26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Istri Brigjen Mangisi Situmorang Aniaya dan Sekap 16 Pembantu

Foto: ARIFAL/RADAR BOGOR  KORBAN PENYEKAPAN: Salah satu korban penyekapan Brigjen Polisi, MS melapor ke Mapolres Bogor Kota. Dan foto rumah sang Brigjen.
Foto: ARIFAL/RADAR BOGOR
KORBAN PENYEKAPAN: Salah satu korban penyekapan Brigjen Polisi, MS melapor ke Mapolres Bogor Kota. Dan foto rumah sang Brigjen.

BOGOR, SUMUTPOS.CO – Dengan kondisi masih syok, seorang pembantu yang masih berusia 19 tahun, Yuliana Leiwer mengadu ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polres Bogor Kota, kemarin. Yuliana mengadu telah menjadi korban penganiayaan fisik dan tidak digaji selama tiga bulan bekerja oleh wanita berinisial M, istri Brigjen Pol Drs Mangisi Situmorang. Alamak!

Kondisi serupa juga dialami rekan Yuliana lainnya. Selama bekerja, pekerja di rumah mewah seluas 500 meter persegi di Perumahan Duta Kencana, Jl Danau Motana, Kota Bogor itu kerap mendapat perlakuan kasar, yakni ditampar dan dicakar oleh M. Tindakan itu antara lain diterima pekerja apabila terjadi kesalahan yang dilakukan pekerja sekecil apa pun. Mereka dipekerjakan dari pukul 05.00 sampai pukul 24.00. Selepas itu, mereka baru boleh beristirahat.

Alat telekomunikasi, yakni telepon seluler, milik pekerja disita majikan. Tujuannya, agar kekerasan yang dialami pekerja tidak tersebar atau diketahui orang lain dan kerabat. Yuliana tidak betah dan mencoba kabur. Namun, upaya melarikan diri ternyata sulit terwujud karena jendela berteralis dan pagar berkawat duri.

Selain itu, juga ada petugas jaga. Dalam satu kesempatan, Yuliana bisa mendapatkan kembali telepon seluler dan mengirim pesan singkat (SMS) berisi permintaan tolong kepada kerabat. Keluarga kemudian datang dan mengambil Yuliana dari keluarga sang jenderal. Selanjutnya, Yuliana melaporkan yang dia alami ke Polres Bogor Kota.

Saat diwawancarai, Yuliana mengaku tidak digaji selama bekerja selama tiga bulan dan mengalami kekerasan. Oleh sebab itu, wanita ini melarikan diri dan sempat luntang lantung selama dua hari.

Korban akhirnya dibantu untuk kembali ke keluarga oleh warga. Tak lama setelah itu, Yuliana dan keluarga melaporkan sang majikan ke Polres Bogor.

“Aku di sana nggak dibayar, nggak betah. Saya disiksa, dipukul, dicakar. Di sana jadi pembantu, nyuci, ngepel,” kata Yuli, saat ditemui, Kamis (20/2). Yuli bisa keluar dari rumah itu setelah dijemput kakaknya dengan ditemani polisi.

Yuli berasal dari Ambon, Maluku. Dia merantau ke Jakarta untuk memperbaiki nasibnya. Saat di terminal Pulogadung, ada seorang pria yang menawarinya kerja di toko. Tapi kemudian dia malah dibawa ke rumah ibu M di Bogor.

“Waktu kerja, kalau dipanggil terus datang terlambat ditampar,” jelas dia.

Tak hanya Yuli sendiri di rumah mewah itu. Ada belasan perempuan lainnya berusia 18-21 tahun. Mereka berasal dari sejumlah daerah mulai dari Jawa Tengah sampai Bima.

“Cuma ibu saja yang galak, bapak dan anak-anaknya baik,” terangnya.

Keluarga jenderal polisi itu mempunya 3 orang anak. Seorang menjadi polisi dan ditempatkan di daerah Sumatera, seorang lagi menjadi pengacara, dan seorang lagi masih kuliah..

“Waktu kesitu tanya teman-teman di situ gaji Rp 900 ribu, tapi 3 bulan Yuli kerja di situ tidak pernah dikasih, seribu pun gak dikasih. Pernah nelepon bapak di rumah, HP langsung diambil dan dibanting. Kata majikan aku sudah dibeli,” tutup dia yang didampingi kakak dan ayahnya.

Setelah laporan itu, polisi langsung melakukan penyelidiakan di rumah jenderal purnawirawan itu. Dari hasil proses evakuasi yang dilakukan aparat Polresta Bogor, diketahui total ada 16 pembantu di dalam rumah itu.

“Kapolres Bogor sudah saya perintahkan untuk evakuasi pembantu-pembantu lain yang ada di rumah Pak Situmorang itu, dan semuanya ada 16 orang, di luar pelapor,” kata Kapolda Jawa Barat, Irjen M Iriawan, Kamis (20/2).

“Ada 3 orang di antaranya di bawah umur,” sambung Iriawan.

Iriawan mengatakan, 16 pembantu terdiri dari 6 laki-laki dan 10 perempuan.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Bogor AKP Condro Sasongko mengatakan, evakuasi dilakukan pada Rabu (19/2) malam di rumah di Tegalega, kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

“Semalam baru 13 orang yang dievakuasi. Siang ini tiga orang lagi sedang dibawa dari rumah terlapor,” kata Condro.

