BINJAI, SUMUTPOS.CO – Keterlibatan elit politik di balik kasus penyekapan dan penganiayaan dua tim sukses (TS) Caleg Partai Nasdem, ternyata bukan sekedar hisapan jempol belaka. Paling tidak hal ini diakui J.Payo Sitepu , Ketua MPC PP Binjai saat ditemui di sel Polres Binjai, Selasa (13/5) siang.
“Memang saya akui, saya melakukan penyiksaan karena geram melihat kedua kader saya itu yang secara mentah-mentah menipu dan menghabiskan uang saya,” ungkap Payo.
Dipaparkannya, keberanian kedua kadernya itu karena disokong seseorang. “Kalau tidak, mana mungkin mereka berani melarikan uang dan menipu saya. Kam (kamu-red) pikir saja, mereka merupakan kader saya dan mereka juga tau sepak terjang saya dulu. Jadi, kalau tidak ada yang menyokong, mana mungkin mereka berani melakukan itu. Coba kam pikir secara logika,” beber Payo.
Meski mengakui keterlibatan elit politik, tapi Payo enggan menyebutkan siapa orang dimaksud. “Kam pasti tau siapa orangnya. Pastinya saya akan bertanggung jawab atas tindakan saya ini. Saya tau kesalahan saya dan karena khilaf akibat terbawa suasana. Namun, saya meminta laporan saya tentang penipuan yang dilakukan kedua kader saya diterima Polres Binjai,” pintanya.
Masih kata Payo, uang yang digelapkan kedua korban itu adalah miliknya yang seyogyanya untuk 10 kader yang disiapkan di setiap lingkungan Kec. Binjai Utara. Uang itu merupakan adalah jasa kinerja untuk mengawasi jalanya pemilihan legislatif agar tidak terjadi kecurangan.
“Jadi, itu uang bukan untuk beli suara. Keduanya saja yang salah kaprah dalam mengartikan perintah,” timpal dia. Kecurigaan itu muncul, karena beberapa masalah mencuat di Kota Binjai. Sehingga kota tidak aman dan terus bergejolak jelang pemilihan legislatif. “Jadi ini murni kepentingan elit politik dalam mengambil hati masyarakat untuk meraup suara,” duganya.
Diurai Payo, berbagai kasus yang terjadi jelang pemilihan legislative di antaranya, kericuhan antara ormas di Kel. Mencirim, Kec. Binjai Timur. Ini terjadi disaat pihak ormasnya hendak melakukan rapat koordinasi untuk mendukung para kader yang mengikuti pemilihan legislatif dan diusung dari beberapa partai termaksud partai Demokrat, Nasdem dan lainya.
“Jadi dalam rapat koordinasi yang dihadiri M Sazali ketua Demokrat Kota Binjai yang juga wakil Ketua MPO (Majelis Pimpinan Organisasi-red), Dr Edi selaku wakil saya dan juga Ketua Nasdem Kota Binjai. Kita sepakati mendukung kader kita yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Di mana para kader ini diusung dari berbagai partai termaksud dalam pertemuan dihadiri oleh Fauzi Fahri, kader kita,” jelasnya.
Ketika suara mereka bulat untuk mendukung kader duduk di kursi pemerintahan, muncul isu perang antar ormas yang dipimpinnya. Hal ini pula yang membuat konsentrasi mereka buyar.
“Selama saya pegang ormas, tidak pernah terjadi gesekan antar ormas lain dengan ormas yang saya ketuai. Hubungan kami sesama ormas juga harmonis. Seperti hubungan saya sama ketua AO, baik-baik saja dan tanpa pernah ada gesekan. Kalau pun sempat terjadi, tidak pernah merambat kemana-mana dan cepat dicegah. Karena kami sesama ketua ormas ingin kota ini aman dan tenteram. Kasihan masyarakat, jika terjadi kericuhan dimana-mana,” timpal pria yang sudah ditetapkan sebagai tersangka itu.
Lanjut Payo, sama seperti terjadi di pasar bawah (Pajak Tafiv-red). Itu timbul saat dirinya terlibat dan ditangkap polisi. Kalau tidak timbul kasus yang menimpanya, Payo yakin bentrok tersebut tidak akan mungkin terjadi. Karena dia pasti menahan seluruh anggota ormas agar tidak mengambil tindakan yang dapat mencederai ormas itu sendiri.
“Karena saya pastinya akan berusaha mencegahnya dan langsung berkoordinasi dengan para ketua ormas lain. Tapi, nyatanya saya lagi berhalangan dengan kasus yang menimpa saya. Jadi momen-momen seperti inilah yang diambil oleh oknum elit pilitik ini,” terangnya.
“Dan perhitungan suara guna menetapkan para calon legislatif. Ini juga momen yang diambil oleh oknum tersebut. Agar saya tidak bisa mengawasi tindak tanduknya. Setiap momen ini saya duga sengaja dimainkan untuk mencari simpatisan dan suara masyarakat. Agar dia dapat meraih keuntungan,” timpalnya.
Seperti diberitakan, Sumardi (41) dan Khairil Amin (42) warga Jl. Teratai, Kelurahan Nangka, Kec. Binjai Utara, yang merupakan tim sukses partai Nasdem, disetrum, ditembak dengan senapan angin, bahkan disuruh tidur dengan anjing beberapa waktu lalu. Keduanya disiksa di sebuah jambur karena dituding menggelapkan uang salah seorang caleg. (tim/deo)