30 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Makanan jadi Beracun jika Dipanaskan, Benar atau Hoax?

Hoax-bahaya memanaskan makanan

SUMUTPOS.CO – Informasi tentang keamanan pangan menjadi materi penyesatan berita yang paling ampuh. Ibu-ibu biasanya mendadak heboh. Latah informasi paling gampang ialah memberikan komentar dan menyebarkannya lagi Padahal, kabar tersebut tidak seluruhnya benar.

Salahsatu di antaranya, informasi tentang bahaya menghangatkan sejumlah masakan. Informasi tersebut diawali dengan pendahuluan yang membuat para kaum hawa merinding dan seolah wajib membacanya.

“Bahaya mengintai di dapur. Mulai sekarang, jangan panaskan 10 jenis masakan berikut ini, atau bila tidak, anda akan menanggung sendiri akibatnya,” ancam penulis pesan.

Dalam pesan berlanjut yang disebar melalui media sosial Facebook, sepuluh masakan itu adalah sayur bayam, kentang, jamur-jamuran, daging ayam, telur, daun seledri, gorengan, santan, ubi, dan brokoli. Penulis pesan sengaja
menempatkan sayur bayam di urutan pertama. Sebab, sudah jamak diketahui berbahaya jika dihangatkan.

Pembuat pesan itu menyamakan kandungan sebagian besar bahan makanan dengan bayam yang akan menimbulkan racun jika dihangatkan. Jika dihangatkan, bahan makanan tersebut akan beracun. Misalnya, kentang.

“Kentang hampir sama dengan bayam. Ada proses oksidasi jika dihangatkan yang akan berubah menjadi beracun,” katanya.

Begitu juga halnya dengan daging ayam. Menurut pembuat pesan, daging ayam tidak boleh dipanaskan karena akan mengubah komposisi protein. Telur pun demikian.

Menghangatkan telur malah lebih berbahaya jika dimasak ulang dalam keadaan utuh. Alasannya, telur akan mengandung racun.

Direktur Akademi Gizi Surabaya Andriyanto mengatakan, tidak semua informasi itu benar. Dia sepakat bahwa sayur bayam tidak boleh dipanaskan ulang karena berba-
haya. Tetapi, itu tidak berlaku untuk semua masakan.

Prinsipnya, lanjut dia, semua makanan sumber vitamin C, kecuali bayam, jika dipanaskan ulang akan mengakibatkan kandungan vitaminnya berkurang atau hilang. ’’Demikian juga halnya dengan makanan yang mengandung zat besi dan yodium,’’ terangnya.

Meski demikian, ada zat gizi yang bila dipanaskan tidak mengalami perubahan. Misalnya, sumber protein dari daging, ikan, atau telur. Jika dipanaskan berulang, nilai proteinnya tetap. Sedangkan kentang adalah sumber karbohidrat. Bila dipanaskan ulang, tidak membahayakan. Hanya ada peningkatan kadar gula. Begitupun jamur, daging ayam, dan
telur. Masakan jenis itu tidak erbahaya jika dipanaskan ulang.

Adapun sayuran, misalnya seledri, brokoli, dan sayur hijau yang lain, jika dipanasi ulang, warna hijaunya bakal berubah. Perubahan itu berarti kandungan zat besi turun atau hilang. Hilangnya zat gizi, vitamin A, vitamin D, dan zat besi tidak membahayakan. Tetapi, manfaat makanan tersebut menjadi berkurang. ’’Kalau zat besi pada sayur hilang, kita hanya mendapat manfaat seratnya,’’ jelasnya.

Jika dibaca dengan teliti, ada beberapa kata kunci yang bisa membuat pemahaman menjadi lain. Dalam penjelasan beberapa item masakan, pembuat tulisan menyebutkan bahwa tingkat bahaya muncul setelah dipanaskan berulang-ulang. Keterangan itu berbeda dengan judul dan pendahuluan di awal pesan yang menyebutkan bahaya muncul jika dipanaskan, tanpa menyebutkan kata berulang-ulang. (lyn/gun/eko/jpg)

Hoax-bahaya memanaskan makanan

SUMUTPOS.CO – Informasi tentang keamanan pangan menjadi materi penyesatan berita yang paling ampuh. Ibu-ibu biasanya mendadak heboh. Latah informasi paling gampang ialah memberikan komentar dan menyebarkannya lagi Padahal, kabar tersebut tidak seluruhnya benar.

