29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Hidup Taksi Mongolia!

***

 

Dulu di sekolah, kita pernah diajarkan bahwa ”konsumen adalah raja”. Dan realitas hidup membuktikan bahwa konsumenlah yang menentukan masa depan usaha kita. Apa pun usahanya, di bidang apa saja.

Mau ada batasan regulasi, mau ada akal-akalan, mau ada kongkalikong, ujung-ujungnya nasib usaha kita ada di tangan konsumen.

Kita yang sebisa mungkin menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen. Kalau konsumen tidak tahu dia butuh itu, sukses kita akan ditentukan oleh kemampuan kita untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa mereka membutuhkan itu.

Di Mongolia, mungkin tidak ada regulasi jelas soal angkutan umum. Kalaupun ada, jelas-jelas tidak diterapkan atau tidak di-enforce. Atau mungkin pemerintahnya memang tidak mampu untuk menyediakan fasilitas transportasi yang ”normal” untuk masyarakatnya.

Sesuai hukum alam, seperti disampaikan di film Jurassic Park, ”Life will find a way.” Hidup akan menemukan jalan.

Semua mobil menjadi taksi. Solusi transportasi selesai (minimal untuk 2012 itu dan sekarang).

Masyarakat dan konsumen Mongolia senang. Turis asing pun mungkin senang. Minimal itu sempat menolong tim nasional basket U-18 Indonesia.

Di negara seperti Mongolia, konsumen tetap menjadi raja dalam bidang transportasi.

Tentu saja bumi terus berputar, waktu terus berlalu, zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan tuntutan konsumen terus berevolusi.

Yang cocok sekarang belum tentu cocok lima tahun lagi. Apalagi yang dianggap cocok sepuluh tahun lalu. Transportasi ala Mongolia belum tentu cocok lima tahun lagi.

Perjalanan transportasi umum di Indonesia pun jelas sedang berada di persimpangan jalan. Dulu angkutan kota cocok karena bisa berhenti di mana-mana. Sekarang mungkin tidak lagi cocok di kota besar. Sebab, perannya mungkin sudah banyak diambil alih motor (baca Happy Wednesday 37, Demi Para Sopir Angkot).

Dan jangan-jangan, lima tahun lagi taksi beraplikasi juga sudah ketinggalan zaman?

Di dunia media sama. Dulu ada koran, lalu ada radio, lalu ada televisi, lalu ada internet, dan entah nanti ada apa lagi (Telepati News?).

Yang dianggap lebih lama tidak boleh mengomel, tidak boleh mengeluh, tidak boleh merasa ini senjakala atau bukan. Harus selalu beradaptasi dengan situasi. Harus selalu mampu reinventing diri sendiri.

Kadang tidak smooth. Kadang salah langkah. Kadang regulasinya ketinggalan zaman. Kadang yang memegang regulasi tidak sadar bahwa regulasinya ketinggalan zaman.

Tapi, show must go on. Semua harus beradaptasi. Pada akhirnya, life will find a way.

Konsumen (masyarakat) yang akan menentukan. Dan konsumen yang akan menuntut kreativitas kita untuk bertahan dan berkembang. Konsumenlah yang akan menunjukkan kapan kita harus berubah dan kapan regulasi kita sudah ketinggalan zaman. (*)

***

 

Dulu di sekolah, kita pernah diajarkan bahwa ”konsumen adalah raja”. Dan realitas hidup membuktikan bahwa konsumenlah yang menentukan masa depan usaha kita. Apa pun usahanya, di bidang apa saja.

Mau ada batasan regulasi, mau ada akal-akalan, mau ada kongkalikong, ujung-ujungnya nasib usaha kita ada di tangan konsumen.

Kita yang sebisa mungkin menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen. Kalau konsumen tidak tahu dia butuh itu, sukses kita akan ditentukan oleh kemampuan kita untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa mereka membutuhkan itu.

Di Mongolia, mungkin tidak ada regulasi jelas soal angkutan umum. Kalaupun ada, jelas-jelas tidak diterapkan atau tidak di-enforce. Atau mungkin pemerintahnya memang tidak mampu untuk menyediakan fasilitas transportasi yang ”normal” untuk masyarakatnya.

Sesuai hukum alam, seperti disampaikan di film Jurassic Park, ”Life will find a way.” Hidup akan menemukan jalan.

Semua mobil menjadi taksi. Solusi transportasi selesai (minimal untuk 2012 itu dan sekarang).

Masyarakat dan konsumen Mongolia senang. Turis asing pun mungkin senang. Minimal itu sempat menolong tim nasional basket U-18 Indonesia.

Di negara seperti Mongolia, konsumen tetap menjadi raja dalam bidang transportasi.

Tentu saja bumi terus berputar, waktu terus berlalu, zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan tuntutan konsumen terus berevolusi.

Yang cocok sekarang belum tentu cocok lima tahun lagi. Apalagi yang dianggap cocok sepuluh tahun lalu. Transportasi ala Mongolia belum tentu cocok lima tahun lagi.

Perjalanan transportasi umum di Indonesia pun jelas sedang berada di persimpangan jalan. Dulu angkutan kota cocok karena bisa berhenti di mana-mana. Sekarang mungkin tidak lagi cocok di kota besar. Sebab, perannya mungkin sudah banyak diambil alih motor (baca Happy Wednesday 37, Demi Para Sopir Angkot).

Dan jangan-jangan, lima tahun lagi taksi beraplikasi juga sudah ketinggalan zaman?

Di dunia media sama. Dulu ada koran, lalu ada radio, lalu ada televisi, lalu ada internet, dan entah nanti ada apa lagi (Telepati News?).

Yang dianggap lebih lama tidak boleh mengomel, tidak boleh mengeluh, tidak boleh merasa ini senjakala atau bukan. Harus selalu beradaptasi dengan situasi. Harus selalu mampu reinventing diri sendiri.

Kadang tidak smooth. Kadang salah langkah. Kadang regulasinya ketinggalan zaman. Kadang yang memegang regulasi tidak sadar bahwa regulasinya ketinggalan zaman.

Tapi, show must go on. Semua harus beradaptasi. Pada akhirnya, life will find a way.

Konsumen (masyarakat) yang akan menentukan. Dan konsumen yang akan menuntut kreativitas kita untuk bertahan dan berkembang. Konsumenlah yang akan menunjukkan kapan kita harus berubah dan kapan regulasi kita sudah ketinggalan zaman. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/