25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Menanti Kurikulum Pendidikan 2013

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini sibuk merealisasikan pemberlakuan kurikulum pendidikan baru yang dikenal dengan Kurikulum Pendidikan Nasional 2013.

Mendikbud Muhammad Nuh dan jajarannya sedang rajin keliling daerah untuk melakukan sosialisasi dan uji publik terhadap kurikulum yang diberlakukan mulai pertengahan tahun ini tersebut.

Kurikulum baru itu bertujuan menyeimbangkan aspek akademis dan karakter anak-anak Indonesia. Nanti, sistem pembelajaran berbasis penguatan penalaran, bukan sekadar hafalan. Ide penyusunan kurikulum baru tersebut, salah satunya, didasarkan pada survei internasional yang menyebut kemampuan siswa Indonesia jauh tertinggal dibanding negara-lain.

Pada 2007, survei Trends in International Math and Science yang diadakan Global Institute mencatat, hanya 5 persen siswa Indonesia yang bisa mengerjakan soal berkategori tinggi. Padahal, di Korea, ada 71 persen siswa yang mampu menyelesaikan soal tersebut. Untuk soal berkategori rendah, ada 78 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan, sedangkan siswa Korea hanya 10 persen.

Programme of International Student Assessment (PISA) pada 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar terbawah dari 65 persen negara peserta PISA. Jumlah mata pelajaran di tingkat SD dan SMP bakal banyak dikurangi. Kalau sebelumnya 10 mata pelajaran, nanti hanya ada enam mata pelajaran.

Di tingkat SMP, 12 mata pelajaran diringkas menjadi 10 mata pelajaran. Namun, jam pelajaran akan ditambah. Misalnya, untuk kelas 4–6 SD, 32 jam pelajaran per minggu akan ditambah menjadi 36 jam per minggu. Untuk siswa SMP, pelajaran ditambah enam jam per minggu dan SMA ditambah dua jam per minggu.

Nuh tidak peduli atas sindiran ganti menteri ganti kebijakan. Menurut dia, kondisinya saat ini sangat penting dan genting. Karena itu, dengan risiko apa pun, perubahan kurikulum harus dimulai tahun ini. Istilah yang dipakai Nuh adalah membeli masa depan dengan harga sekarang.
Ke depan, dia membayangkan cara berpikir murid akan berubah, yakni selalu mencari tahu dan melakukan observasi. Siswa diarahkan untuk merumuskan masalah, tidak hanya menyelesaikan masalah.

Murid dilatih untuk berpikir analitis, bukan mekanistis. Satu hal yang harus disiapkan Kemendikbud adalah peningkatan kualitas guru. Sebab, sebagus apa pun kurikulum 2013, kalau tidak didukung peningkatan kemampuan guru, tentu akan sia-sia. Karena itu, sembari mematangkan kurikulum, kualitas guru, terutama di daerah, perlu di-upgrade. Sebab, guru merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum baru tersebut. Karena itu, peningkatan kualitas guru menjadi instrumen yang wajib dilakukan bersamaan dengan berlakunya Kurikulum Pendidikan Nasional 2013.

Hasil pembangunan karakter dalam kurikulum baru tersebut tidak bisa terlihat dalam jangka pendek. Mungkin butuh bertahun-tahun untuk menikmati hasil perubahan kurikulum tersebut.

Masalahnya, masa jabatan Nuh tinggal dua tahun lagi. Belum tentu Mendikbud baru nanti mau meneruskan kurikulum baru itu. Jadi, Mendikbud harus bisa menjamin bahwa kurikulum baru tersebut akan berlaku dalam jangka panjang. (*)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini sibuk merealisasikan pemberlakuan kurikulum pendidikan baru yang dikenal dengan Kurikulum Pendidikan Nasional 2013.

Mendikbud Muhammad Nuh dan jajarannya sedang rajin keliling daerah untuk melakukan sosialisasi dan uji publik terhadap kurikulum yang diberlakukan mulai pertengahan tahun ini tersebut.

Kurikulum baru itu bertujuan menyeimbangkan aspek akademis dan karakter anak-anak Indonesia. Nanti, sistem pembelajaran berbasis penguatan penalaran, bukan sekadar hafalan. Ide penyusunan kurikulum baru tersebut, salah satunya, didasarkan pada survei internasional yang menyebut kemampuan siswa Indonesia jauh tertinggal dibanding negara-lain.

Pada 2007, survei Trends in International Math and Science yang diadakan Global Institute mencatat, hanya 5 persen siswa Indonesia yang bisa mengerjakan soal berkategori tinggi. Padahal, di Korea, ada 71 persen siswa yang mampu menyelesaikan soal tersebut. Untuk soal berkategori rendah, ada 78 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan, sedangkan siswa Korea hanya 10 persen.

Programme of International Student Assessment (PISA) pada 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar terbawah dari 65 persen negara peserta PISA. Jumlah mata pelajaran di tingkat SD dan SMP bakal banyak dikurangi. Kalau sebelumnya 10 mata pelajaran, nanti hanya ada enam mata pelajaran.

Di tingkat SMP, 12 mata pelajaran diringkas menjadi 10 mata pelajaran. Namun, jam pelajaran akan ditambah. Misalnya, untuk kelas 4–6 SD, 32 jam pelajaran per minggu akan ditambah menjadi 36 jam per minggu. Untuk siswa SMP, pelajaran ditambah enam jam per minggu dan SMA ditambah dua jam per minggu.

Nuh tidak peduli atas sindiran ganti menteri ganti kebijakan. Menurut dia, kondisinya saat ini sangat penting dan genting. Karena itu, dengan risiko apa pun, perubahan kurikulum harus dimulai tahun ini. Istilah yang dipakai Nuh adalah membeli masa depan dengan harga sekarang.
Ke depan, dia membayangkan cara berpikir murid akan berubah, yakni selalu mencari tahu dan melakukan observasi. Siswa diarahkan untuk merumuskan masalah, tidak hanya menyelesaikan masalah.

Murid dilatih untuk berpikir analitis, bukan mekanistis. Satu hal yang harus disiapkan Kemendikbud adalah peningkatan kualitas guru. Sebab, sebagus apa pun kurikulum 2013, kalau tidak didukung peningkatan kemampuan guru, tentu akan sia-sia. Karena itu, sembari mematangkan kurikulum, kualitas guru, terutama di daerah, perlu di-upgrade. Sebab, guru merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum baru tersebut. Karena itu, peningkatan kualitas guru menjadi instrumen yang wajib dilakukan bersamaan dengan berlakunya Kurikulum Pendidikan Nasional 2013.

Hasil pembangunan karakter dalam kurikulum baru tersebut tidak bisa terlihat dalam jangka pendek. Mungkin butuh bertahun-tahun untuk menikmati hasil perubahan kurikulum tersebut.

Masalahnya, masa jabatan Nuh tinggal dua tahun lagi. Belum tentu Mendikbud baru nanti mau meneruskan kurikulum baru itu. Jadi, Mendikbud harus bisa menjamin bahwa kurikulum baru tersebut akan berlaku dalam jangka panjang. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/