30 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Lebih Gampang Minta Maaf daripada Minta Izin

Mas-Mas dan Bapak-Bapak, tolong tulisan ini digunakan sebagai hiburan saja. Kalau memilih untuk menerapkan, risiko harus Anda tanggung sendirian. Mbak-Mbak dan Ibu-Ibu, yang sabar bacanya ya…

***

Mencari alasan, mungkin, adalah salah satu tantangan hidup yang paling konstan. Sejak kecil kita sudah terus ditantang untuk mencari-cari alasan.

Air tumpah di lantai? ’’Gelasnya jatuh sendiri!’’

Tidak mengerjakan PR?

’’Bukunya dibuang Mama.’’

Semakin bertambah usia, seharusnya semakin pintar pula kita mencari-cari alasan. Dan semakin bertambah usia, seharusnya semakin pintar pula kita menilai alasan-alasan yang diberikan orang.

Sahabat kuliah saya pernah berkelakar: ’’Orang tua kita seharusnya pintar, tapi tetap saja berkali-kali berhasil kita kelabui. Jadi, kita ini seharusnya lebih pintar ketika kelak punya anak seusia kita sekarang. Tapi belum tentu juga sih, anak-anak kita kelak pasti akan jauh lebih pintar lagi dalam mengelabui kita…’’

Banyak orang yang sampai tua pun selalu cari-cari alasan. Padahal, ketika kita makin matang dan dewasa, kadang kita makin kehabisan energi untuk cari-cari alasan.

Menurut saya, mereka yang kemampuannya tidak berkembang, akan selalu cari-cari alasan. Mereka yang mampu berevolusi lebih jauh akan melakukan sesuatu yang berbeda.

Nah, apa evolusinya? Kalau ingin melakukan sesuatu yang kira-kira tidak disetujui orang atau keluarga, lalu kita harus bagaimana?

Mungkin, satu cara adalah tabrak saja. Seperti kata slogan Nike, just do it! Wkwkwkwkwk…

Pernah suatu waktu, seorang sahabat menelepon pagi-pagi. ’’Azrul, aku barusan book empat slot untuk bersepeda (bersama orang-orang top, Red) di Colorado. Harus ambil keputusan hari ini, kalau tidak slotnya habis,’’ katanya.

Ingat, ucapan itu bukan mengajak. Melainkan sudah fait accompli. Sudah dibayar, harus berangkat.

Buat saya, mungkin agak lebih mudah untuk bicara ke istri tentang keberangkatan ini. Tapi, saya tahu persis sahabat saya itu tergolong yang sulit dapat izin keluar.

Saya tanya ke dia: ’’Kamu sudah minta izin istri?’’

Jawaban dia, adalah jawaban paling genius dan spektakuler. Jawaban seseorang yang memang sangat pintar, lulusan salah satu universitas terbaik di Amerika.

’’Lebih gampang minta maaf daripada minta izin,’’ begitu ucapnya.

Jawaban yang superkeren, bukan? Wkwkwkwkwkwk…

Dia tidak cari-cari alasan. Walau kejujuran bisa membuat orang sebal, wkwkwkwk…

Mas-Mas dan Bapak-Bapak, tolong tulisan ini digunakan sebagai hiburan saja. Kalau memilih untuk menerapkan, risiko harus Anda tanggung sendirian. Mbak-Mbak dan Ibu-Ibu, yang sabar bacanya ya…

***

Mencari alasan, mungkin, adalah salah satu tantangan hidup yang paling konstan. Sejak kecil kita sudah terus ditantang untuk mencari-cari alasan.

Air tumpah di lantai? ’’Gelasnya jatuh sendiri!’’

Tidak mengerjakan PR?

’’Bukunya dibuang Mama.’’

Semakin bertambah usia, seharusnya semakin pintar pula kita mencari-cari alasan. Dan semakin bertambah usia, seharusnya semakin pintar pula kita menilai alasan-alasan yang diberikan orang.

Sahabat kuliah saya pernah berkelakar: ’’Orang tua kita seharusnya pintar, tapi tetap saja berkali-kali berhasil kita kelabui. Jadi, kita ini seharusnya lebih pintar ketika kelak punya anak seusia kita sekarang. Tapi belum tentu juga sih, anak-anak kita kelak pasti akan jauh lebih pintar lagi dalam mengelabui kita…’’

Banyak orang yang sampai tua pun selalu cari-cari alasan. Padahal, ketika kita makin matang dan dewasa, kadang kita makin kehabisan energi untuk cari-cari alasan.

Menurut saya, mereka yang kemampuannya tidak berkembang, akan selalu cari-cari alasan. Mereka yang mampu berevolusi lebih jauh akan melakukan sesuatu yang berbeda.

Nah, apa evolusinya? Kalau ingin melakukan sesuatu yang kira-kira tidak disetujui orang atau keluarga, lalu kita harus bagaimana?

Mungkin, satu cara adalah tabrak saja. Seperti kata slogan Nike, just do it! Wkwkwkwkwk…

Pernah suatu waktu, seorang sahabat menelepon pagi-pagi. ’’Azrul, aku barusan book empat slot untuk bersepeda (bersama orang-orang top, Red) di Colorado. Harus ambil keputusan hari ini, kalau tidak slotnya habis,’’ katanya.

Ingat, ucapan itu bukan mengajak. Melainkan sudah fait accompli. Sudah dibayar, harus berangkat.

Buat saya, mungkin agak lebih mudah untuk bicara ke istri tentang keberangkatan ini. Tapi, saya tahu persis sahabat saya itu tergolong yang sulit dapat izin keluar.

Saya tanya ke dia: ’’Kamu sudah minta izin istri?’’

Jawaban dia, adalah jawaban paling genius dan spektakuler. Jawaban seseorang yang memang sangat pintar, lulusan salah satu universitas terbaik di Amerika.

’’Lebih gampang minta maaf daripada minta izin,’’ begitu ucapnya.

Jawaban yang superkeren, bukan? Wkwkwkwkwkwk…

Dia tidak cari-cari alasan. Walau kejujuran bisa membuat orang sebal, wkwkwkwk…

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/