26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pacaran Sebulan Langsung Nikah

Foto: Manahan/PM Bayi kembar yang dianiaya ayah kandungnya, tengah digendong ibu san saudaranya.
Foto: Manahan/PM
Bayi kembar yang dianiaya ayah kandungnya, tengah digendong ibu san saudaranya.

SUMUTPOS.CO – Ternyata masa pacaran Sumarni dan Marwan terjalin begitu singkat. Berawal saat keduanya tak sengaja bertemu di kos Sumarni di kawasan Medan Marelan, setahun yang lalu. Saat itu Sumarni yang bekerja di salah satu gudang arang di Medan Marelan berstatus janda anak 2 setalah tahun 2009 lalu, ia bercerai dengan Wanda (27), suami pertamanya. Perceraian itu disebabkan tak adanya kecocokan diantara keduanya. Pasca menjanda, Sumarni menitipkan kedua anak dari suami pertamanya di rumah ibunya.

Saat itulah, secara tak sengaja Mawan yang berstatus duda anak dua itu bertemu dengan Sumarni. Singkat cerita, sejak perkenalan itu, Mawan jadi sering mengajak Sumarni jalan-jalan. Semakin hari hubungan keduanya pun kian dekat. Alhasil, baru sebulan pacaran, kedua sejoli itu sepakat menikah secara siri di Desa Undian, Kec. Tanjung Morawa.

Sejak itu, keduanya memutuskan ngontrak rumah serta membawa Uut Dezilah (5), satu dari dua anak Mawan dari pernikahannya dengan Dewi (35), istri pertamanya. Sedang seorang lagi anaknya tinggal berdama Dewi. Sekira bulan September 2013 lalu, Mawan dan Sumarni serta Uut Dezilah memutuskan pindah kontrakan di Dusun III Desa Bandar Labuhan, Kec. Tanjung Morawa. Di sinilah petaka itu terjadi.

 

FAKTOR EKONOMI

Sementara itu, Psikolog Irna Minauli menilai kasus ini terkesan agak aneh. Karena biasanya ibu yang mengalami post partum depression (depresi pasca melahirkan) lebih disebabkan karena faktor hormonal. Tapi untuk kasus tersebut dirinya mengutarakan masuk ke dalam kategori infanticide, yaitu pembunuhan yg dilakukan terhadap anak kandung yang masih bayi.

“Nah pembunuhan terhadap bayi ini, umumnya lebih banyak dilakukan oleh ibunya karena pengaruh depresi pasca melahirkan. Faktor ekonomi menjadi pendorong utama terjadinya upaya pembunuhan terhadap anak kandung,” ungkapnya.

Pada kasus yang pelakunya merupakan ayah dari si bayi, maka ini disebabkan oleh faktor ekonomi atau kecemburuan. Misalnya sang ayah merasa anak tersebut bukanlah anak kandungnya. Hal ini sering menjadi motif terjadinya penganiayaan terhadap balita. “Pada kasus tersebut lebih didorong oleh faktor ekonomi atau kecemburuan tampaknya lebih mendominasi,”ujarnya.

Selain itu, anak yang cenderung rewel (cengeng) sering memicu orangtua untuk melakukan kekerasan. Demikian pula pada anak-anak berkebutuhan khusus, seperti anak yg mengalami kecacatan.

“Kadang kala anak-anak yang dilahirkan di luar nikah juga rentan menjadi korban kekerasan, karena upaya untuk menutupi aib atau menghindari konflik yang berkepanjangan,”ujarnya.

Namun, Irna mengatakan bahwa tidak semua orang tega melakukan hal tersebut diaaat himpitan ekonomi melanda. Biasanya hal itu kebih banyak terjadi pada anak-anak yang tidak diharapkan kehadirannya. “Untuk mencegah terjadinya hal tersebut antara lain dengan mempersiapkan kehadiran anak dengan baik, secara ekonomi, emosi dan sosial,” ungkapnya. (cr1/cr-2/deo)

Foto: Manahan/PM Bayi kembar yang dianiaya ayah kandungnya, tengah digendong ibu san saudaranya.
Foto: Manahan/PM
Bayi kembar yang dianiaya ayah kandungnya, tengah digendong ibu san saudaranya.

