BANGKOK, SUMUTPOS.CO – Silang sengkarut politik Thailand bakal semakin keruh. Mantan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva dijerat pasal pembunuhan terkait dengan pembubaran demonstran oposisi oleh militer tiga tahun lalu.
Kasus tersebut memanaskan konflik politik yang mengguncang Thailand sebulan terakhir. Ribuan demonstran oposisi yang didukung Partai Demokrat pimpinan Abhisit berupaya melengserkan pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. Sebab, Yingluck dianggap menjadi boneka Thaksin Shinawatra saja.
Tetapi, sejumlah analis ragu bahwa Abhisit akan benar-benar dipenjara lantaran koneksinya yang kuat dengan kelompok elite di Thailand. Kasus tersebut hanya dianggap sebagai perlawanan politik pemerintah terhadap gerakan oposisi.
Bahkan, politikus kelahiran Inggris itu membantah tuduhan tersebut. Dia pun telah dibebaskan setelah membayar jaminan sebesar THB 1,8 juta (Rp 675 juta). “Sidang permulaan dilaksanakan pada 24 Maret tahun depan,” terang kuasa hukum Abhisit, Bandit Siripan, setelah mendampingi kliennya menjalani pemeriksaan tertutup kemarin.
Di bawah pemerintahan Abhisit, lebih dari 90 orang tewas dan hampir 1.900 lainnya terluka dalam bentrokan antara polisi dan demonstran pro-Thaksin yang biasa disebut Kaus Merah di Bangkok pada 2010. Polisi dilaporkan menembakkan peluru tajam untuk membubarkan massa.
Sekelompok kecil massa Kaus Merah meneriaki Abhisit sebagai pembunuh saat pemimpin Partai Demokrat tersebut tiba di pengadilan. Dia juga tidak bersedia melayani pertanyaan media. Selain itu, ada sekitar 10 pendukung Abhisit di luar ruang sidang yang membawa karangan bunga.
Thailand terus terjebak dalam konflik politik pasca dilengserkannya Thaksin Shinawatra melalui kudeta militer pada 2006. Negeri Gajah Putih itu seperti terbelah menjadi dua bagian. Pendukung Partai Demokrat adalah massa kelas menengah dan terpelajar di perkotaan. Di sisi lain, ada pendukung Thaksin yang mayoritas kurang berpendidikan dan tinggal di wilayah pedesaan.
Jaksa menyatakan, Abhisit dan mantan deputinya, Suthep Thaugsuban, mengeluarkan perintah yang berbuntut pada pembunuhan dan upaya pembunuhan oleh polisi.
Abhisit yang lulusan Oxford itu mengaku tidak bersalah dan menganggap tuduhan tersebut berlatar belakang politik. Suthep, yang tidak menghadiri sidang kemarin, menghadapi tuduhan yang sama. Namun, dia meminta pengadilan menunda sidang.
Saat ini Suthep memimpin massa demonstran untuk menuntut pengunduran diri Yingluck. Polisi juga sudah menerbitkan surat peringatan tangkap kepada Suthep karena tuduhan melawan pemerintah. (AFP/cak/c14/dos)