JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah belum dapat memastikan apakah jamaah umroh asal Sumatera Utara, almarhum KS, meninggal karena disebabkan terjangkit virus Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) atau flu Arab, Minggu (4/5) kemarin. Padahal gejala yang sama juga dikeluhkan jamaah umroh asal Sumatera Utara lainnya, SYN, yang juga tiba dari tanah suci, Jumat (2/5) lalu. SYN kini diketahui telah dirawat di Rumah Sakit Adam Malik, Medan.
Menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, penyebab belum dapat dipastikan karena KS telah meninggal dunia sebelum pihak kedokteran mengambil sample dan pihak keluarga melarang pengambilan sample saat KS yang bersangkutan telah meninggal dunia. Namun untuk SYN yang sebelumnya tergabung dalam 31 jamaah umroh terduga MERS, Nafsiah menyatakan negatif terjangkit.
“Dari 31 orang yang terduga MERS, semuanya negatif. Kecuali yang di Medan (KS), karena meninggal sebelum sempat diambil sampel dan keluarga melarang. Sedangkan yang di Bali meninggal tadi pagi (Rabu,red) sudah kita ambil sampelnya untuk memastikan apakah yang bersangkutan terjangkit MERS,” ujarnya di Jakarta, Rabu (7/5).
Diketahui dari 31 jamaah umroh yang terduga MERS, 7 orang di antaranya berasal dari Sumatera Utara. Sementara selebihnya mayoritas berasal dari Provinsi Aceh seperti Lhoksukon dan Langsa dan beberapa daerah lainnya. Dari 7 orang yang berasal dari Sumut, satu orang meninggal dunia, yaitu KS. Sementara tiga lainnya mengeluhkan gejala yang sama. Masing-masing SYN yang telah dirawat di Rumah Sakit Adam Malik Medan dan dua warga Komplek Kowilhan Kodam I/BB Namorambe, SU dan SW.
Meski menegaskan 31 jamaah terduga MERS negatif, pemerintah kata Menkes, tetap terus memantau perkembangan virus tersebut secara teliti. Terutama bagi perawat yang menangani terduga terjangkit.
“Perawat dalam tangani pasien yang diduga terkena virus MERS harus waspada. Karena perawat merupakan orang yang paling utama berpotensi terkena. Penyebaran virus ini selain lewat binatang, juga dari hubungan manusia antar manusia. Tapi tidak usah panik. Dengan kewaspadaan tentu dapat dicegah seperti pakai masker dan lainnya,” ujar Menkes.
Langkah lain, pemerintah kata Nafsiah, secara aktif juga terus menginformasikan kepada masyarakat terutama bagi yang ingin berangkat umroh, agar mengikuti peraturan Kemenkes Arab saudi.
“Kalau bisa untuk yang berusia di atas 65 tahun, ibu hamil dan berusia di bawah 12 tahun, supaya menunda keberangkatan umroh. Terutama bagi mereka yang sudah ada penyakit bawaan. Tapi ini bukan larangan berpergian keluar negeri, hanya kita perhatikan peringatan dari pemerintah Arab Saudi,” katanya.
Menurut Nafsiah, pemerintah Indonesia hingga saat ini masih menunggu informasi terbaru dari pemerintah Arab Saudi dan WHO. Nantinya kalau informasi yang diterima menyatakan penyebaran sudah tidak bisa lagi dikendalikan, maka pemerintah Indonesia akan mengeluarkan larangan.
“Tapi saat ini baru diimbau. Selain itu di bandara dan pelabuhan juga sudah dipasang scanner. Kalau ada gejala langsung dikarantina untuk diperiksa lebih lanjut. Saat ini dari 400-an yang sudah positif terjangkit di seluruh dunia,” katanya.
Langkah lain, di tempat yang sama Menteri Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono, menyatakan pemerintah kini sudah menyediakan 100 Rumah Sakit flu burung rujukan untuk antisipasi virus corona.
“Bahkan kalau semakin merebak virus ini, rumah sakit rujukan ditambah bisa jadi 150-an rumah sakit,” katanya. (cr-2/cr-1/gir)