Salahsatu di antaranya, informasi tentang bahaya menghangatkan sejumlah masakan. Informasi tersebut diawali dengan pendahuluan yang membuat para kaum hawa merinding dan seolah wajib membacanya.

“Bahaya mengintai di dapur. Mulai sekarang, jangan panaskan 10 jenis masakan berikut ini, atau bila tidak, anda akan menanggung sendiri akibatnya,” ancam penulis pesan.

Dalam pesan berlanjut yang disebar melalui media sosial Facebook, sepuluh masakan itu adalah sayur bayam, kentang, jamur-jamuran, daging ayam, telur, daun seledri, gorengan, santan, ubi, dan brokoli. Penulis pesan sengaja
menempatkan sayur bayam di urutan pertama. Sebab, sudah jamak diketahui berbahaya jika dihangatkan.

Pembuat pesan itu menyamakan kandungan sebagian besar bahan makanan dengan bayam yang akan menimbulkan racun jika dihangatkan. Jika dihangatkan, bahan makanan tersebut akan beracun. Misalnya, kentang.

“Kentang hampir sama dengan bayam. Ada proses oksidasi jika dihangatkan yang akan berubah menjadi beracun,” katanya.

Begitu juga halnya dengan daging ayam. Menurut pembuat pesan, daging ayam tidak boleh dipanaskan karena akan mengubah komposisi protein. Telur pun demikian.

Menghangatkan telur malah lebih berbahaya jika dimasak ulang dalam keadaan utuh. Alasannya, telur akan mengandung racun.

Direktur Akademi Gizi Surabaya Andriyanto mengatakan, tidak semua informasi itu benar. Dia sepakat bahwa sayur bayam tidak boleh dipanaskan ulang karena berba-
haya. Tetapi, itu tidak berlaku untuk semua masakan.

Prinsipnya, lanjut dia, semua makanan sumber vitamin C, kecuali bayam, jika dipanaskan ulang akan mengakibatkan kandungan vitaminnya berkurang atau hilang. ’’Demikian juga halnya dengan makanan yang mengandung zat besi dan yodium,’’ terangnya.

Meski demikian, ada zat gizi yang bila dipanaskan tidak mengalami perubahan. Misalnya, sumber protein dari daging, ikan, atau telur. Jika dipanaskan berulang, nilai proteinnya tetap. Sedangkan kentang adalah sumber karbohidrat. Bila dipanaskan ulang, tidak membahayakan. Hanya ada peningkatan kadar gula. Begitupun jamur, daging ayam, dan
telur. Masakan jenis itu tidak erbahaya jika dipanaskan ulang.

Adapun sayuran, misalnya seledri, brokoli, dan sayur hijau yang lain, jika dipanasi ulang, warna hijaunya bakal berubah. Perubahan itu berarti kandungan zat besi turun atau hilang. Hilangnya zat gizi, vitamin A, vitamin D, dan zat besi tidak membahayakan. Tetapi, manfaat makanan tersebut menjadi berkurang. ’’Kalau zat besi pada sayur hilang, kita hanya mendapat manfaat seratnya,’’ jelasnya.

Jika dibaca dengan teliti, ada beberapa kata kunci yang bisa membuat pemahaman menjadi lain. Dalam penjelasan beberapa item masakan, pembuat tulisan menyebutkan bahwa tingkat bahaya muncul setelah dipanaskan berulang-ulang. Keterangan itu berbeda dengan judul dan pendahuluan di awal pesan yang menyebutkan bahaya muncul jika dipanaskan, tanpa menyebutkan kata berulang-ulang. (lyn/gun/eko/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/