saya bagaimana,” kenang Jasmani sembari sesekali melirik bayinya yang masih berumur sehari itu dalam pangkuan. Di sisi mereka berdua, terlihat anak pertama Jasmani tertidur nyenyak.

Jasmani mengakui hanya kebesaran Allah SWT-lah yang membuat dia dan anaknya selamat. Malam itu, dalam suasana gelap dan hanya bergantung pada cahaya petromaks, ia bersalin dengan alat medis seadanya. Bahkan, tali pusar anaknya pun hanya diikat dengan benang karung. “Lampu pun mati… kami hanya pakai lampu petromaks. Beruntung, karena saya hamil, tetangga mendahulukan keperluan saya,” kata Jasmani lagi tanpa lupa mengucap syukur pada Tuhan.

Nah, kemarin, tanpa disangka dan dinyana Jasmani dikunjungi Agung Laksono dan rombongan. Perjuangan Jasmani melahirkan anaknya memang banyak menyita perhatian. Maka, tanpa sungkan sang menteri ingin bertemu langsung. Saat itulah diketahui kalau bayi perempuan Jasmani belum memiliki nama.

Entah siapa yang mulai, yang jelas Jasmani akhirnya meminta Agung Laksono memberikan nama untuk anaknya itu. “Cut Juliati,” sebut Agung Laksono. Jasmani tersenyum, demikian juga yang hadir di sana.

Kemarin, Kamis (4/7), Agung memang melakukan kunjungan ke posko pengungsi Desa Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah. Pemerintah pusat ingin memastikan korban gempa di Aceh dapat dilayani dengan baik. Agung menjelaskan selain penyediaan logistik, pemerintah akan fokus menangani korban luka-luka. Sementara itu, korban yang meninggal juga terus ditangani dengan fardhu kifzyah.

“Penanganan luka berat apabila tidak mampu ditangani di sini, akan dibawa ke Lhokseumawe atau ke Banda Aceh. Biaya ditanggung negara,” kata Agung.
Pemerintah juga menyediakan sejumlah tenda yang akan didistribusikan dalam dua hari ini. Tambahan tenda ini atas permintaan warga yang ingin lebih dekat dari rumahnya.

Tim relawan dari BNPB, SAR, dan TNI masih berusaha menyalurkan bantuan dan mendirikan tenda di sejumlah titik. Bantuan sementara seperti mi instan, beras, serta air mineral terus didistribusikan. Sebagian tim juga masih terus berusaha mencari 12 orang yang dinyatakan hilang. Tim juga sedang menuju dua desa yang terisolasi, yaitu Desa Bah dan Desa Srampah.

Nasib ‘baik’ yang diterima Jasmani tidak sama dirasakan Kasmawati. Warga Kampung Bukit Rata Kecamatan Kute Penang ini mengalami nasib kurang beruntung. Dia sudah tiga hari melahirkan, namun belum mendapatkan perawatan yang layak. Jadi, jangankan kunjungan menteri, untuk bertahan hidup saja tampaknya sulit. Kemarin dia hanya berbaring lemas dibawah tenda pengungsian.

“Di kampung kami ada seorang ibu melahirkan 3 hari yang lalu dan sampai sekarang belum ada pengobatan secara gratis dan sangat memprihatinkan”, kata warga setempat, Idris saat mendatangi Posko Siaga Bencana Sekdakab dini hari kemarin, seperti dilansir Rakyat Aceh (grup Sumut Pos). (mag-11/ron/smg/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/