SUMUTPOS.CO – Ini gara-gara Trump resmi memulai perang dagang. Niat saya meneruskan tulisan tentang kondom kalah aktual.
Maka, wahai para penggemar kondom tertipis, marahlah pada Trump. Pagi ini terpaksa saya menulis tentang perang dagang itu. Terutama mengapanya.
Sesuai jadwal, perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok resmi dimulai. Jumat kemarin. Waktu Indonesia. Kamis waktu Amerika.
Presiden AS Donald Trump menandatangani aturan pengenaan tarif bea masuk baja. Tidak tanggung-tanggung: langsung 30 persen. Eh, ternyata gak jadi 30 persen. Tapi 25 persen. Dan alumunium. Sebesar 15 persen.
Hebatnya, Tiongkok langsung melawan. Hari itu juga. Bahkan jam itu juga. Mengenakan bea masuk hasil pertanian dari Amerika. Juga baja. Dan alumunium bekas. Total 120 barang Amerika yang dikenakan bea masuk 15 persen. Bahkan untuk daging babi dari Amerika dikenakan tarif 25 persen.
Perang dagang telah resmi dimulai. Siapa yang akan menang masih harus ditunggu. Tapi Tiongkok sudah sangat siap. “Kami bukan Iraq atau Iran yang mudah diancam,” begitu statemen dari pihak Tiongkok.
Memang ada bumbu perang yang sangat sensitif saat ini: Taiwan. Trump juga menandatangani aturan perlunya pejabat-pejabat Amerika ke Taiwan. Untuk bertemu pejabat selevel di Taipei. Dan pejabat AS harus menerima kunjungan pejabat Taiwan selevel.
Bagi Tiongkok itu ibarat filsafat orang Jawa dalam mempertahankan tanah hak milik: “sedumuk bathuk, senyari bumi”.
Tiongkok menganggap Taiwan bagian dari hak miliknya. Doktrin Trump itu dianggap pengingkaran terhadap kesepakatan “one China principle”.
Tensi di Tiongkok kini tinggi sekali. Tidak hanya siap perang dagang tapi juga perang sungguhan.
Ketika kesepakatan “one China principle” terjadi di tahun 1992 (termasuk Indonesia di dalamnya) Tiongkok masih amat miskin. Lebih miskin dari Indonesia saat itu.