Travel Tour Hongkong-Macau (5)
Oleh: DAME AMBARITA
Pemimpin Redaksi Sumut Pos
Hari kelima, semangat berfoto-foto peserta tour sudah mulai menurun. Jadwal tidur nyaris tiap tengah malam, sedangkan morning call saat masih pukul 5 pagi, membuat seluruh peserta kurang tidur. Alhasil, dalam perjalanan Guangzhou-Zhuhai keesokan harinya, sebagian peserta tidur di atas bus. Banyak pemandangan yang terlewat. Termasuk Zhuhai Lover Road, termpat para kawula muda memadu kasih.
Untunglah, sekilas Zhuhai Lover Road ini masih sempat terekam di benak penulis. Taman ini ditata di tepi laut, dengan penataan bunga-bunga cantik, pohon-pohon palem, rumput-rumput hijau, bangku-bangku taman, dan areal untuk pejalan kaki atau pesepeda. Udara yang sejuk bersih dan hembusan angin dari laut membuat suasana romantis. Tak hanya pasangan kekasih yang bersantai, sejumlah keluarga pun terlihat duduk-duduk atau jalan-jalan di taman itu. Sejumlah anak-anak naik sepeda double dengan 2 atau 3 pengayuh pun ikut meramaikan taman. Jadi berkhayal punya lokasi serupa di kota ini.
Bus terus meluncur dan membawa peserta ke restoran untuk makan siang. Lagi-lagi dari 7-8 jenis menu makanan yang dihidangkan, bebek peking termasuk salahsatunya. Beda restoran di Shenzhen dan Guangzhou dengan di Hong Kong (dan Macao) adalah, Shenzhen dan Guangzhou menyediakan dua botol bir dan sebotol besar soft drink tiap meja. Sementara Hong Kong dan Macao lebih pelit. Birnya produk China, tidak pahit dan keras seperti bir yang dijual di negeri kita. Sedap diminum saat makan.
Usai makan siang, Aming membawa peserta ke Taman Shijingshan. Di sini ada fasilitas cable car (kereta gantung). Tapi ini tidak termasuk paket tour. Jadi bagi yang ingin naik cable car, wajib membayar 60 yuan (sekitar Rp88 ribu).
Naik cable car di sini barangkali tidak seistimewa naik cable car di Eropa atau di Ngongping 360 Cable Car Hong Kong. Di Hong Kong, naik cable car bisa memandang seluruh kota Hong Kong selama 25 menit, mulai kawasan bandara udara, laut Cina Selatan dan Pulau Lantau –pulau terbesar di Hong Kong. Di Zhuhai, naik cable car-nya hanya naik ke bukit dengan tempo sekitar 10 menit. Yang dilihat pun hanya hutan dan bebatuan sekira 20 meter di bawah.
Untuk turun, boleh memilih naik cable car atau seluncuran yang… ternyata tidak terlalu menakutkan. Tapi dari atas, kita dapat memandang lautan gedung kota Zhuhai, yang lagi-lagi sayang… terbatas oleh kabut.
Dari Taman Shijingshan, peserta dibawa ke tempat shopping di Gong Bei. Cerita unik adalah, selama tour di sejumlah kota, hampir tiap 30 menit peserta mencari toilet. Maklum, cuaca dingin antara 13-20º Celsus. Jadi, sekalipun peserta berpisah secara berkelompok di areal pertokoan untuk melihat-lihat barang dagangan dalam kelompok-kelompok, pasti ketemu di toilet. Akhirnya muncul joke: “Orang Indonesia tour ke luar negeri, ujung-ujungnya ketemu di toilet”, hehehehehe…
Karena semua kota yang dikunjungi tidak menyediakan air di toilet, bahkan ada sebagian yang tidak menyediakan (atau kehabisan?) tisu, peserta harus siap dengan persediaan tisu. Kalau risih ‘membersihkan’ hanya dengan tisu, siapkan saja tisu basah. Untuk berjaga-jaga, sebagian peserta suka mengambil tisu banyak-banyak di toilet yang ada tisunya, sebagai persediaan mana tau di toilet lain tak ada tisu.
Usai belanja dan makan malam, peserta tour naik bus berikut seluruh bagasi dan turun sebuah pusat perbelanjaan, perbatasan Zhuhai dan Macao. Di sini, peserta harus berjibaku menyeret koper masing-masing naik turun eskalator, menuju Imigrasi Macao di gedung yang sama lantai 3. Peserta yang sebelumnya sudah banyak berbelanja, benar-benar berjuang menyeret seluruh barangnya. “Datang 1 koper, pulang dengan koper yang beranak cucu. Hasilnya, capek menyeret ke sana sini,” keluh sepasang suami istri yang penuh dengan belanjaan. Bagasi bus lebih sesak lagi dengan koper yang sudah beranak pinak.
Perpisahan dengan Aming cukup mengharukan. Sejak hari kedua sampai hari kelima, nyaris Aming selalu bersama peserta tour. Rasa tanggung jawabnya yang tinggi untuk kenyamanan dan keamanan para tamunya, membuat seluruh peserta sayang padanya. Apalagi dia bersedia menyanyi saat didesak peserta, meski sudah berkali-kali mengaku tak pintar bernyanyi. Dan benarlah, suaranya meski tak fals, temponya lari tak tentu juntrungan. Begitupun tepuk tangan tetap membahana. Jadilah, muncul niat dari peserta mengumpulkan ‘angpao’ untuk Aming. Aming pun tersenyum haru. (dame)