Keren!!!
Dan memang, program-program ini pada akhirnya menuai pujian dan sukses. BBC menceritakan sebuah sekolah di Itatiba, sebuah kota kecil tak jauh dari Sao Paulo, kota asal Senna. Di sekolah negeri di kawasan miskin di sana, Yayasan Senna memfasilitasi program ekstrakurikuler khusus. Anak-anak usia 12 tahun menggunakan Scratch, sebuah software dari MIT Amerika yang bertujuan mengajari anak-anak how to code (melakukan coding).
Bayangkan, kebanyakan sekolah negeri di Brasil (Indonesia juga?) tidak punya pelajaran computer coding. Berkat Senna, kini ada banyak sekolah negeri miskin di Brasil yang punya program seperti itu, untuk anak-anak usia 12 tahun!
Saya menyinggung soal ini kepada seorang rekan. Dia bilang gila, karena di Indonesia saja anak SMA belum tentu dapat pelajaran coding! Program social and emotional skill juga menuai hasil nasional. Tahun lalu, Colegio Chico Anysio, sekolah negeri kawasan miskin di Rio de Janeiro, meraih nilai terbaik kelima nasional di Brasil (di tingkat ekonomi siswa setara).
Menurut laporan, Ayrton Senna Foundation sampai hari ini telah menolong lebih dari 1,9 juta anak, plus melatih 60 ribu guru per tahun. Teruslah ingat, Ayrton Senna sudah tiada 23 tahun lalu!
Pihak keluarga berjanji untuk terus berjuang –secara bisnis– untuk menjaga nama Ayrton Senna. Supaya sang legenda bisa terus memberikan dampak sosial hingga entah kapan. Sebuah tantangan yang luar biasa. Sulit membayangkan nama Ayrton Senna masih terus diingat orang, dan terus memberikan dampak komersial-sosial hingga 50 tahun lagi.
Meski demikian, apa yang dia tinggalkan tetap jauh lebih hebat dari kebanyakan legenda olahraga, presiden-presiden, atau tokoh-tokoh apa pun di dunia ini. Banyak orang yang meninggalkan monumen. Tapi, berapa banyak yang hingga 23 tahun setelah kematiannya masih terus menghasilkan begitu banyak uang untuk membantu anak-anak tidak mampu? (*)