26.7 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Perasaan Tidak Terkalahkan

Uang itu aneh. Orang yang tidak punya uang berupaya keras untuk mendapatkannya. Sedangkan orang yang memilikinya selalu penuh dengan masalah.

Azrul Ananda
Azrul Ananda

Kutipan di atas itu muncul dari idola saya, mendiang bintang Formula 1 (F1) Ayrton Senna. Itu kutipan yang mungkin sederhana, tapi bisa lebih dipahami kalau kita sadar dari mana seorang Senna berasal.

Senna lahir dari keluarga kaya di Brasil, yang mampu membiayai karirnya sehingga bisa masuk F1. Ketika di F1, dia menjadi kaya sendiri tanpa orang tuanya, menjadi salah satu bintang terbesar di dunia.

Jadi, Senna mungkin berada dalam posisi unik. Di satu sisi, dia mungkin tidak harus berupaya keras untuk mendapatkan uang. Di sisi lain, dia harus bekerja keras untuk meraih juara dan menjadi bintang besar, yang kemudian mendatangkan banyak uang.

Entah berapa persentasenya, anak orang punya uang yang ”berhasil” dan anak orang punya uang yang ”tidak berhasil”.

Mengapa saya taruh dalam tanda kutip, karena definisi ”berhasil”-nya macam-macam. Ada yang dianggap ”berhasil” karena mampu mendapatkan uang lebih banyak daripada orang tuanya. Ada yang dianggap ”berhasil” karena mampu berkarya/berprestasi mengalahkan orang tuanya, walau mungkin tidak menghasilkan uang sebanyak orang tuanya.

Apa pun definisinya, yang penting ”berhasil”.

Nah, yang ”tidak berhasil”?
Banyak orang bilang, apel jatuh tidak jauh dari pohonnya. Banyak juga yang bilang, like father like son.

Well, itu mungkin termasuk generalisasi. Mungkin apel tertiup angin jatuh di tempat yang jauh. Mungkin gen ayahnya loncat bukan ke anak, melainkan ke cucu (atau jangan-jangan ke tetangga?).

Entahlah.

Selama ini, kita banyak dicekoki cerita-cerita orang sukses. Cerita-cerita anak orang sukses yang juga sukses. Walau mungkin ceritanya tidak detail, karena mungkin banyak juga hal-hal yang tidak bisa diceritakan.

Jarang ada cerita orang tidak sukses. Kadang kita kenal banyak orang yang tidak sukses, tapi tidak tega mau menuliskan ceritanya untuk disebarluaskan, menjadi pelajaran bagi banyak orang.

Seandainya kita tega, dan cerita-cerita gagal itu banyak dituliskan, toko-toko buku mungkin akan berubah. Dinding yang berisi buku-buku orang ”gagal” akan jauh lebih lebar daripada yang ”sukses”.

Apalagi, ada banyak sekali anak muda yang butuh cerita-cerita itu. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi supaya bisa terus ”menginjak bumi”.

Yang paling butuh? Mungkin anak-anak yang orang tuanya sudah ”berduit”. Ya, itu termasuk saya. Ya, itu termasuk anak-anak saya.

Ini yang saya sadari dari anak-anak orang berduit, termasuk saya: Kami ini punya peluang lebih banyak untuk melakukan apa saja. Kami ini punya kesempatan lebih mudah untuk membeli apa saja. Dan kami lebih rentan mengalami perasaan ”invincibility” alias perasaan ”tidak bisa terkalahkan”.

Lha bagaimana tidak? Mau salah beli, uang hilang bukan masalah. Mau salah berbuat, ada uang untuk mengatasi masalahnya, atau ada orang yang bisa membantu menyelesaikan masalahnya.

***
Saya juga pernah berbuat hal-hal bodoh waktu remaja atau usia awal 20-an dulu. Beberapa saya ingat, beberapa sudah berhasil saya lupakan.

Misalnya dulu naik mobil mewah orang tua, lalu salah pindah gir dan menghasilkan lubang indah di pagar rumah. Waktu itu saya hanya bisa nyengir ketika dipelototi orang tua.

Misalnya dulu naik mobil mewah yang lain, lalu salah pilih gir mundur saat macet dan mengakibatkan beberapa motor di belakang terjatuh. Waktu itu saya tetap tenang, berjalan ke luar, dan mengganti semua kerusakan di tempat.

Pernah juga saya ”terbang” karena melaju terlalu kencang.

Syukur alhamdulillah, tidak mengalami kecelakaan.

