26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Toke Pupuk Tewas Ditikam Parbetor

Foto: Malik/PM/Kombinasi Erno Sitorus dan Bitner Marojahan Marbun.
Foto: Malik/PM/Kombinasi
Erno Sitorus dan Bitner Marojahan Marbun.

TANJUNGBERINGIN, SUMUTPOS.CO – Sakit hati dan benci berbaur menjadi dendam. Itulah yang dirasakan Bitner Marojahan Marbun (50) terhadap Erno Sitorus (50). Untuk mengakhiri sakit hatinyanya, parbetor ini menghadiahi toke pupuk itu 1 tikaman di dada, yang langsung merenggut nyawa Erno.

Pria yang akrap dipanggil Oppung Nimro tersebut tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Kini kasusnya ditangani Polres Sergai.

Kata Bitner, perselisihannya dengan korban bermula sekitar 8 tahun lalu. Ketika itu dia menjual sawah seluas tiga rante (1.200 meter persegi) seharga Rp7,5 juta. Sawah itu merupakan peninggalan orangtuanya yang dibeli dari orangtua korban. “Aku menjualnya kepada K. Saragih,” ungkapnya.

Singkat cerita, Desember 2014 lalu Erno mendatanginya sembari marah-marah. Korban marah karena tanah yang dijual Bitner lebih dari tiga rante. Dan kelebihan sekitar 0,5 rante tersebut merupakan hak korban. Dasar itu pula, Bitner diminta segera mengembalikannya.

“Hampir setiap hari dia (Erno) meminta tanahnya dikembalikan. Korban juga mengancam akan melaporkanku ke Polisi. Bahkan Erno beberapa kali mengancam akan membunuhku jika tidak segera mengembalikan tanah tersebut,” beber pria yang kerap dipanggil Oppung Satria ini.

Karena bingung, Bitner akhirnya menceritakan ancaman Erno kepada istrinya. Tragisnya, curhat tersebut justru ‘mengantar’ Nurhayati br Sitanggang, istrinya menghadap Sang pencipta.

Terkejut mendengar cerita Bitner, Nurhayati mendadak mendapat serangan stroke berat. Meski telah berusaha melarikannya ke rumah sakit secepat mungkin, Nurhayati tidak mampu bertahan dan menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan ke RSU Sultan Sulaiman.

Kematian Nurhayati membuat Bitner sangat terpukul. Dirinya menyesal karena menceritakan ancaman yang diterimanya dari Erno. Seiring dengan itu, Bitner menaruh dendam terhadap korban. Dia menganggap Erno biang dari meninggalnya sang istri.

Sejak itu pula, ayah 5 anak ini tidak lagi bertegur sama dengan korban meski terbilang masih tetangga. “Aku sering menangis tiap kali teringat istriku,” sedih kakek 3 cucu ini.

Lanjut Bitner, dirinya bahkan tak kuasa menahan sedih tiap kali bertemu dengan Erno. “Tiap kali melihatnya (korban), aku langsung teringat istriku,” imbuhnya sembari mengungkapkan, sang istri sengaja dikebumikan tak jauh dari rumahnya.

Foto: Malik/PM Warung tempat korban ditikam saat minum di meja pertama bersama 5 temannya.
Foto: Malik/PM
Warung tempat korban ditikam saat minum di meja pertama bersama 5 temannya.

Puncaknya, Selasa (27/1) sore lalu, seperti biasa Bitner langsung singgah ke pakter tuak milik Marumba Sihombing yang hanya berjarak sekitar 150 meter dari rumahnya.

Belum lagi habis minumannya, tiba-tiba Erno datang dan duduk di pakter tersebut. “Waktu datang itu dia melihatiku,” kenang Bitner. Tak suka dengan cara korban melihatnya, pria paruh baya ini pulang ke rumah naik betornya.

