27.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Soliter, Solder, Solidaritas

Soliter adalah menyendiri atau sepasang-sepasang, tidak secara kelompok. Mungkin karena itulah ada permainan komputer yang bernama soliter yang membuat Anda sibuk sendiri.

Solder merupakan alat elektronika yang mengubah energi listrik menjadi energi panas. Selain itu, dia merupakan alat bantu dalam merakit atau membongkar rangkaian elektronika.
Sementara solidaritas bisa diartikan sebagai perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.

Pertanyaannya, apa hubungan dari tiga kata itu? Jawab saya: tidak ada! Ya, ketiga kata itu bukanlah perubahan bentuk dari satu kata dengan kata lain. Mereka pun saling tidak berkaitan. Namun, di catatan ini, saya melihat ketiganya bisa terjalin ketika ketiganya dikaitkan dalam aksi unjuk rasa jurnalis terhadap kekeran yang dilakukan oknum TNI AU di Riau.

Ceritanya, kemarin nyaris di seluruh sudut Indonesia para jurnalis menunjukkan sikapnya. Saya melihat aksi itu bisa terlaksana disebabkan oleh tiga faktor; soliter, solder, dan solidaritas tadi.
Pertama, jurnalis meski sering liputan bersama, pada prinsipnya dalam membuat berita atau laporan, dia sangat soliter bukan? Dia bekerja sendirian, misalnya mengetik berita dan memotret.

Ayolah, adakah sebuah berita dibuat bermai-ramai dengan satu komputer? Atau, adakah foto dijepret ramai-ramai dengan satu kamera? Adakah otak seseorang digunakan beramai-ramai? Nah, dengan adanya kejadian di Riau, kesoliteran itu seakan lenyap. Mereka tak menyendiri lagi dalam berpikir dan berbuat. Mereka menyatu dalam menyuarakan tuntutan; hukum perwira yang bermasalah itu!

Meski begitu, sebelum mencapai faktor solidaritas, seorang jurnalis pun akan mengalami fase menarik; ada sebuah stimulan yang mampu mengubah sikap seseorang. Stimulan ini saya sebut solder; alat yang mampu mengubah energi. Seperti arti solder; mengubah energi listrik menjadi energi panas. Misalnya, ada seorang wartawan yang jarang bergaul secara umum dengan wartawan lain. Dia terkukung dalam lingkup yang kecil juga; soliter.

Nah, dengan adanya kejadian di Riau, keterkukungannya itu berubah menjadi keterbukaan. Dia bergabung dengan beragam wartawan yang ada; tidak dikelompoknya saja. Solder mampu membongkar sekat label media. Dengan kata lain, kesoliterannya itu disolder oleh kasus di Riau tersebut.

Setelah soliter tersolder, maka yang timbul adalah solidaritas. Setelah bergabung, maka yang muncul adalah kebersamaan. Berbagai wartawan dari beragam latar belakang dan perusahaan pun menjadi solid. Maka tidak berlebihan, ada tujuh elemen wartawan yang di Kota Medan menunjukkan solidaritasnya pada jurnalis yang menjadi korban di Riau sana.

Jadi, ketika ada yang bertanya lagi, apa hubungan dari tiga kata itu? Jawab saya: ada! (*)

Soliter adalah menyendiri atau sepasang-sepasang, tidak secara kelompok. Mungkin karena itulah ada permainan komputer yang bernama soliter yang membuat Anda sibuk sendiri.

Solder merupakan alat elektronika yang mengubah energi listrik menjadi energi panas. Selain itu, dia merupakan alat bantu dalam merakit atau membongkar rangkaian elektronika.
Sementara solidaritas bisa diartikan sebagai perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.

Pertanyaannya, apa hubungan dari tiga kata itu? Jawab saya: tidak ada! Ya, ketiga kata itu bukanlah perubahan bentuk dari satu kata dengan kata lain. Mereka pun saling tidak berkaitan. Namun, di catatan ini, saya melihat ketiganya bisa terjalin ketika ketiganya dikaitkan dalam aksi unjuk rasa jurnalis terhadap kekeran yang dilakukan oknum TNI AU di Riau.

Ceritanya, kemarin nyaris di seluruh sudut Indonesia para jurnalis menunjukkan sikapnya. Saya melihat aksi itu bisa terlaksana disebabkan oleh tiga faktor; soliter, solder, dan solidaritas tadi.
Pertama, jurnalis meski sering liputan bersama, pada prinsipnya dalam membuat berita atau laporan, dia sangat soliter bukan? Dia bekerja sendirian, misalnya mengetik berita dan memotret.

Ayolah, adakah sebuah berita dibuat bermai-ramai dengan satu komputer? Atau, adakah foto dijepret ramai-ramai dengan satu kamera? Adakah otak seseorang digunakan beramai-ramai? Nah, dengan adanya kejadian di Riau, kesoliteran itu seakan lenyap. Mereka tak menyendiri lagi dalam berpikir dan berbuat. Mereka menyatu dalam menyuarakan tuntutan; hukum perwira yang bermasalah itu!

Meski begitu, sebelum mencapai faktor solidaritas, seorang jurnalis pun akan mengalami fase menarik; ada sebuah stimulan yang mampu mengubah sikap seseorang. Stimulan ini saya sebut solder; alat yang mampu mengubah energi. Seperti arti solder; mengubah energi listrik menjadi energi panas. Misalnya, ada seorang wartawan yang jarang bergaul secara umum dengan wartawan lain. Dia terkukung dalam lingkup yang kecil juga; soliter.

Nah, dengan adanya kejadian di Riau, keterkukungannya itu berubah menjadi keterbukaan. Dia bergabung dengan beragam wartawan yang ada; tidak dikelompoknya saja. Solder mampu membongkar sekat label media. Dengan kata lain, kesoliterannya itu disolder oleh kasus di Riau tersebut.

Setelah soliter tersolder, maka yang timbul adalah solidaritas. Setelah bergabung, maka yang muncul adalah kebersamaan. Berbagai wartawan dari beragam latar belakang dan perusahaan pun menjadi solid. Maka tidak berlebihan, ada tujuh elemen wartawan yang di Kota Medan menunjukkan solidaritasnya pada jurnalis yang menjadi korban di Riau sana.

Jadi, ketika ada yang bertanya lagi, apa hubungan dari tiga kata itu? Jawab saya: ada! (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/