30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

AS Dilanda Rusuh Rasial

AFP PHOTO / Michael B. Thomas Para demonstran mengangkat tangan dalam aksi protes di West Florissant Avenue di Ferguson, Missouri 18 Agustus 2014. Polisi menembakkan gas airmata di Missouri pasca seorang polisi kulit putih menembak dan menewaskan seorang remaja kulit hitam, hanya sejam setelah Presiden Barack Obama menyerukan agar tenang.
AFP PHOTO / Michael B. Thomas
Para demonstran mengangkat tangan dalam aksi protes di West Florissant Avenue di Ferguson, Missouri 18 Agustus 2014. Polisi menembakkan gas airmata di Missouri pasca seorang polisi kulit putih menembak dan menewaskan seorang remaja kulit hitam, hanya sejam setelah Presiden Barack Obama menyerukan agar tenang.

FERGUSON, SUMUTPOS.CO – Pasukan Amerika Serikat (AS) yang aktif memadamkan konflik di luar negerinya kali ini harus mengerahkan kekuatan untuk meredam kerusuhan di negeri sendiri. Keputusan luar biasa itu diambil karena adanya kerusuhan rasial yang berlangsung berhari-hari di Kota Ferguson, Missouri.

Pemicu huru-hara yang melebar ke penjarahan dan perusakan tersebut adalah tertembaknya seorang pemuda kulit hitam bernama Brown (18) oleh Wilson, seorang polisi kulit putih, pada 9 Agustus lalu. Insiden itu kemudian menuai protes dan gelombang demonstrasi yang berujung kerusuhan sepekan terakhir.

Kemarin (19/8) petugas otopsi independen yang dipercaya keluarga Brown mengatakan, Brown ditembak setidaknya enam kali tembakan. Termasuk dua tembakan di kepala. Petugas otopsi menyatakan, satu tembakan di kepala itu berakibat fatal. “Polisi Wilson menembaknya bukan dari jarak dekat. Selain itu, tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa Brown sebelumnya pernah beradu fisik dengan polisi,” tegas Kepala Penguji Medis untuk Kota New York Michael M Baden.

Keterangan Baden tersebut menguatkan pernyataan saksi mata bahwa Brown ditembak mati polisi dalam keadaan kedua tangannya diangkat tanda menyerah. Sementara itu, pendukung polisi dan Wilson mengatakan bahwa polisi tersebut baru melepaskan tembakan setelah beradu fisik dengan Brown.

Gubernur Missouri Jay Nixon memerintahkan pengerahan pasukan Garda Nasional untuk menambah kekuatan polisi. Nixon menjelaskan bahwa Garda Nasional dikerahkan untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban sekaligus memastikan keamanan kantor polisi pusat. Minggu (17/8) kantor polisi tersebut menjadi target serangan para perusuh.

Departemen Kehakiman AS akan melakukan otopsi lain pada Brown. Seusai tragedi itu, Wilson telah diberhentikan untuk proses penyelidikan. Sementara pihak keluarga korban menginginkan polisi tersebut ditangkap dan ditahan.

Sabtu (16/8) Missouri mengumumkan keadaan darurat di pinggiran Kota Ferguson, St Louis, tempat ditembaknya Brown oleh polsi setempat. Gubernur Jay Nixon mengatakan, pada Sabtu tengah malam waktu setempat, di Kota Ferguson diberlakukan jam malam sampai pukul 5 pagi. Tapi, sekitar 150 pengunjuk rasa menolak membubarkan diri pada tengah malam. Beberapa penduduk bahkan memanfaatkan kesempatan dengan menjarah barang-barang di toko-toko sekitar.

Seorang juru bicara kepolisian setempat mengatakan, pihak kepolisian baru mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata kepada para demonstran setelah ada yang melepaskan tembakan ke arah mobil polisi. Johnson, perwira polisi setempat, menyatakan, seorang laki-laki terluka parah dalam insiden penembakan, saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

Sampai tadi malam polisi sudah menangkap tujuh orang. “Malam ini ada seorang laki-laki yang berdiri di tengah jalan, memegang sebuah pistol. Tidak lama kemudian, sebuah mobil polisi tertembak. Dan saya pikir kami telah membuat respons yang tepat terkait ini. Untuk melindungi polisi dan keamanan publik,” ujar juru bicara kepolisian.

