26 C
Medan
Thursday, February 6, 2025

Apa Dosaku Tuhan Sehingga Begini Nasib Kami…

Foto: Bernad/New Tapanuli Dewi boru Panjaitan menangis histeris sambil memegang peti jenazah putrinya Uli boru Sitompul yang tewas terpanggang di Desa Lumbangaol, Sigompulon, Rabu (24/9).
Foto: Bernad/New Tapanuli
Dewi boru Panjaitan menangis histeris sambil memegang peti jenazah putrinya Uli boru Sitompul yang tewas terpanggang di Desa Lumbangaol, Sigompulon, Rabu (24/9).

SUMUTPOS.CO – Dewi Pandiangan (34) menantu Jojor boru Gultom sekaligus ibu dari Uli boru Sitompul yang ikut tewas terpanggang tak kuasa menahan tangis saat proses pemakaman keluarganya.

Ia masih belum percaya atas musibah yang menimpa keluarganya tersebut.

Dewi pun nyaris pingsan saat jasad mertua, eda (ipar) dan putrinya itu perlahan dikeluarkan dari mobil Ambulans RSU Tarutung setiba di rumah duka di Desa Lumbangaol, Sigompulon. Namun, ia segera dipapah kerabatnya sembari menagis histeris.

Sesekali Dewi sempat melontarkan kata-kata. “Bukka jo peti na toluon, asa hubereng jo nasida (Buka kalian dulu ketiga peti mati ini, biar bisa kulihat seperti apa mereka). Agayamang posinai, satokkin do habis sude, bereng jo au boru, bereng jo au eda, bereng jo au inang (Sebentar saja habis semua, lihat dulu aku putriku, lihat dulu aku eda, lihat dulu aku mak),” jerit Dewi dalam isak tangisnya.

Dia juga seperti tidak rela melepas kepergian mertua, eda dan putrinyanya tersebut. Ia terus merangkul ketiga peti jenazah itu secara bergantian. Kondisi itupun membuat para pelayat tidak kuasa menahan air mata.

Aha dosakku Tuhan (Apa dosaku Tuhan) sehingga begini nasib kami?” ujarnya setiap merangkul peti jenajah tersebut.

Tangisnya juga tidak meredah meski sejumlah kerabatnya mencoba menghibur. Apalagi ketika bunyi mobil Ambulans mulai dibunyikan, tangisnya semakin menjadi dan ia pun sempat roboh, kemudian digotong oleh keluarga.

Begitu juga saat jenazah tiba di rumah duka, para keluarga dan warga yang hadir ikut menjerit jerit dan menagis histeris.

Sarbarita Sitompul, suami dari Dewi Panjaitan juga ikut pingsan meratapi cobaan yang ia terima. Tanpa daya, pria itu hanya bisa menangis melihat tiga anggota keluarganya tewas dalam peristiwa kebakaran tersebut.

“Tidak ada yang bisa kami selamatkan. Semua telah ludes terbakar dalam sekejap, hanya baju di badan yang tersisa,” sebutnya.

Suasana prosesi pemakaman dipenuhi isak dan tangisan. Isak tangis keluarga lainnya makin histeris ketika acara kebaktian pemakaman dimulai.(bl/smg)

Foto: Bernad/New Tapanuli Dewi boru Panjaitan menangis histeris sambil memegang peti jenazah putrinya Uli boru Sitompul yang tewas terpanggang di Desa Lumbangaol, Sigompulon, Rabu (24/9).
Foto: Bernad/New Tapanuli
Dewi boru Panjaitan menangis histeris sambil memegang peti jenazah putrinya Uli boru Sitompul yang tewas terpanggang di Desa Lumbangaol, Sigompulon, Rabu (24/9).

SUMUTPOS.CO – Dewi Pandiangan (34) menantu Jojor boru Gultom sekaligus ibu dari Uli boru Sitompul yang ikut tewas terpanggang tak kuasa menahan tangis saat proses pemakaman keluarganya.

Ia masih belum percaya atas musibah yang menimpa keluarganya tersebut.

Dewi pun nyaris pingsan saat jasad mertua, eda (ipar) dan putrinya itu perlahan dikeluarkan dari mobil Ambulans RSU Tarutung setiba di rumah duka di Desa Lumbangaol, Sigompulon. Namun, ia segera dipapah kerabatnya sembari menagis histeris.

Sesekali Dewi sempat melontarkan kata-kata. “Bukka jo peti na toluon, asa hubereng jo nasida (Buka kalian dulu ketiga peti mati ini, biar bisa kulihat seperti apa mereka). Agayamang posinai, satokkin do habis sude, bereng jo au boru, bereng jo au eda, bereng jo au inang (Sebentar saja habis semua, lihat dulu aku putriku, lihat dulu aku eda, lihat dulu aku mak),” jerit Dewi dalam isak tangisnya.

Dia juga seperti tidak rela melepas kepergian mertua, eda dan putrinyanya tersebut. Ia terus merangkul ketiga peti jenazah itu secara bergantian. Kondisi itupun membuat para pelayat tidak kuasa menahan air mata.

Aha dosakku Tuhan (Apa dosaku Tuhan) sehingga begini nasib kami?” ujarnya setiap merangkul peti jenajah tersebut.

Tangisnya juga tidak meredah meski sejumlah kerabatnya mencoba menghibur. Apalagi ketika bunyi mobil Ambulans mulai dibunyikan, tangisnya semakin menjadi dan ia pun sempat roboh, kemudian digotong oleh keluarga.

Begitu juga saat jenazah tiba di rumah duka, para keluarga dan warga yang hadir ikut menjerit jerit dan menagis histeris.

Sarbarita Sitompul, suami dari Dewi Panjaitan juga ikut pingsan meratapi cobaan yang ia terima. Tanpa daya, pria itu hanya bisa menangis melihat tiga anggota keluarganya tewas dalam peristiwa kebakaran tersebut.

“Tidak ada yang bisa kami selamatkan. Semua telah ludes terbakar dalam sekejap, hanya baju di badan yang tersisa,” sebutnya.

Suasana prosesi pemakaman dipenuhi isak dan tangisan. Isak tangis keluarga lainnya makin histeris ketika acara kebaktian pemakaman dimulai.(bl/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/