SANTAI, cerdas, dan ramah. Itulah kesan pertama ketika bertemu Andre Omer Siregar di sela Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI (Raker Keppri) 2015 di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Jakarta, 3 Februari lalu.
’’No worries, Dude (Jangan khawatir, Bro, Red),’’ jawab Andre ketika wartawan Jawa Pos (grup Sumut Pos) meminta waktu untuk wawancara via telepon.
Sebagai pejabat perwakilan baru di Northern Territory (NT) Australia, Andre senang mendapat kesempatan untuk mengungkapkan program-programnya di media. Tidak bermaksud pamer bahwa dirinya merupakan konsul termuda, Andre merasa perlu mengangkat Darwin, ibu kota NT Australia, sebagai kota penting dalam hubungan diplomatik Indonesia-Australia. Menurut dia, Darwin selama ini masih menjadi kota bayangan Sydney, Perth, dan Canberra.
’’Waktu saya baru tiba, Darwin sedang memeringati 40 tahun Cyclone Tracy. Yakni, peringatan hancurnya Kota Darwin karena bencana. Jadi, tugas pertama saya saat itu menghadiri peringatan tersebut,’’ ujarnya.
Kendati menjadi konsul jenderal termuda, Andre tampak pede. Tidak tampak sedikit pun dia minder di hadapan para seniornya yang bertugas di negara-negara superpower sekalipun. Karena itu, ketika ada kesempatan untuk menjadi satu di antara enam pembicara dalam rapat pleno Raker Keppri, 2–4 Februari lalu, Andre langsung mengajukan diri.
’’Saya memang mengacungkan tangan karena merasa ada yang perlu saya utarakan,’’ ungkap alumnus S-1 Victoria University Wellington, Selandia Baru, tersebut.
Memang, sejatinya Andre tidak asing di kalangan diplomat. Dia adalah anak diplomat senior Ibnu Ash Djamil Siregar yang berkarir sejak 1964. Ibnu adalah keponakan Adam Malik, legenda diplomat Indonesia yang juga pernah menjadi wakil presiden.
’’Jadi, saya boleh dibilang cucunya Adam Malik. Tapi, tidak berarti saya langsung tertarik ke dunia (diplomasi) ini. Saya sekolah sampai S-2 di bidang ekonomi,’’ jelasnya.