25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ingin Lucu seperti Mike Tyson

Oleh: Azrul Ananda

Ingin tertawa sambil hanyut dalam perasaan? Saya sarankan nonton Mike Tyson. Bukan, bukan rekaman pas dia bertarung di atas ring. Melainkan saat dia berdiri di atas panggung. Sebagai seorang stand-up comedian!

***

Pembaca serius Happy Wednesday mungkin sudah tahu kalau saya sangat suka stand-up comedy. Dan saya tegaskan lagi soal ini: Saya sangat, sangat suka stand-up comedy. Tentu saja saya tidak sendirian. Banyak orang suka hiburan yang sama. Makin banyak pula tayangan atau pertunjukan stand-up comedy bisa ditemui, baik di layar televisi maupun di berbagai panggung acara.

Semakin banyak yang ditampilkan, tentu semakin memberi banyak variasi penampilnya. Ada yang menggunakan permainan kata-kata sebagai andalan. Ada yang bercerita ke sana kemari, walau mungkin semuanya fiksi. Ada juga yang berdasar pengalaman hidup, entah benar atau tidak.

Semakin banyak yang ditampilkan, semakin pintar pula pemirsa/penontonnya dalam memilah-milah. Dan pada akhirnya, mereka yang benar-benar hebat akan bertahan di permukaan, sedangkan yang lain tenggelam entah ke mana.

Karena suka stand-up sejak masih kuliah (bahkan masih SMA), selera saya terus terang cukup variatif. Tapi, yang paling saya suka adalah yang tema-temanya serius, berbau filsafat, lantas diolah menjadi sesuatu yang membuat kita tertawa sekaligus berpikir.

George Carlin sudah pernah saya tulis sebagai favorit saya nomor satu. Dia banyak bicara soal agama, politik, dan permainan bahasa.

Sudah lama ditulisnya, Happy Wednesday edisi 11. Tapi, Anda bisa membacanya lagi. Sebab, edisi 11 itu dimuat lagi di buku baru saya yang di-launching di Surabaya 26 Juli ini: Happy Wednesday Top 40 Wkwkwkwk…

Favorit yang lain adalah Eddie Izzard. Pria Inggris itu sering berdandan feminin serta tema lawakannya banyak tentang sejarah dan konsekuensinya. Misalnya mengapa Disney membangun kastil palsu di Disneyland Paris, mengingat di Eropa bertebaran banyak kastil asli yang jauh lebih menakjubkan. Atau mengapa bahasa Inggris bisa berbeda versi Amerika dan Inggris-nya. Juga membanding-bandingkan dosa Hitler dengan Pol Pot. Tidak ketinggalan, meledek para bangsawan Inggris.

Saya mencoba menonton sebanyak mungkin variasi stand-up. Pada akhirnya, kembali ke yang itu-itu saja.

Lalu, setelah sekian tahun, satu demi satu favorit baru muncul. Dan dalam beberapa tahun ini, saya punya pengakuan, saya menjadi fans berat Mike Tyson.

Saya bukanlah penggemar berat tinju. Saya kadang suka menonton, tapi bukan penggemar berat. Di rumah dulu, almarhum kakek saya dari sisi ibu –yang pensiunan tentara– adalah penggemar tinju nomor satu.

Tapi, tidak harus jadi penggemar tinju untuk kenal Mike Tyson, yang pernah jadi juara dunia kelas berat termuda dalam sejarah. Cerita hidupnya terlalu ”seru” untuk tidak menjadi perhatian. Mulai terjerat dugaan pemerkosaan, menggigit telinga lawan, masuk penjara, jadi superkaya, jatuh bangkrut, dan lain sebagainya.

Oleh: Azrul Ananda

Ingin tertawa sambil hanyut dalam perasaan? Saya sarankan nonton Mike Tyson. Bukan, bukan rekaman pas dia bertarung di atas ring. Melainkan saat dia berdiri di atas panggung. Sebagai seorang stand-up comedian!

***

Pembaca serius Happy Wednesday mungkin sudah tahu kalau saya sangat suka stand-up comedy. Dan saya tegaskan lagi soal ini: Saya sangat, sangat suka stand-up comedy. Tentu saja saya tidak sendirian. Banyak orang suka hiburan yang sama. Makin banyak pula tayangan atau pertunjukan stand-up comedy bisa ditemui, baik di layar televisi maupun di berbagai panggung acara.

Semakin banyak yang ditampilkan, tentu semakin memberi banyak variasi penampilnya. Ada yang menggunakan permainan kata-kata sebagai andalan. Ada yang bercerita ke sana kemari, walau mungkin semuanya fiksi. Ada juga yang berdasar pengalaman hidup, entah benar atau tidak.

Semakin banyak yang ditampilkan, semakin pintar pula pemirsa/penontonnya dalam memilah-milah. Dan pada akhirnya, mereka yang benar-benar hebat akan bertahan di permukaan, sedangkan yang lain tenggelam entah ke mana.

Karena suka stand-up sejak masih kuliah (bahkan masih SMA), selera saya terus terang cukup variatif. Tapi, yang paling saya suka adalah yang tema-temanya serius, berbau filsafat, lantas diolah menjadi sesuatu yang membuat kita tertawa sekaligus berpikir.

George Carlin sudah pernah saya tulis sebagai favorit saya nomor satu. Dia banyak bicara soal agama, politik, dan permainan bahasa.

Sudah lama ditulisnya, Happy Wednesday edisi 11. Tapi, Anda bisa membacanya lagi. Sebab, edisi 11 itu dimuat lagi di buku baru saya yang di-launching di Surabaya 26 Juli ini: Happy Wednesday Top 40 Wkwkwkwk…

Favorit yang lain adalah Eddie Izzard. Pria Inggris itu sering berdandan feminin serta tema lawakannya banyak tentang sejarah dan konsekuensinya. Misalnya mengapa Disney membangun kastil palsu di Disneyland Paris, mengingat di Eropa bertebaran banyak kastil asli yang jauh lebih menakjubkan. Atau mengapa bahasa Inggris bisa berbeda versi Amerika dan Inggris-nya. Juga membanding-bandingkan dosa Hitler dengan Pol Pot. Tidak ketinggalan, meledek para bangsawan Inggris.

Saya mencoba menonton sebanyak mungkin variasi stand-up. Pada akhirnya, kembali ke yang itu-itu saja.

Lalu, setelah sekian tahun, satu demi satu favorit baru muncul. Dan dalam beberapa tahun ini, saya punya pengakuan, saya menjadi fans berat Mike Tyson.

Saya bukanlah penggemar berat tinju. Saya kadang suka menonton, tapi bukan penggemar berat. Di rumah dulu, almarhum kakek saya dari sisi ibu –yang pensiunan tentara– adalah penggemar tinju nomor satu.

Tapi, tidak harus jadi penggemar tinju untuk kenal Mike Tyson, yang pernah jadi juara dunia kelas berat termuda dalam sejarah. Cerita hidupnya terlalu ”seru” untuk tidak menjadi perhatian. Mulai terjerat dugaan pemerkosaan, menggigit telinga lawan, masuk penjara, jadi superkaya, jatuh bangkrut, dan lain sebagainya.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/