Misalnya:
Anakin Skywalker lahir dari ibu tanpa ayah. Hmmm, itu meniru cerita apa ya?
Dia dilahirkan sebagai penyeimbang kehidupan. Kalau dunia jahat terlalu kuat, dialah tokoh yang baik. Ketika dunia baik terlalu kuat, dia berbalik menjadi yang jahat.
Awalnya dia baik, lalu jadi jahat karena situasi, lalu mengorbankan diri dan mati untuk membela kebaikan.
Tidak seperti sinetron ya? Tidak ada yang hitam dan putih.
Star Wars pada dasarnya adalah peperangan antara sisi baik melawan Dark Side (sisi kegelapan). Sisi baik jagoan-jagoannya dinamai ҒJediҒ. Sedangkan sisi gelap tokoh-tokoh utamanya dinamai ҒSithҒ.
Hmmm Pandawa versus Kurawa?
Lalu, ada kisah cintanya (Anakin dan Amidala, Leia dan Han Solo). Ada Punakawan-Punakawannya (robot-robot seperti C3PO, R2 D2, Jar Jar Bink, dll).
Dan nantinya, ketika anak-anak saya lebih besar, dia bisa belajar bisnis dari Star Wars. Bagaimana sebuah dongeng, kalau dikemas sesuai dengan zaman, bisa dikembangkan menjadi bisnis yang dahsyat.
Bahwa dongeng pun harus rajin disampaikan baik lewat cerita bersambung, cerita pendukung, maupun diceritakan ulang. Supaya dongeng itu tidak terlupakan dan bisa terus menghasilkan.
Dan Star Wars nantinya juga bisa mengajarkan bahwa pemilik aslinya tidak boleh kolot, tidak boleh kaku, tidak boleh merasa memiliki untuk selamanya.
George Lucas tampaknya sadar tidak bisa lagi mengembangkan Star Wars menjadi lebih besar. Dengan menyerahkannya ke Disney, dan ke tangan sutradara-sutradara/pencerita yang lebih muda, Star Wars bisa lebih berkembang dan lebih abadi.
Toh, dia sudah dapat uang yang tak terhingga. Dan siapa pun yang mengerjakan kelanjutan Star Wars, orang tetap mengingat George Lucas, kini 71 tahun, sebagai penciptanya… (*)