Kepada Reuters, salah seorang demonstran mengatakan, jam malam hanya akan memperburuk keadaan. “Saya rasa polisi akan menjadi brutal malam ini, tapi mereka tidak bisa menahan kami semua,” ucapnya.

Terkait temuan otopsi dari pihak keluarga Brown, Juru Bicara Departemen Kepolisian Ferguson Tim Zoll mengatakan, polisi belum melihat laporan otopsi tersebut sehingga tidak bisa berkomentar. Kasus itu tengah diselidiki kepolisian St Louis, FBI, Divisi HAM Departemen Kehakiman AS, dan kantor jaksa penuntut umum.

Sementara itu, jaksa penuntut umum AS Eric Holder juga telah memerintahkan dilakukannya otopsi federal terhadap jasad Brown. Otopsi dilakukan untuk memastikan kepada keluarga dan masyarakat akan adanya penyelidikan menyeluruh atas kematian Brown.

Asisten profesor kebijakan kota di New School dan mantan senator Missouri dari St Louis Jeff Smith dalam kolom opini di New York Times kemarin mengatakan, demografi di Ferguson berubah dengan cepat. Pada 1990 komposisi penduduk terdiri atas 74 persen kulit putih dan 25 persen kulit hitam. Pada 2000 sebanyak 52 persen warga adalah kulit hitam dan 45 persen kulit putih. Pada 2010 sebanyak 67 persen penduduk Ferguson adalah warga kulit hitam dan 29 persen kulit putih.

Meskipun didominasi etnis kulit hitam, struktur kekuasaan di Ferguson dikuasai warga kulit putih. Wali kota dan dewan guru di Ferguson berasal dari kalangan kulit putih. Dewan kota hanya memiliki seorang anggota kulit hitam. Sedangkan polisi kulit hitam hanya menempati porsi 6 persen dari jumlah keseluruhan aparat di Ferguson. (ap/rtr/cnn/c9/kim/jpnn/rbb)

AFP PHOTO / Michael B. Thomas Para demonstran mengangkat tangan dalam aksi protes di West Florissant Avenue di Ferguson, Missouri 18 Agustus 2014. Polisi menembakkan gas airmata di Missouri pasca seorang polisi kulit putih menembak dan menewaskan seorang remaja kulit hitam, hanya sejam setelah Presiden Barack Obama menyerukan agar tenang.
AFP PHOTO / Michael B. Thomas
Para demonstran mengangkat tangan dalam aksi protes di West Florissant Avenue di Ferguson, Missouri 18 Agustus 2014. Polisi menembakkan gas airmata di Missouri pasca seorang polisi kulit putih menembak dan menewaskan seorang remaja kulit hitam, hanya sejam setelah Presiden Barack Obama menyerukan agar tenang.

FERGUSON, SUMUTPOS.CO – Pasukan Amerika Serikat (AS) yang aktif memadamkan konflik di luar negerinya kali ini harus mengerahkan kekuatan untuk meredam kerusuhan di negeri sendiri. Keputusan luar biasa itu diambil karena adanya kerusuhan rasial yang berlangsung berhari-hari di Kota Ferguson, Missouri.

Pemicu huru-hara yang melebar ke penjarahan dan perusakan tersebut adalah tertembaknya seorang pemuda kulit hitam bernama Brown (18) oleh Wilson, seorang polisi kulit putih, pada 9 Agustus lalu. Insiden itu kemudian menuai protes dan gelombang demonstrasi yang berujung kerusuhan sepekan terakhir.

Kemarin (19/8) petugas otopsi independen yang dipercaya keluarga Brown mengatakan, Brown ditembak setidaknya enam kali tembakan. Termasuk dua tembakan di kepala. Petugas otopsi menyatakan, satu tembakan di kepala itu berakibat fatal. “Polisi Wilson menembaknya bukan dari jarak dekat. Selain itu, tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa Brown sebelumnya pernah beradu fisik dengan polisi,” tegas Kepala Penguji Medis untuk Kota New York Michael M Baden.