SUMUTPOS.CO – Ternyata masa pacaran Sumarni dan Marwan terjalin begitu singkat. Berawal saat keduanya tak sengaja bertemu di kos Sumarni di kawasan Medan Marelan, setahun yang lalu. Saat itu Sumarni yang bekerja di salah satu gudang arang di Medan Marelan berstatus janda anak 2 setalah tahun 2009 lalu, ia bercerai dengan Wanda (27), suami pertamanya. Perceraian itu disebabkan tak adanya kecocokan diantara keduanya. Pasca menjanda, Sumarni menitipkan kedua anak dari suami pertamanya di rumah ibunya.

Saat itulah, secara tak sengaja Mawan yang berstatus duda anak dua itu bertemu dengan Sumarni. Singkat cerita, sejak perkenalan itu, Mawan jadi sering mengajak Sumarni jalan-jalan. Semakin hari hubungan keduanya pun kian dekat. Alhasil, baru sebulan pacaran, kedua sejoli itu sepakat menikah secara siri di Desa Undian, Kec. Tanjung Morawa.

Sejak itu, keduanya memutuskan ngontrak rumah serta membawa Uut Dezilah (5), satu dari dua anak Mawan dari pernikahannya dengan Dewi (35), istri pertamanya. Sedang seorang lagi anaknya tinggal berdama Dewi. Sekira bulan September 2013 lalu, Mawan dan Sumarni serta Uut Dezilah memutuskan pindah kontrakan di Dusun III Desa Bandar Labuhan, Kec. Tanjung Morawa. Di sinilah petaka itu terjadi.

 

FAKTOR EKONOMI

Sementara itu, Psikolog Irna Minauli menilai kasus ini terkesan agak aneh. Karena biasanya ibu yang mengalami post partum depression (depresi pasca melahirkan) lebih disebabkan karena faktor hormonal. Tapi untuk kasus tersebut dirinya mengutarakan masuk ke dalam kategori infanticide, yaitu pembunuhan yg dilakukan terhadap anak kandung yang masih bayi.

“Nah pembunuhan terhadap bayi ini, umumnya lebih banyak dilakukan oleh ibunya karena pengaruh depresi pasca melahirkan. Faktor ekonomi menjadi pendorong utama terjadinya upaya pembunuhan terhadap anak kandung,” ungkapnya.

Pada kasus yang pelakunya merupakan ayah dari si bayi, maka ini disebabkan oleh faktor ekonomi atau kecemburuan. Misalnya sang ayah merasa anak tersebut bukanlah anak kandungnya. Hal ini sering menjadi motif terjadinya penganiayaan terhadap balita. “Pada kasus tersebut lebih didorong oleh faktor ekonomi atau kecemburuan tampaknya lebih mendominasi,”ujarnya.

Selain itu, anak yang cenderung rewel (cengeng) sering memicu orangtua untuk melakukan kekerasan. Demikian pula pada anak-anak berkebutuhan khusus, seperti anak yg mengalami kecacatan.

“Kadang kala anak-anak yang dilahirkan di luar nikah juga rentan menjadi korban kekerasan, karena upaya untuk menutupi aib atau menghindari konflik yang berkepanjangan,”ujarnya.

Namun, Irna mengatakan bahwa tidak semua orang tega melakukan hal tersebut diaaat himpitan ekonomi melanda. Biasanya hal itu kebih banyak terjadi pada anak-anak yang tidak diharapkan kehadirannya. “Untuk mencegah terjadinya hal tersebut antara lain dengan mempersiapkan kehadiran anak dengan baik, secara ekonomi, emosi dan sosial,” ungkapnya. (cr1/cr-2/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/