25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Yakin Bisa

MEDAN- Sekretaris Umum PSMS Idris SE mengaku tak takut jika pengelolaan klub sepak bola dilarang menggunakan dana APBD. Artinya beban musim depan bakal lebih berat dibanding musim ini.

Menggunakan kucuran sekitar Rp7 miliar APBD Kota Medan saja PSMS gagal berprestasi. Pengelolaan uang rakyat itu juga tak bisa disebut bersih, karena sampai saat ini tak ada laporan penggunaannya.

Padahal PSMS mendapatkan suntikan dana juga dari sektor tiketing. Perlaga, minimal PSMS ditonton 10 ribu pendukungnya. Harga tiket termurah Rp10 ribu dan termahal Rp75 ribu. Di kursi dengan tiket paling mahal tak pernah kosong. Artinya pendukung yang masuk membayar karcis potensial. Namun hingga saat ini tak ada laporan soal keuangan dari sektor tiketing.

Belum lagi di putaran kedua PSMS mendapatkan sponsor dari Bank Sumut. Namun lagi-lagi nominalnya tak disebutkan dan tak ada laporan pertanggungjawaban penggunaan dana sponsorship itu.
Musim depan, ketika seluruh klub profesional tak dikucuri APBD sesuai peraturan Mendagri, PSMS tampaknya bakal  makin kelimpungan. Kendala terbesar diprediksi datang dari besarnya biaya gaji pemain dan biaya operasional tur ke kandang lawan.

Musim ini, ketika masih dibantu APBD PSMS saja masih berhutang gaji pemain. Jumlahnya konon mencapai Rp1miliar lebih.

Namun begitu, Idris dengan enteng menganggap musim depan PSMS bakal melewati masalah ini dengan baik.
“Dengan program yang kami canangkan dengan Pak Wali saya rasa kita bisa tanpa APBD,” beber Idris ketika ditanyakan soal ini beberapa waktu lalu.

Caranya seperti apa? Dijawab Idris, bahwa pihaknya akan mencoba mencari dana sponsor dari pengusaha yang ada di Kota Medan dan pengusaha asal Kota Medan di luar kota. “Kami sudah mengumpulkan mudah-mudahan bisa membantu PSMS tanpa APBD,” lanjutnya. “Intinya kita pasti bisa kalau sanggup merangkul pengusaha lokal dan pengusaha nasional asal Sumut,” tandasnya.

Hal ini sudah bukan hal baru. Saban musim akan digelar, pengurus dan manajemen PSMS kerap mengumbar janji akan mendatangkan sponsor yang berasal dari pengusaha lokal atau nasional. Namun janji itu hanya janji. PSMS masih klub yang tak layak disebut profesional hingga hari ini. Akankah musim depan akan ada perubahan? (ful)

MEDAN- Sekretaris Umum PSMS Idris SE mengaku tak takut jika pengelolaan klub sepak bola dilarang menggunakan dana APBD. Artinya beban musim depan bakal lebih berat dibanding musim ini.

Menggunakan kucuran sekitar Rp7 miliar APBD Kota Medan saja PSMS gagal berprestasi. Pengelolaan uang rakyat itu juga tak bisa disebut bersih, karena sampai saat ini tak ada laporan penggunaannya.

Padahal PSMS mendapatkan suntikan dana juga dari sektor tiketing. Perlaga, minimal PSMS ditonton 10 ribu pendukungnya. Harga tiket termurah Rp10 ribu dan termahal Rp75 ribu. Di kursi dengan tiket paling mahal tak pernah kosong. Artinya pendukung yang masuk membayar karcis potensial. Namun hingga saat ini tak ada laporan soal keuangan dari sektor tiketing.

Belum lagi di putaran kedua PSMS mendapatkan sponsor dari Bank Sumut. Namun lagi-lagi nominalnya tak disebutkan dan tak ada laporan pertanggungjawaban penggunaan dana sponsorship itu.
Musim depan, ketika seluruh klub profesional tak dikucuri APBD sesuai peraturan Mendagri, PSMS tampaknya bakal  makin kelimpungan. Kendala terbesar diprediksi datang dari besarnya biaya gaji pemain dan biaya operasional tur ke kandang lawan.

Musim ini, ketika masih dibantu APBD PSMS saja masih berhutang gaji pemain. Jumlahnya konon mencapai Rp1miliar lebih.

Namun begitu, Idris dengan enteng menganggap musim depan PSMS bakal melewati masalah ini dengan baik.
“Dengan program yang kami canangkan dengan Pak Wali saya rasa kita bisa tanpa APBD,” beber Idris ketika ditanyakan soal ini beberapa waktu lalu.

Caranya seperti apa? Dijawab Idris, bahwa pihaknya akan mencoba mencari dana sponsor dari pengusaha yang ada di Kota Medan dan pengusaha asal Kota Medan di luar kota. “Kami sudah mengumpulkan mudah-mudahan bisa membantu PSMS tanpa APBD,” lanjutnya. “Intinya kita pasti bisa kalau sanggup merangkul pengusaha lokal dan pengusaha nasional asal Sumut,” tandasnya.

Hal ini sudah bukan hal baru. Saban musim akan digelar, pengurus dan manajemen PSMS kerap mengumbar janji akan mendatangkan sponsor yang berasal dari pengusaha lokal atau nasional. Namun janji itu hanya janji. PSMS masih klub yang tak layak disebut profesional hingga hari ini. Akankah musim depan akan ada perubahan? (ful)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/