Uang itu aneh. Orang yang tidak punya uang berupaya keras untuk mendapatkannya. Sedangkan orang yang memilikinya selalu penuh dengan masalah.

Azrul Ananda
Azrul Ananda

Kutipan di atas itu muncul dari idola saya, mendiang bintang Formula 1 (F1) Ayrton Senna. Itu kutipan yang mungkin sederhana, tapi bisa lebih dipahami kalau kita sadar dari mana seorang Senna berasal.

Senna lahir dari keluarga kaya di Brasil, yang mampu membiayai karirnya sehingga bisa masuk F1. Ketika di F1, dia menjadi kaya sendiri tanpa orang tuanya, menjadi salah satu bintang terbesar di dunia.

Jadi, Senna mungkin berada dalam posisi unik. Di satu sisi, dia mungkin tidak harus berupaya keras untuk mendapatkan uang. Di sisi lain, dia harus bekerja keras untuk meraih juara dan menjadi bintang besar, yang kemudian mendatangkan banyak uang.

Entah berapa persentasenya, anak orang punya uang yang ”berhasil” dan anak orang punya uang yang ”tidak berhasil”.

Mengapa saya taruh dalam tanda kutip, karena definisi ”berhasil”-nya macam-macam. Ada yang dianggap ”berhasil” karena mampu mendapatkan uang lebih banyak daripada orang tuanya. Ada yang dianggap ”berhasil” karena mampu berkarya/berprestasi mengalahkan orang tuanya, walau mungkin tidak menghasilkan uang sebanyak orang tuanya.

Apa pun definisinya, yang penting ”berhasil”.

Nah, yang ”tidak berhasil”?
Banyak orang bilang, apel jatuh tidak jauh dari pohonnya. Banyak juga yang bilang, like father like son.

Well, itu mungkin termasuk generalisasi. Mungkin apel tertiup angin jatuh di tempat yang jauh. Mungkin gen ayahnya loncat bukan ke anak, melainkan ke cucu (atau jangan-jangan ke tetangga?).

Entahlah.

Selama ini, kita banyak dicekoki cerita-cerita orang sukses. Cerita-cerita anak orang sukses yang juga sukses. Walau mungkin ceritanya tidak detail, karena mungkin banyak juga hal-hal yang tidak bisa diceritakan.

Jarang ada cerita orang tidak sukses. Kadang kita kenal banyak orang yang tidak sukses, tapi tidak tega mau menuliskan ceritanya untuk disebarluaskan, menjadi pelajaran bagi banyak orang.

Seandainya kita tega, dan cerita-cerita gagal itu banyak dituliskan, toko-toko buku mungkin akan berubah. Dinding yang berisi buku-buku orang ”gagal” akan jauh lebih lebar daripada yang ”sukses”.

Apalagi, ada banyak sekali anak muda yang butuh cerita-cerita itu. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi supaya bisa terus ”menginjak bumi”.

Yang paling butuh? Mungkin anak-anak yang orang tuanya sudah ”berduit”. Ya, itu termasuk saya. Ya, itu termasuk anak-anak saya.

Ini yang saya sadari dari anak-anak orang berduit, termasuk saya: Kami ini punya peluang lebih banyak untuk melakukan apa saja. Kami ini punya kesempatan lebih mudah untuk membeli apa saja. Dan kami lebih rentan mengalami perasaan ”invincibility” alias perasaan ”tidak bisa terkalahkan”.

Lha bagaimana tidak? Mau salah beli, uang hilang bukan masalah. Mau salah berbuat, ada uang untuk mengatasi masalahnya, atau ada orang yang bisa membantu menyelesaikan masalahnya.

***
Saya juga pernah berbuat hal-hal bodoh waktu remaja atau usia awal 20-an dulu. Beberapa saya ingat, beberapa sudah berhasil saya lupakan.

Misalnya dulu naik mobil mewah orang tua, lalu salah pindah gir dan menghasilkan lubang indah di pagar rumah. Waktu itu saya hanya bisa nyengir ketika dipelototi orang tua.

Misalnya dulu naik mobil mewah yang lain, lalu salah pilih gir mundur saat macet dan mengakibatkan beberapa motor di belakang terjatuh. Waktu itu saya tetap tenang, berjalan ke luar, dan mengganti semua kerusakan di tempat.

Pernah juga saya ”terbang” karena melaju terlalu kencang.

Syukur alhamdulillah, tidak mengalami kecelakaan.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/