Setibanya di rumah, pria paruh baya ini mengambil pisau bergagang besi dengan panjang sekitar 35 cm. Begitu sampai di pakter, Bitner menghampiri korban dan memeluknya dari belakang. Berikutnya, menusukkan pisau ke dada kanan korban.

Terkejut menerima tikaman, Erno bereaksi mengambil kayu dari depan pakter lalu melemparnya ke arah Bitner. Melihat korban terluka, beberapa pengunjung pakter langsung mengamankan Bitner. Sementara pengunjung lainnya melarikan korban ke RSUD Sultan Sulaiman. Namun nahas, Erno menghembuskan nafas terakhir dalam perjalan.

“Aku puas sudah menikamnya. Tapi aku juga menyesal karena tikaman itu membunuhnya,” tandas Bitner.

Terpisah, Wilson Sitorus (35), adik korban menyebutkan kalau saat kejadian itu abangnya bersama Pele Malau (48), Amrin Lumbangaol (54), Bernat (38), serta pemilik pakter.

“Aku tidak mengira abangku meninggal karena ditikam pelaku. Setahuku abangku tidak pernah mempunyai musuh. Dia tak jarang memberikan hutang pupuk kepada petani di Dusun III Kampung Kristen, Desa Pematang Terang, Kec. Tanjung Beringin, Sergai, ini,” ujarnya.

“Masalah dendam aku tidak tahu. Namun kalau masalah tanah, aku tahu, tapi itu sudah cukup lama. Aku pun tidak mengerti, kenapa tega kali Opung Satria membunuh abangku. Rencananya jasad abang kami ini dimakamkan hari Jumat,” tambahnya.

Kapolres Sergai, AKBP B. Anies Purnawan SIK, MSi melalui Kasat Reskrim, AKP Hady S Siagian SH, SIK menyebutkan pihaknya menjerat Bitner dengan pasal 340 sub 338 subs pasal 351 ayat 7, KUHPidana tentang berencanakan melakukan pembunuhan atau penganiayaan mengakibatkan kematian orang lain. “Ancamannya hukuman seumur hidup,” ungkap Hady. (lik/ras)

Foto: Malik/PM/Kombinasi Erno Sitorus dan Bitner Marojahan Marbun.
Foto: Malik/PM/Kombinasi
Erno Sitorus dan Bitner Marojahan Marbun.

TANJUNGBERINGIN, SUMUTPOS.CO – Sakit hati dan benci berbaur menjadi dendam. Itulah yang dirasakan Bitner Marojahan Marbun (50) terhadap Erno Sitorus (50). Untuk mengakhiri sakit hatinyanya, parbetor ini menghadiahi toke pupuk itu 1 tikaman di dada, yang langsung merenggut nyawa Erno.

Pria yang akrap dipanggil Oppung Nimro tersebut tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Kini kasusnya ditangani Polres Sergai.

Kata Bitner, perselisihannya dengan korban bermula sekitar 8 tahun lalu. Ketika itu dia menjual sawah seluas tiga rante (1.200 meter persegi) seharga Rp7,5 juta. Sawah itu merupakan peninggalan orangtuanya yang dibeli dari orangtua korban. “Aku menjualnya kepada K. Saragih,” ungkapnya.

Singkat cerita, Desember 2014 lalu Erno mendatanginya sembari marah-marah. Korban marah karena tanah yang dijual Bitner lebih dari tiga rante. Dan kelebihan sekitar 0,5 rante tersebut merupakan hak korban. Dasar itu pula, Bitner diminta segera mengembalikannya.

“Hampir setiap hari dia (Erno) meminta tanahnya dikembalikan. Korban juga mengancam akan melaporkanku ke Polisi. Bahkan Erno beberapa kali mengancam akan membunuhku jika tidak segera mengembalikan tanah tersebut,” beber pria yang kerap dipanggil Oppung Satria ini.

Karena bingung, Bitner akhirnya menceritakan ancaman Erno kepada istrinya. Tragisnya, curhat tersebut justru ‘mengantar’ Nurhayati br Sitanggang, istrinya menghadap Sang pencipta.

