SUMUTPOS.CO – Gunung Sinabung keluarkan erupsi terbesar sepanjang 2013. Senin (18/11) Sinabung semburkan material vulkanik setinggi 8 kilometer. Tercatat, tinggi kolom debu Sinabung sejak mulai ditetapkan berstatus Siaga pada 3 November lalu hanya setinggi 7.000 meter. Erupsi pun terjadi selama 32 menit.
“Di Desa Mardinding kami cukup mendengar suara gemuruh dini hari tadi (kemarin, Red), kami telah prediksi kalau paginya pasti akan meletus. Karena sudah keseringan diantam erupsi kami meyakini itu,” ujar Jepri Bangun, warga Desa Mardinding, Kecamatan Tiganderket.
Perkiraan masyarakat di lereng Sinabung pun tak jauh berbeda dengan catatan yang terekam di Pos Pemantau Gunung Api ( PPGA) Sinabung. Sepanjang pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB tercatat terjadi gempa vulkanik dalam sebanyak 8 kali dengan Amplitudo Maksimum (Amax) 7-25 mm selama 7-12 detik, gempa vulkanik dangkal 1 kali dengan Amax: 2 mm selama 5 detik , 1 kali gempa hybrid Amax: 8 mm selama 10 detik, 3 kali hembusan Amax: 6-12 mm selama 16-21 detik , 1 kali gempa tektonik jauh Amax: 42 mm dengan getaran selama 100 detik dan tremor dengan Amax: 0,5-4 mm.
Erupsi yang berlangsung saat sebahagian masyarakat sedang bersiap diri itu langsung mengganggu aktifitas penduduk yang hendak memulai aktivitas. Apalagi, erupsi berlangsung lama dengan keadaan kolom debu yang lama bertahan di udara. Bahkan, warga Berastagi sudah bersiap diri mendapat kiriman debu.
“Saya sempat memasukkan lagi pakaian yang saya jemur, takut nanti kena debu. Rupanya tidak mengarah kemari,” ujar Sinta, warga Desa Jaranguda sambil berusaha menjemur kembali pakaiannya yang tadinya telah diangkat.
Jalanan menuju salah satu ikon wisata di Berastagi, Bukit Gundaling pun sempat macet akibat hadirnya banyak warga yang ingin melihat erupsi meninggi itu dengan lebih jelas. Arus lalu lintas baru normal setelah mendapat kepastian kalau debu mengarah ke Barat dan Barat daya Sinabung.
Sementara, di daerah yang menjadi tujuan angin dari Sinabung, seperti Kecamatan Tiganderket, Kutabuluh dan sekitarnya, pemandangan berbeda kelihatan jelas. Hujan debu bercampur pasir. Sebahagian Kecamatan Naman Teran juga mengalami nasib serupa.
“Hitam kali asapnya pertama, kami sudah bersiap sejak awal makanya ini cepat kami antisipasi,” ujar Star Sembiring, warga Desa Kutarayat.
Pada erupsi kemarin, terang petugas PPGA Sinabung, Ahmad Nabawi awan panas yang awalnya tidak terekam akhirnya kelihatan mengarah ke tenggara tepatnya Desa Sukameriah kecamatan Payung dengan jarak luncur 800 meter.
Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, pada wartawan Senin (18/11) mengatakan, erupsi yang terjadi adalah eksplosif. ” Erupsi eksplosif ini karena diikuti suara gemuruh dan terdengar dari beberapa desa salah satunya Desa Tiganderket, Berastagi, Kabanjahe, Payung, Sigaranggarang, dan Laukawar,” bebernya.
Lebih lanjut dikatakan Sutopo, bahwa aplitude maksimum 120 mm atau overscale selama 3 menit. Sementara itu lama gempa disebabkan letusan tersebut mencapai 32 menit. “Kolom debu letusan tebal. Abu yang kehitaman ini menyemburkan hingga mencapai ketinggian maksimum 8.000 meter dari puncak gunung. Makanya abu tersebut menyelimuti desa yang berdekatan dengan Sinabung,” ucap Sutopo.
Seluruh Penerbangan Diminta Jauhi Sinabung
Dari Jakrta, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan secara resmi telah mengeluarkan peringatan kepada seluruh maskapai penerbangan agar menjauh dari Gunung Sinabung.
“Semua penerbangan diminta menghindari air route (rute penerbangan) tersebut. Jika ada perubahan situasi terkini, akan disampaikan kembali melalui Ashtam,” ujar Juru Bicara Kemenhub, Bambang S Ervan, kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Dijelaskan, surat peringatan ini disampaikan dalam bentuk Astham pada Senin pukul 07.15 WIB. Ashtam adalah sejenis notam (notice to airman) seri khusus dengan format tertentu yang berisi tentang perubahan aktivitas gunung berapi, erupsi dan awan abu yang berpotensi berpengaruh terhadap pengoperasian pesawat. (nng/smg/rud/sam)