28.9 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Hidup Taksi Mongolia!

Stadionnya besar dan megah. Hanya, seperti di banyak tempat di Indonesia, dibangunnya di tempat yang nun jauh dari Kota Ulan Bator, mempersulit peserta (dan penonton) untuk mencapainya.

Hari itu kami bertanding melawan Iran. Berangkat dari hotel on time dengan naik bus yang disediakan panitia. Klotok-klotok-klotok, kira-kira 5 km dari stadion, bus kami mogok!

Cilaka. Total rombongan lebih dari 20 orang. Ada para pemain, pelatih, ofisial, dan kru lain. Dan katanya waktu itu, butuh waktu untuk menunggu bus pengganti.

Keputusan harus cepat dibuat.

Menit itu juga, kami menjadi orang Mongolia.

Ramai-ramai berdiri di pinggir jalan. Menghentikan setiap mobil untuk membawa kami ke stadion. Ada SUV yang menampung tujuh orang. Ada hatchback kecil yang mengangkut empat orang. Dan lain-lain.

Saya, pelatih, dan beberapa ofisial duluan karena harus menghubungi panitia dan minta ekstra waktu persiapan serta pemanasan karena tim datang sedikit terlambat.

Beres, dalam waktu relatif cepat, solusi didapat. Pertandingan bisa berjalan normal (dimulainya hanya molor sedikit).

Hebat sekali.

Dalam hitungan beberapa menit sejak keluar dari bus, ada banyak mobil yang mengangkut tim kami ke stadion. Tidak banyak ba-bi-bu. Tanpa ditanya, ”Mau lewat mana?” Dan cukup mampu berbahasa Inggris.

Harga? Termasuk sangat murah. Per mobil rata-rata minta 5.000 tugrik. Waktu itu per tugrik setara Rp7. Jadi, ongkos per mobil Rp 35 ribu. Langsung sampai di depan pintu stadion.

Semua itu bisa terjadi karena di Mongolia cari taksi jauh lebih gampang. Tidak butuh menelepon perusahaan taksi. Tidak perlu men-download aplikasi dan memasukkan nomor kartu kredit.

Mengapa?

Karena di Mongolia SEMUA MOBIL ADALAH TAKSI.

Wkwkwkwkwkwk…

Di Ulan Bator, di jalan mana pun Anda berdiri, cukup mengacungkan tangan dan jari, dalam hitungan detik akan ada mobil berhenti. Tinggal bilang mau ke mana, sepakat harga, langsung GO!

Malah mau berdiri di kiri atau kanan jalan sama saja. Sebab, di Mongolia, peraturan mobil benar-benar bebas. Ada setir kanan, ada setir kiri. Wkwkwkwk…

Ya, lalu lintasnya semrawut. Ya, tidak semua lampu merahnya berfungsi. Ya, jalanannya punya banyak lubang dan minim markah. Trotoarnya kotor dan banyak kerusakan.

Tapi, itu kan Mongolia, negara yang sebenarnya jauh lebih tertinggal daripada Indonesia.

Eh, sebentar dulu. Kondisi jalan dan lalu lintas di Indonesia tidak jauh beda ya?

Stadionnya besar dan megah. Hanya, seperti di banyak tempat di Indonesia, dibangunnya di tempat yang nun jauh dari Kota Ulan Bator, mempersulit peserta (dan penonton) untuk mencapainya.

Hari itu kami bertanding melawan Iran. Berangkat dari hotel on time dengan naik bus yang disediakan panitia. Klotok-klotok-klotok, kira-kira 5 km dari stadion, bus kami mogok!

Cilaka. Total rombongan lebih dari 20 orang. Ada para pemain, pelatih, ofisial, dan kru lain. Dan katanya waktu itu, butuh waktu untuk menunggu bus pengganti.

Keputusan harus cepat dibuat.

Menit itu juga, kami menjadi orang Mongolia.

Ramai-ramai berdiri di pinggir jalan. Menghentikan setiap mobil untuk membawa kami ke stadion. Ada SUV yang menampung tujuh orang. Ada hatchback kecil yang mengangkut empat orang. Dan lain-lain.

Saya, pelatih, dan beberapa ofisial duluan karena harus menghubungi panitia dan minta ekstra waktu persiapan serta pemanasan karena tim datang sedikit terlambat.

Beres, dalam waktu relatif cepat, solusi didapat. Pertandingan bisa berjalan normal (dimulainya hanya molor sedikit).

Hebat sekali.

Dalam hitungan beberapa menit sejak keluar dari bus, ada banyak mobil yang mengangkut tim kami ke stadion. Tidak banyak ba-bi-bu. Tanpa ditanya, ”Mau lewat mana?” Dan cukup mampu berbahasa Inggris.

Harga? Termasuk sangat murah. Per mobil rata-rata minta 5.000 tugrik. Waktu itu per tugrik setara Rp7. Jadi, ongkos per mobil Rp 35 ribu. Langsung sampai di depan pintu stadion.

Semua itu bisa terjadi karena di Mongolia cari taksi jauh lebih gampang. Tidak butuh menelepon perusahaan taksi. Tidak perlu men-download aplikasi dan memasukkan nomor kartu kredit.

Mengapa?

Karena di Mongolia SEMUA MOBIL ADALAH TAKSI.

Wkwkwkwkwkwk…

Di Ulan Bator, di jalan mana pun Anda berdiri, cukup mengacungkan tangan dan jari, dalam hitungan detik akan ada mobil berhenti. Tinggal bilang mau ke mana, sepakat harga, langsung GO!

Malah mau berdiri di kiri atau kanan jalan sama saja. Sebab, di Mongolia, peraturan mobil benar-benar bebas. Ada setir kanan, ada setir kiri. Wkwkwkwk…

Ya, lalu lintasnya semrawut. Ya, tidak semua lampu merahnya berfungsi. Ya, jalanannya punya banyak lubang dan minim markah. Trotoarnya kotor dan banyak kerusakan.

Tapi, itu kan Mongolia, negara yang sebenarnya jauh lebih tertinggal daripada Indonesia.

Eh, sebentar dulu. Kondisi jalan dan lalu lintas di Indonesia tidak jauh beda ya?

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/