25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Usia 34 Terlalu Tua

Di dalam rapat komite, dia berbicara begitu berapi-api, begitu bersemangat. Apalagi ketika ada ”generasi tua” yang berbicara seolah ”menyerah” menghadapi konsumen generasi baru.

Anak muda itu tahu betul mau pergi ke mana, mau berbuat apa. Masih menggebu-gebu mengejar pembuktian. Memang, kelak dia belum tentu benar, tapi dia akan habis-habisan memburunya. Dia masih no fear.

Walau sudah merasa tua, dia tetap lebih dekat dengan konsumen yang lebih muda, tetap lebih mudah berbaur dan bergaul dengan mereka yang lebih muda.

Dan umur tidak bisa berbohong!

Berdasar pengalaman saya belasan tahun bikin program anak muda, yang muda lebih mudah berkomunikasi dengan mereka yang usianya tidak terlalu jauh berbeda.

Ketika yang muda harus memanggil ”Pak” atau ”Om”, barrier sudah terbentuk. Dan memanggil ”Kakak” atau ”Mas” itu tidak bisa dipaksakan!

Seperti mengharapkan respek dari orang lain, termasuk dari yang lebih muda. Harus lewat attitude dan pembuktian, tidak bisa dipaksakan!

Ironisnya, masih banyak orang yang mencoba memaksakan itu. Sudah tua tapi merasa sok muda. Bahkan berdalih berjiwa muda. Padahal, usia sangat sangat tidak bisa dibohongi.

Nah, kalau tua tidak bisa dipaksakan, lalu harus bagaimana? Saya sangat percaya dengan youth empowerment. Relakan. Lepaskan. Beranikan diri memercayai dan membiarkan yang muda berkarya.

Saya termasuk produk youth empowerment. Rasanya, saya belum termasuk orang gagal dan semoga tidak pernah jadi orang gagal.

Anak muda Hongkong yang jadi CEO itu juga produk youth empowerment. Bayangkan, perusahaan dia itu besar sekali, termasuk jadi acuan bukan hanya di Asia-Pasifik, tapi juga di dunia. Dan pemilik medianya, salah satu orang terkaya di dunia yang sangat terkenal, memilih seseorang yang berusia 34 tahun untuk menjadi CEO-nya! (*)

Di dalam rapat komite, dia berbicara begitu berapi-api, begitu bersemangat. Apalagi ketika ada ”generasi tua” yang berbicara seolah ”menyerah” menghadapi konsumen generasi baru.

Anak muda itu tahu betul mau pergi ke mana, mau berbuat apa. Masih menggebu-gebu mengejar pembuktian. Memang, kelak dia belum tentu benar, tapi dia akan habis-habisan memburunya. Dia masih no fear.

Walau sudah merasa tua, dia tetap lebih dekat dengan konsumen yang lebih muda, tetap lebih mudah berbaur dan bergaul dengan mereka yang lebih muda.

Dan umur tidak bisa berbohong!

Berdasar pengalaman saya belasan tahun bikin program anak muda, yang muda lebih mudah berkomunikasi dengan mereka yang usianya tidak terlalu jauh berbeda.

Ketika yang muda harus memanggil ”Pak” atau ”Om”, barrier sudah terbentuk. Dan memanggil ”Kakak” atau ”Mas” itu tidak bisa dipaksakan!

Seperti mengharapkan respek dari orang lain, termasuk dari yang lebih muda. Harus lewat attitude dan pembuktian, tidak bisa dipaksakan!

Ironisnya, masih banyak orang yang mencoba memaksakan itu. Sudah tua tapi merasa sok muda. Bahkan berdalih berjiwa muda. Padahal, usia sangat sangat tidak bisa dibohongi.

Nah, kalau tua tidak bisa dipaksakan, lalu harus bagaimana? Saya sangat percaya dengan youth empowerment. Relakan. Lepaskan. Beranikan diri memercayai dan membiarkan yang muda berkarya.

Saya termasuk produk youth empowerment. Rasanya, saya belum termasuk orang gagal dan semoga tidak pernah jadi orang gagal.

Anak muda Hongkong yang jadi CEO itu juga produk youth empowerment. Bayangkan, perusahaan dia itu besar sekali, termasuk jadi acuan bukan hanya di Asia-Pasifik, tapi juga di dunia. Dan pemilik medianya, salah satu orang terkaya di dunia yang sangat terkenal, memilih seseorang yang berusia 34 tahun untuk menjadi CEO-nya! (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/