Terkejut mendengar cerita Bitner, Nurhayati mendadak mendapat serangan stroke berat. Meski telah berusaha melarikannya ke rumah sakit secepat mungkin, Nurhayati tidak mampu bertahan dan menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan ke RSU Sultan Sulaiman.

Kematian Nurhayati membuat Bitner sangat terpukul. Dirinya menyesal karena menceritakan ancaman yang diterimanya dari Erno. Seiring dengan itu, Bitner menaruh dendam terhadap korban. Dia menganggap Erno biang dari meninggalnya sang istri.

Sejak itu pula, ayah 5 anak ini tidak lagi bertegur sama dengan korban meski terbilang masih tetangga. “Aku sering menangis tiap kali teringat istriku,” sedih kakek 3 cucu ini.

Lanjut Bitner, dirinya bahkan tak kuasa menahan sedih tiap kali bertemu dengan Erno. “Tiap kali melihatnya (korban), aku langsung teringat istriku,” imbuhnya sembari mengungkapkan, sang istri sengaja dikebumikan tak jauh dari rumahnya.

Foto: Malik/PM Warung tempat korban ditikam saat minum di meja pertama bersama 5 temannya.
Foto: Malik/PM
Warung tempat korban ditikam saat minum di meja pertama bersama 5 temannya.

Puncaknya, Selasa (27/1) sore lalu, seperti biasa Bitner langsung singgah ke pakter tuak milik Marumba Sihombing yang hanya berjarak sekitar 150 meter dari rumahnya.

Belum lagi habis minumannya, tiba-tiba Erno datang dan duduk di pakter tersebut. “Waktu datang itu dia melihatiku,” kenang Bitner. Tak suka dengan cara korban melihatnya, pria paruh baya ini pulang ke rumah naik betornya.

Setibanya di rumah, pria paruh baya ini mengambil pisau bergagang besi dengan panjang sekitar 35 cm. Begitu sampai di pakter, Bitner menghampiri korban dan memeluknya dari belakang. Berikutnya, menusukkan pisau ke dada kanan korban.

Terkejut menerima tikaman, Erno bereaksi mengambil kayu dari depan pakter lalu melemparnya ke arah Bitner. Melihat korban terluka, beberapa pengunjung pakter langsung mengamankan Bitner. Sementara pengunjung lainnya melarikan korban ke RSUD Sultan Sulaiman. Namun nahas, Erno menghembuskan nafas terakhir dalam perjalan.

“Aku puas sudah menikamnya. Tapi aku juga menyesal karena tikaman itu membunuhnya,” tandas Bitner.

Terpisah, Wilson Sitorus (35), adik korban menyebutkan kalau saat kejadian itu abangnya bersama Pele Malau (48), Amrin Lumbangaol (54), Bernat (38), serta pemilik pakter.

“Aku tidak mengira abangku meninggal karena ditikam pelaku. Setahuku abangku tidak pernah mempunyai musuh. Dia tak jarang memberikan hutang pupuk kepada petani di Dusun III Kampung Kristen, Desa Pematang Terang, Kec. Tanjung Beringin, Sergai, ini,” ujarnya.

“Masalah dendam aku tidak tahu. Namun kalau masalah tanah, aku tahu, tapi itu sudah cukup lama. Aku pun tidak mengerti, kenapa tega kali Opung Satria membunuh abangku. Rencananya jasad abang kami ini dimakamkan hari Jumat,” tambahnya.

Kapolres Sergai, AKBP B. Anies Purnawan SIK, MSi melalui Kasat Reskrim, AKP Hady S Siagian SH, SIK menyebutkan pihaknya menjerat Bitner dengan pasal 340 sub 338 subs pasal 351 ayat 7, KUHPidana tentang berencanakan melakukan pembunuhan atau penganiayaan mengakibatkan kematian orang lain. “Ancamannya hukuman seumur hidup,” ungkap Hady. (lik/ras)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/