BANGKOK – Menjelang Pemilihan umum (pemilu) Thailand pada 3 Juli mendatang. Sekjen PBB Ban Ki-moon mengingatkan agar pemilu yang sangat krusial di Thailand dilakukan secara damai dan dengan cara yang fair, kredibel dan transparan.
Demikian disampaikan juru bicara Ban dalam statemennya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (30/6). Pada kesempatan yang sama, Ban menyerukan semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan sebelum, selama dan setelah pemilu yang akan berlangsung. “Saya minta semua pihak untuk menerima dan menghormati keinginan rakyat seperti yang terlihat di kotak-kotak suara,” ingatkannya.
Pemilu tahun ini, partai berkuasa Demokrat yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Abhisit Vejjajiva bersaing ketat dengan partai oposisi utama Puea Thai pimpinan saudara perempuan mantan PM Thaksin Shinawatra. Thaksin digulingkan dari kekuasaan dalam kudeta tak berdarah pada tahun 2006 silam.
Thaksin Shinawatra, mantan perdana menteri yang jadi buronan, tetap menjadi tokoh yang sangat memecah belah di Thailand. Dia dibenci elit yang berbasis di Bangkok, takut dia bisa kembali menjadi orang bebas jika adiknya, Yingluck Shinawatra menang, sebagaimana diprediksi jajak pendapat.
Kini, Thaksin tinggal di pengasingan di Dubai, setelah melarikan diri tahun 2008 sebelum pengadilan Thailand menjatuhkan hukuman in absentia kepadanya dengan hukuman dua tahun penjara karena korupsi. Thaksin diburu karena tuduhan pidana termasuk terorisme.
Tuduhan terakhir itu terkait dengan protes oleh para pendukungnya, “Kaos Merah”, di Bangkok tahun lalu. Unjuk rasa itu berakhir setelah dua bulan penumpasan berdarah oleh tentara dan lebih dari 90 orang tewas. Banyak pengamat khawatir, demonstrasi jalanan kelompok-kelompok yang bersaingan akan marak lagi pada bulan-bulan mendatang.
Untuk mengamankan tempat-tempat pemungutan suara pada hari pemilu digelar, lebih dari 170.000 personel polisi akan dikerahkan untuk melindungi tempat pemungutan suara pada hari pemungutan suara itu. (bbs/jpnn)