26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Momok Itu Bernama Bahasa Indonesia

Hasil UN Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS) Tahun Ajaran 2010-2011 kembali menjadi momok bagi peserta. Bagaimana tidak, ada mata pelajaran (mapel) yang menjadi penghambat. Sebuah mapel yang sejatinya tak asing, namun sangat sulit untuk dipahami. Ya, apalagi kalau bukan Bahasa Indonesia.

Setidaknya kenyataan ini diungkapkan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh. Menurut Nuh, secara nasional nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia 7,49. Nilai maksimum yang diraih siswa 9,90, sedangkan nilai terendah 0,80. Sementara bahasa Inggris dan IPA masing-masing bernilai minimum 0,9 dan 1,0. Nilai akhir mapel ini, lanjut Nuh, memiliki nilai maksimum 9,9, dan rata-rata 7,49. Sementara untuk nilai UN bahasa Indonesia murni, minimum 0,4, dengan rata-rata 7,12. “Kayaknya siswa ini baru pulang dari luar negeri,” canda Nuh.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Mansyur Ramly menambahkan, rendahnya nilai pada mata pelajaran itu karena lemahnya kemampuan dalam membaca. Padahal, soal Bahasa Indonesia umumnya diawali dengan soal bacaan. (bbs/jpnn)

Hasil UN Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS) Tahun Ajaran 2010-2011 kembali menjadi momok bagi peserta. Bagaimana tidak, ada mata pelajaran (mapel) yang menjadi penghambat. Sebuah mapel yang sejatinya tak asing, namun sangat sulit untuk dipahami. Ya, apalagi kalau bukan Bahasa Indonesia.

Setidaknya kenyataan ini diungkapkan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh. Menurut Nuh, secara nasional nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia 7,49. Nilai maksimum yang diraih siswa 9,90, sedangkan nilai terendah 0,80. Sementara bahasa Inggris dan IPA masing-masing bernilai minimum 0,9 dan 1,0. Nilai akhir mapel ini, lanjut Nuh, memiliki nilai maksimum 9,9, dan rata-rata 7,49. Sementara untuk nilai UN bahasa Indonesia murni, minimum 0,4, dengan rata-rata 7,12. “Kayaknya siswa ini baru pulang dari luar negeri,” canda Nuh.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Mansyur Ramly menambahkan, rendahnya nilai pada mata pelajaran itu karena lemahnya kemampuan dalam membaca. Padahal, soal Bahasa Indonesia umumnya diawali dengan soal bacaan. (bbs/jpnn)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/