30 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Sadar Kapan Harus Berubah (Seri 1)

Azrul Ananda
Azrul Ananda (Dulu yang Bikin DetEksi)

Halaman DetEksi telah merevolusi bagaimana koran mendekati pembaca muda. Halaman DetEksi telah mengantarkan Jawa Pos menjadi koran dengan pembaca terbanyak di Indonesia. Halaman DetEksi bahkan telah mengantarkan Jawa Pos meraih penghargaan sebagai koran terbaik di dunia.

Karena itulah DetEksi –dan halaman anak muda lain di koran-koran Jawa Pos Group– sudah waktunya ditutup.

Selamat tinggal DetEksi. Selamat datang Zetizen.

***
Tanggal 26 Februari 2000, halaman DetEksi kali pertama terbit di koran Jawa Pos. Halaman untuk anak muda, dikerjakan sepenuhnya oleh anak muda.

Protes bermunculan dari pembaca. Banyak bilang halaman ini tidak berguna. Banyak orang tua takut anak-anaknya bakal terpengaruh. Apalagi, tema-tema yang diusung waktu itu tergolong “berani” dan “terbuka” untuk masyarakat yang belum terbiasa dengan kebebasan dan keterbukaan baru anak mudanya.

Bukan hanya diprotes. Didemo juga pernah! Oleh sebuah universitas, yang merasa DetEksi terlalu mengungkap kehidupan anak muda.

Aneh, universitas kan tempat untuk mengantarkan pelajar/anak muda ke dunia nyata. Lha ini universitas malah tidak mau menerima kenyataan dunia!
Sejak hari itu, saya berjanji tidak mau menerima lulusan universitas itu untuk bekerja di tempat saya. Wkwkwkwk…
Tahun 2000 itu (saya masih 22 tahun waktu DetEksi pertama terbit), kalau ditanya DetEksi untuk apa, ya saya jawab untuk masa depan.

Syukur alhamdulillah, pada 2006, yang kami harapkan jadi kenyataan. Survei Nielsen waktu itu untuk kali pertama (dalam sejarah!) menyatakan Jawa Pos sebagai koran dengan pembaca terbanyak. Sesuatu yang unik, karena untuk kali pertama koran dari luar Jakarta menjadi nomor satu.

Berarti Jawa Pos telah berhasil meregenerasi pembaca, di saat koran-koran lain terus menua bersama pembacanya.

Azrul Ananda
Azrul Ananda (Dulu yang Bikin DetEksi)

Halaman DetEksi telah merevolusi bagaimana koran mendekati pembaca muda. Halaman DetEksi telah mengantarkan Jawa Pos menjadi koran dengan pembaca terbanyak di Indonesia. Halaman DetEksi bahkan telah mengantarkan Jawa Pos meraih penghargaan sebagai koran terbaik di dunia.

Karena itulah DetEksi –dan halaman anak muda lain di koran-koran Jawa Pos Group– sudah waktunya ditutup.

Selamat tinggal DetEksi. Selamat datang Zetizen.

***
Tanggal 26 Februari 2000, halaman DetEksi kali pertama terbit di koran Jawa Pos. Halaman untuk anak muda, dikerjakan sepenuhnya oleh anak muda.

Protes bermunculan dari pembaca. Banyak bilang halaman ini tidak berguna. Banyak orang tua takut anak-anaknya bakal terpengaruh. Apalagi, tema-tema yang diusung waktu itu tergolong “berani” dan “terbuka” untuk masyarakat yang belum terbiasa dengan kebebasan dan keterbukaan baru anak mudanya.

Bukan hanya diprotes. Didemo juga pernah! Oleh sebuah universitas, yang merasa DetEksi terlalu mengungkap kehidupan anak muda.

Aneh, universitas kan tempat untuk mengantarkan pelajar/anak muda ke dunia nyata. Lha ini universitas malah tidak mau menerima kenyataan dunia!
Sejak hari itu, saya berjanji tidak mau menerima lulusan universitas itu untuk bekerja di tempat saya. Wkwkwkwk…
Tahun 2000 itu (saya masih 22 tahun waktu DetEksi pertama terbit), kalau ditanya DetEksi untuk apa, ya saya jawab untuk masa depan.

Syukur alhamdulillah, pada 2006, yang kami harapkan jadi kenyataan. Survei Nielsen waktu itu untuk kali pertama (dalam sejarah!) menyatakan Jawa Pos sebagai koran dengan pembaca terbanyak. Sesuatu yang unik, karena untuk kali pertama koran dari luar Jakarta menjadi nomor satu.

Berarti Jawa Pos telah berhasil meregenerasi pembaca, di saat koran-koran lain terus menua bersama pembacanya.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/