Condro mengatakan, tidak ada perlawanan dari pemilik rumah atas proses evakuasi tersebut. “Mereka (para korban) akan kita mintai keterangan,” pungkasnya. (net/bbs/fal)

Foto: ARIFAL/RADAR BOGOR  KORBAN PENYEKAPAN: Salah satu korban penyekapan Brigjen Polisi, MS melapor ke Mapolres Bogor Kota. Dan foto rumah sang Brigjen.
Foto: ARIFAL/RADAR BOGOR
KORBAN PENYEKAPAN: Salah satu korban penyekapan Brigjen Polisi, MS melapor ke Mapolres Bogor Kota. Dan foto rumah sang Brigjen.

BOGOR, SUMUTPOS.CO – Dengan kondisi masih syok, seorang pembantu yang masih berusia 19 tahun, Yuliana Leiwer mengadu ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polres Bogor Kota, kemarin. Yuliana mengadu telah menjadi korban penganiayaan fisik dan tidak digaji selama tiga bulan bekerja oleh wanita berinisial M, istri Brigjen Pol Drs Mangisi Situmorang. Alamak!

Kondisi serupa juga dialami rekan Yuliana lainnya. Selama bekerja, pekerja di rumah mewah seluas 500 meter persegi di Perumahan Duta Kencana, Jl Danau Motana, Kota Bogor itu kerap mendapat perlakuan kasar, yakni ditampar dan dicakar oleh M. Tindakan itu antara lain diterima pekerja apabila terjadi kesalahan yang dilakukan pekerja sekecil apa pun. Mereka dipekerjakan dari pukul 05.00 sampai pukul 24.00. Selepas itu, mereka baru boleh beristirahat.

Alat telekomunikasi, yakni telepon seluler, milik pekerja disita majikan. Tujuannya, agar kekerasan yang dialami pekerja tidak tersebar atau diketahui orang lain dan kerabat. Yuliana tidak betah dan mencoba kabur. Namun, upaya melarikan diri ternyata sulit terwujud karena jendela berteralis dan pagar berkawat duri.

Selain itu, juga ada petugas jaga. Dalam satu kesempatan, Yuliana bisa mendapatkan kembali telepon seluler dan mengirim pesan singkat (SMS) berisi permintaan tolong kepada kerabat. Keluarga kemudian datang dan mengambil Yuliana dari keluarga sang jenderal. Selanjutnya, Yuliana melaporkan yang dia alami ke Polres Bogor Kota.

Saat diwawancarai, Yuliana mengaku tidak digaji selama bekerja selama tiga bulan dan mengalami kekerasan. Oleh sebab itu, wanita ini melarikan diri dan sempat luntang lantung selama dua hari.

Korban akhirnya dibantu untuk kembali ke keluarga oleh warga. Tak lama setelah itu, Yuliana dan keluarga melaporkan sang majikan ke Polres Bogor.

“Aku di sana nggak dibayar, nggak betah. Saya disiksa, dipukul, dicakar. Di sana jadi pembantu, nyuci, ngepel,” kata Yuli, saat ditemui, Kamis (20/2). Yuli bisa keluar dari rumah itu setelah dijemput kakaknya dengan ditemani polisi.

Yuli berasal dari Ambon, Maluku. Dia merantau ke Jakarta untuk memperbaiki nasibnya. Saat di terminal Pulogadung, ada seorang pria yang menawarinya kerja di toko. Tapi kemudian dia malah dibawa ke rumah ibu M di Bogor.

“Waktu kerja, kalau dipanggil terus datang terlambat ditampar,” jelas dia.

Tak hanya Yuli sendiri di rumah mewah itu. Ada belasan perempuan lainnya berusia 18-21 tahun. Mereka berasal dari sejumlah daerah mulai dari Jawa Tengah sampai Bima.

“Cuma ibu saja yang galak, bapak dan anak-anaknya baik,” terangnya.

Keluarga jenderal polisi itu mempunya 3 orang anak. Seorang menjadi polisi dan ditempatkan di daerah Sumatera, seorang lagi menjadi pengacara, dan seorang lagi masih kuliah..

“Waktu kesitu tanya teman-teman di situ gaji Rp 900 ribu, tapi 3 bulan Yuli kerja di situ tidak pernah dikasih, seribu pun gak dikasih. Pernah nelepon bapak di rumah, HP langsung diambil dan dibanting. Kata majikan aku sudah dibeli,” tutup dia yang didampingi kakak dan ayahnya.

Setelah laporan itu, polisi langsung melakukan penyelidiakan di rumah jenderal purnawirawan itu. Dari hasil proses evakuasi yang dilakukan aparat Polresta Bogor, diketahui total ada 16 pembantu di dalam rumah itu.

“Kapolres Bogor sudah saya perintahkan untuk evakuasi pembantu-pembantu lain yang ada di rumah Pak Situmorang itu, dan semuanya ada 16 orang, di luar pelapor,” kata Kapolda Jawa Barat, Irjen M Iriawan, Kamis (20/2).

“Ada 3 orang di antaranya di bawah umur,” sambung Iriawan.

Iriawan mengatakan, 16 pembantu terdiri dari 6 laki-laki dan 10 perempuan.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Bogor AKP Condro Sasongko mengatakan, evakuasi dilakukan pada Rabu (19/2) malam di rumah di Tegalega, kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

“Semalam baru 13 orang yang dievakuasi. Siang ini tiga orang lagi sedang dibawa dari rumah terlapor,” kata Condro.

Condro mengatakan, tidak ada perlawanan dari pemilik rumah atas proses evakuasi tersebut. “Mereka (para korban) akan kita mintai keterangan,” pungkasnya. (net/bbs/fal)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/