32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Tortor Itu Batak, Pak Cik!

Ibarat Reog Ponorogo identik dengan Jawa Timur dan tari Pendet dengan Bali, tortor pastilah suku Batak. Batak itu asalnya di Sumut. Identifikasi ini mirip dengan dansa dari negara barat, tari perut dari Timur Tengah, barongsai dari negeri Cina, sajojo dari Indonesia Timur, dan sebagainya Jadi, kalau misalnya ada orang yang menyatakan barongsai itu miliknya negeri barat, dansa itu dari Bali, reog itu dari Cina, dunia pasti akan tertawa terbahak-bahak. Hahahahaha… Mengapa? Karena seluruh jejak histori pasti akan membantah pernyataan ’super ajaib’ itu.

Lantas, apa yang perlu dibahas lagi?

Nah, inilah yang menarik. Ternyata, ada orang yang tak terlalu peduli dengan rekam jejak budaya suatu etnis. Setelah beberapa waktu lalu menghebohkan tanah air dengan mengklaim Reog Ponorogo dan tari Pendet sebagai warisan budaya mereka, Malaysia kembali berulah. Kali ini, negeri serumpun itu berniat memasukkan dua kesenian asal Batak, Sumatera Utara, yakni Tortor dan Gordang Sambilan, sebagai warisan budaya mereka.
Tortor adalah nama tarian asal Batak, dengan pose khasnya yang terkenal yakni kedua telapak tangan ditangkupkan seperti posisi menyembah di depan dada, sementara posisi tubuh tetap tegak kaku. Tortor biasa dibawakan dengan iringan musik gondang, ditampilkan saat acara adat.

Adapun Gordang Sambilan adalah alat musik kendang berjumlah sembilan, tingginya sekitar 1,5 meter, dikenal sebagai musik khas orang Mandailing. Alat musik ini dipercaya mempunyai kekuatan gaib memanggil roh nenek moyang untuk memberi pertolongan melalui medium Sibaso.

Nah, setelah lama dikenal luas sebagai milik suku Batak, tiba-tiba pekan lalu Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Datuk Seri Rais Yatim, menyatakan akan mendaftarkan tortor dan gordang sambilan sebagai warisan budaya mereka. Loh, apa-apaan ini? Lagi melucu ya, Pak Cik?
Memang jika dirunut-runut, niat Malaysia mengklaim kedua kesenian Batak ini tidak sepenuhnya ’mencuri’. Adalah perantau asal Mandailing yang telah lama tinggal dan menjadi warga negara Malaysia, yang ingin mengakui tortor dan gordang sambilan sebagai identitas budaya mereka. Mirip halnya dengan Reog Ponorogo, yang juga dimainkan warga asal Jatim yang telah lama menjadi warga negara Malaysia.

Tentu, kita tidak bisa melarang warga perantau memainkan atraksi budaya asal mereka di negeri rantau. Itu hak mereka. Sama halnya dengan orang ’bule’ berdansa di Indonesia, etnis Tionghoa memainkan barongsai di negeri kita, itu sah-sah saja.

Yang tidak etis adalah jika Indonesia mengklaim barongsai sebagai warisan budaya Indonesia, hanya karena etnis Tionghoa yang tinggal di Indonesia sering menggelarnya. Jika itu terjadi, negeri Cina berhak protes: ’Lu kok ngaku-ngaku budaya gue? Nggak punya budaya sendiri ya?’

Ini yang harus dipahami Malaysia. Perantau is perantau. Dia boleh membawa kebudayaan asal ke negeri yang dipijaknya. Tetapi tak lantas negeri itu jadi punya alas hak untuk mengklaimnya sebagai warisan budaya. Jadi, jangan bikin lelucon dong, Pak Cik… Nggak lucu! (*)

Ibarat Reog Ponorogo identik dengan Jawa Timur dan tari Pendet dengan Bali, tortor pastilah suku Batak. Batak itu asalnya di Sumut. Identifikasi ini mirip dengan dansa dari negara barat, tari perut dari Timur Tengah, barongsai dari negeri Cina, sajojo dari Indonesia Timur, dan sebagainya Jadi, kalau misalnya ada orang yang menyatakan barongsai itu miliknya negeri barat, dansa itu dari Bali, reog itu dari Cina, dunia pasti akan tertawa terbahak-bahak. Hahahahaha… Mengapa? Karena seluruh jejak histori pasti akan membantah pernyataan ’super ajaib’ itu.

Lantas, apa yang perlu dibahas lagi?

Nah, inilah yang menarik. Ternyata, ada orang yang tak terlalu peduli dengan rekam jejak budaya suatu etnis. Setelah beberapa waktu lalu menghebohkan tanah air dengan mengklaim Reog Ponorogo dan tari Pendet sebagai warisan budaya mereka, Malaysia kembali berulah. Kali ini, negeri serumpun itu berniat memasukkan dua kesenian asal Batak, Sumatera Utara, yakni Tortor dan Gordang Sambilan, sebagai warisan budaya mereka.
Tortor adalah nama tarian asal Batak, dengan pose khasnya yang terkenal yakni kedua telapak tangan ditangkupkan seperti posisi menyembah di depan dada, sementara posisi tubuh tetap tegak kaku. Tortor biasa dibawakan dengan iringan musik gondang, ditampilkan saat acara adat.

Adapun Gordang Sambilan adalah alat musik kendang berjumlah sembilan, tingginya sekitar 1,5 meter, dikenal sebagai musik khas orang Mandailing. Alat musik ini dipercaya mempunyai kekuatan gaib memanggil roh nenek moyang untuk memberi pertolongan melalui medium Sibaso.

Nah, setelah lama dikenal luas sebagai milik suku Batak, tiba-tiba pekan lalu Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Datuk Seri Rais Yatim, menyatakan akan mendaftarkan tortor dan gordang sambilan sebagai warisan budaya mereka. Loh, apa-apaan ini? Lagi melucu ya, Pak Cik?
Memang jika dirunut-runut, niat Malaysia mengklaim kedua kesenian Batak ini tidak sepenuhnya ’mencuri’. Adalah perantau asal Mandailing yang telah lama tinggal dan menjadi warga negara Malaysia, yang ingin mengakui tortor dan gordang sambilan sebagai identitas budaya mereka. Mirip halnya dengan Reog Ponorogo, yang juga dimainkan warga asal Jatim yang telah lama menjadi warga negara Malaysia.

Tentu, kita tidak bisa melarang warga perantau memainkan atraksi budaya asal mereka di negeri rantau. Itu hak mereka. Sama halnya dengan orang ’bule’ berdansa di Indonesia, etnis Tionghoa memainkan barongsai di negeri kita, itu sah-sah saja.

Yang tidak etis adalah jika Indonesia mengklaim barongsai sebagai warisan budaya Indonesia, hanya karena etnis Tionghoa yang tinggal di Indonesia sering menggelarnya. Jika itu terjadi, negeri Cina berhak protes: ’Lu kok ngaku-ngaku budaya gue? Nggak punya budaya sendiri ya?’

Ini yang harus dipahami Malaysia. Perantau is perantau. Dia boleh membawa kebudayaan asal ke negeri yang dipijaknya. Tetapi tak lantas negeri itu jadi punya alas hak untuk mengklaimnya sebagai warisan budaya. Jadi, jangan bikin lelucon dong, Pak Cik… Nggak lucu! (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/