Kebetulan, kaki saya ukuran 45–46 (tergantung merek). Jadi untuk ukuran Indonesia/Asia masuk kategori kaki besar. Jangan heran kalau ketemu saya pakai sepatu warna pink atau kuning menyala! Tapi silakan lihat, sepatu saya juga mengadopsi prinsip tiga warna maksimal. Sepatu mencari perhatian bukan berarti berebut perhatian!
Ini salah satu ilmu yang saya dapat gara-gara sering mendatangkan pemain NBA ke Indonesia sebagai pengelola liga basket…
Kalau dipikir-pikir, saya sering juga ya menggunakan angka ”3” sebagai prinsip. Saya pernah menulis tentang ”Hukum 3 Detik” untuk memilih barang, juga bagaimana ”3 Persen Terakhir” bisa menentukan kita ini orang jago atau superjago. Sekarang giliran ”Maksimal 3 Warna”. Wkwkwkwk…
Prinsip kecil terakhir berlaku untuk kemeja atau polo shirt. Mau kemeja lengan pendek, lengan panjang, kemeja resmi, dan aneka ragam polo shirt. Kalau melihat sekeliling, prinsip terakhir ini sepertinya banyak diabaikan atau tidak disadari banyak orang.
Prinsip yang saya maksud: Memilih kemeja harus berdasar posisi kancing kedua dari atas. Posisinya harus benar-benar pas.
Saya mulai sadar ini sekitar 1998, gara-gara serial komedi Seinfeld. Karakter utamanya, Jerry Seinfeld, adalah seorang pengidap obsessive-compulsive. Sangat perfeksionis. Jelek sedikit, kotor sedikit, buang!
Nah, dia sangat mengutamakan kancing kedua pada sebuah kemeja. Kalau mau beli kemeja, saat mencobanya, yang paling utama adalah memperhatikan posisi kancing kedua itu. ”Kancing paling penting dan utama pada sebuah kemeja adalah kancing kedua. Itu kancing hidup-mati kemeja tersebut,” tegasnya.
Kalau posisi kancing kedua terlalu tinggi, itu bisa tidak nyaman di leher. Atau, karena dia berebut posisi dengan kancing paling atas, maka dia bisa membuat kemeja terkesan terlalu ”kaku”. Mengutip Seinfeld: ”Seperti kamu tinggal sama ibu kamu sampai kamu tua.”
Kalau posisi kancing kedua terlalu rendah, kerahnya jadi ”jatuh” ke bahu. Area di leher dan dada atas jadi terlalu terbuka.
Percayalah, next time beli kemeja atau polo shirt, perhatikan posisi kancing kedua. Dan merek atau harga mahal bukan jaminan. Saya pernah dikado kemeja merek supermahal, tapi jarang saya pakai karena posisi kancing keduanya terlalu rendah. Hanya dipakai kalau dipadu pakai dasi. Dan saya jarang sekali pakai dasi!
Saya tidak tahu, apakah tulisan edisi ini berguna. Setelah beberapa edisi serius, saya merasa sekarang waktunya menulis tema lebih santai.
Berguna atau tidak, minimal saya yakin pembaca akan lebih peka terhadap kemeja-kemeja atau orang-orang yang memakai kemeja di sekitarnya. Kancing keduanya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Wkwkwkwk… (*)