25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Negara Disney

Sebelum masuk, sudah ada yang melambai menyambut dan menghibur di pintu masuk. Ketika mau pulang, ada yang mengucapkan sampai jumpa lagi di pintu keluar.

Bayangkan masuk ke negara-negara beneran lain. Mau masuk, yang menyambut tanpa senyum. Ketika sudah masuk, ketemu banyak masalah. Ketika ada masalah, malah direpotkan (atau dimintai macam-macam). Ketika mau keluar, juga kembali tidak ketemu senyuman.

Negara kita kayak begitu nggak ya?

Kadang saya mikir, kenapa tidak diswastakan saja ya pemerintahnya. Toh, hitungannya gampang. Kasih saja management fee.

Wong tiket masuk Disneyland di mana-mana itu setara, atau bahkan lebih murah, dari proses mengurus visa untuk sejumlah negara!

Dan pasti banyak perusahaan seperti Disney yang bisa menyediakan pelatihan dan jasa konsultasi.

Beberapa bulan lalu, saya menyaksikan laga basket NBA di stadion baru di Sacramento, Golden1 Center. Dulu, waktu masih di Arco Arena, saya sering banget nonton. Tapi di Golden1 Center, saya agak kaget. Sejak pemeriksaan masuk sudah disambut dengan lambaian dan gurauan.

Ketika masuk gedung, kembali disambut dengan lambaian dan gurauan, bahkan diajak toas oleh banyak petugas di dalamnya. Baik itu penyambut tamu, pihak keamanan, atau bahkan petugas kebersihan.

Salah satu teman baik saya sekarang punya jabatan tinggi di tim basket tersebut. Setelah ditanya-tanya, eh, ternyata perusahaannya menyewa tim dari Disney untuk melakukan pelatihan.

Disney lagi, Disney lagi….

Seandainya semua negara di-manage seperti Disney. Karena swasta, pemimpinnya bisa gonta-ganti menteri dan kepala dinas tanpa memikirkan konsekuensi politik. Karena swasta, semua pertimbangan berdasar kebutuhan bisnis, dan bisnisnya adalah memastikan semua customer-nya happy.

Kan harus jadi The Happiest Place on Earth! (*)

Sebelum masuk, sudah ada yang melambai menyambut dan menghibur di pintu masuk. Ketika mau pulang, ada yang mengucapkan sampai jumpa lagi di pintu keluar.

Bayangkan masuk ke negara-negara beneran lain. Mau masuk, yang menyambut tanpa senyum. Ketika sudah masuk, ketemu banyak masalah. Ketika ada masalah, malah direpotkan (atau dimintai macam-macam). Ketika mau keluar, juga kembali tidak ketemu senyuman.

Negara kita kayak begitu nggak ya?

Kadang saya mikir, kenapa tidak diswastakan saja ya pemerintahnya. Toh, hitungannya gampang. Kasih saja management fee.

Wong tiket masuk Disneyland di mana-mana itu setara, atau bahkan lebih murah, dari proses mengurus visa untuk sejumlah negara!

Dan pasti banyak perusahaan seperti Disney yang bisa menyediakan pelatihan dan jasa konsultasi.

Beberapa bulan lalu, saya menyaksikan laga basket NBA di stadion baru di Sacramento, Golden1 Center. Dulu, waktu masih di Arco Arena, saya sering banget nonton. Tapi di Golden1 Center, saya agak kaget. Sejak pemeriksaan masuk sudah disambut dengan lambaian dan gurauan.

Ketika masuk gedung, kembali disambut dengan lambaian dan gurauan, bahkan diajak toas oleh banyak petugas di dalamnya. Baik itu penyambut tamu, pihak keamanan, atau bahkan petugas kebersihan.

Salah satu teman baik saya sekarang punya jabatan tinggi di tim basket tersebut. Setelah ditanya-tanya, eh, ternyata perusahaannya menyewa tim dari Disney untuk melakukan pelatihan.

Disney lagi, Disney lagi….

Seandainya semua negara di-manage seperti Disney. Karena swasta, pemimpinnya bisa gonta-ganti menteri dan kepala dinas tanpa memikirkan konsekuensi politik. Karena swasta, semua pertimbangan berdasar kebutuhan bisnis, dan bisnisnya adalah memastikan semua customer-nya happy.

Kan harus jadi The Happiest Place on Earth! (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/