Keterangan Baden tersebut menguatkan pernyataan saksi mata bahwa Brown ditembak mati polisi dalam keadaan kedua tangannya diangkat tanda menyerah. Sementara itu, pendukung polisi dan Wilson mengatakan bahwa polisi tersebut baru melepaskan tembakan setelah beradu fisik dengan Brown.

Gubernur Missouri Jay Nixon memerintahkan pengerahan pasukan Garda Nasional untuk menambah kekuatan polisi. Nixon menjelaskan bahwa Garda Nasional dikerahkan untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban sekaligus memastikan keamanan kantor polisi pusat. Minggu (17/8) kantor polisi tersebut menjadi target serangan para perusuh.

Departemen Kehakiman AS akan melakukan otopsi lain pada Brown. Seusai tragedi itu, Wilson telah diberhentikan untuk proses penyelidikan. Sementara pihak keluarga korban menginginkan polisi tersebut ditangkap dan ditahan.

Sabtu (16/8) Missouri mengumumkan keadaan darurat di pinggiran Kota Ferguson, St Louis, tempat ditembaknya Brown oleh polsi setempat. Gubernur Jay Nixon mengatakan, pada Sabtu tengah malam waktu setempat, di Kota Ferguson diberlakukan jam malam sampai pukul 5 pagi. Tapi, sekitar 150 pengunjuk rasa menolak membubarkan diri pada tengah malam. Beberapa penduduk bahkan memanfaatkan kesempatan dengan menjarah barang-barang di toko-toko sekitar.

Seorang juru bicara kepolisian setempat mengatakan, pihak kepolisian baru mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata kepada para demonstran setelah ada yang melepaskan tembakan ke arah mobil polisi. Johnson, perwira polisi setempat, menyatakan, seorang laki-laki terluka parah dalam insiden penembakan, saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

Sampai tadi malam polisi sudah menangkap tujuh orang. “Malam ini ada seorang laki-laki yang berdiri di tengah jalan, memegang sebuah pistol. Tidak lama kemudian, sebuah mobil polisi tertembak. Dan saya pikir kami telah membuat respons yang tepat terkait ini. Untuk melindungi polisi dan keamanan publik,” ujar juru bicara kepolisian.

Kepada Reuters, salah seorang demonstran mengatakan, jam malam hanya akan memperburuk keadaan. “Saya rasa polisi akan menjadi brutal malam ini, tapi mereka tidak bisa menahan kami semua,” ucapnya.

Terkait temuan otopsi dari pihak keluarga Brown, Juru Bicara Departemen Kepolisian Ferguson Tim Zoll mengatakan, polisi belum melihat laporan otopsi tersebut sehingga tidak bisa berkomentar. Kasus itu tengah diselidiki kepolisian St Louis, FBI, Divisi HAM Departemen Kehakiman AS, dan kantor jaksa penuntut umum.

Sementara itu, jaksa penuntut umum AS Eric Holder juga telah memerintahkan dilakukannya otopsi federal terhadap jasad Brown. Otopsi dilakukan untuk memastikan kepada keluarga dan masyarakat akan adanya penyelidikan menyeluruh atas kematian Brown.

Asisten profesor kebijakan kota di New School dan mantan senator Missouri dari St Louis Jeff Smith dalam kolom opini di New York Times kemarin mengatakan, demografi di Ferguson berubah dengan cepat. Pada 1990 komposisi penduduk terdiri atas 74 persen kulit putih dan 25 persen kulit hitam. Pada 2000 sebanyak 52 persen warga adalah kulit hitam dan 45 persen kulit putih. Pada 2010 sebanyak 67 persen penduduk Ferguson adalah warga kulit hitam dan 29 persen kulit putih.

Meskipun didominasi etnis kulit hitam, struktur kekuasaan di Ferguson dikuasai warga kulit putih. Wali kota dan dewan guru di Ferguson berasal dari kalangan kulit putih. Dewan kota hanya memiliki seorang anggota kulit hitam. Sedangkan polisi kulit hitam hanya menempati porsi 6 persen dari jumlah keseluruhan aparat di Ferguson. (ap/rtr/cnn/c9/kim/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/