29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jangan Berubah

Ada sebuah ketakutan dari banyak orang ketika seseorang mendapat posisi atau dalam keadaan tertentu. Yakni, takut seseorang yang baru mendapat posisi itu berubah. Artinya, dia tidak seperti dulu lagi seperti belum mendapat posisi itu.

Persis dengan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu). Beberapa calon cenderung terlihat begitu baik, namun siap tahu sikap mereka ketika terpilih nanti. Bisa saja mereka lupa, bisa saja mereka tak peduli, dan bisa saja mereka berubah drastis. Ketakutan semacam itulah yang harusnya diperhatikan Gubsu terpilih nanti. Idealnya, Cagubsu tidak berubah saat kampanye dan saat menjabat jika terpilih nanti bukan?

Soal perubahan memang tidak bisa dihalang. Setidaknya, orang percaya bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan. Ya, tidak ada yang tak berubah. Batu besar bisa menjadi kecil terkikis air, pohon kokoh bisa lapuk dimakan rayap, dan sebagainya. Pun manusia, dia sangat mungkin berubah ketika terjadi perubahan pada dirinya bukan?

Soal perubahan ini, saya cukup salut dengan Dahlan Iskan. Kemarin, ketika Natal, dia membawa parcel dan mengunjungi Effendi Simbolon. Dahlan memang melakukan itu secara kontinyu setiap natal dalam beberapa tahun ke belakang.
“Itu sudah menjadi tradisi Pak Dahlan berkunjung ke rumah Pak Effendi Simbolon setiap kali natal semenjak Pak Dahlan menjadi Dirut PLN,” ujar juru bicara Kementerian BUMN, Faisal Halimi.

Hal ini semakin menarik karena beberapa waktu ke belakang publik melihat dua tokoh di atas berseberangan. Adalah masalah inefisiansi PLN penyebabnya. Effendi yang Wakil Ketua Komisi VII DPR itu terlihat begitu getol ‘menghabisi’ Dahlan. Begitu pun Dahlan tampak begitu cuek menyikapinya. Artinya, publik melihat dua tokoh itu memang berseberangan.

Namun, dengan kehadiran Dahlan di kediaman Effendi di Jalan Empang III Kalibata, Jakarta Selatan, bukankah itu melawan pandangan publik. Apalagi, dari keterangan juru bicara BUMN tadi, Dahlan tampak tak berubah. Ya, sejak menjadi Dirut PLN, Dahlan emamng selalu hadir di rumah Effendi saat Natal. Idealnya, Effendi tidak berubah juga bukan? Idealnya, dua tokoh itu bercengkrama dalam suasana Natal. Dan, Effendi bisa langsung menikmati parcel yang dibawa Dahlan, yakni berisi kue dari tepung sorgum; tepung hasil panen PTPN XII Banyuwangi.

Sayangnya, Effendi tak ada. Mungkin, salah Dahlan karena tak memberitahukan  kehadirannya itu pada Effendi. Mungkin juga Effendi sengaja menghindar? Entahlah, yang jelas, Effendi memang sedang tak berada di Jakarta. Dia di Sumut. Dia Natalan di provinsi yang ingin dia pimpin mulai 2013 mendatang itu. Ya, Effendi memang jadi Cagubsu. Tapi, sejak 2009, bukankah Dahlan tak pernah absen saat Natal di rumah Effendi?

Itulah yang saya maksud di awal catatan tadi. Kadang, posisi tertentu bisa membuat orang berubah bukan? Dan, itu sudah dianggap wajar. Lucunya, ketika tak ada yang berubah pada seseorang meski telah menempati posisi atau keadaan tertentu, hm, malah dianggap aneh. Fiuh. (*)

Ada sebuah ketakutan dari banyak orang ketika seseorang mendapat posisi atau dalam keadaan tertentu. Yakni, takut seseorang yang baru mendapat posisi itu berubah. Artinya, dia tidak seperti dulu lagi seperti belum mendapat posisi itu.

Persis dengan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu). Beberapa calon cenderung terlihat begitu baik, namun siap tahu sikap mereka ketika terpilih nanti. Bisa saja mereka lupa, bisa saja mereka tak peduli, dan bisa saja mereka berubah drastis. Ketakutan semacam itulah yang harusnya diperhatikan Gubsu terpilih nanti. Idealnya, Cagubsu tidak berubah saat kampanye dan saat menjabat jika terpilih nanti bukan?

Soal perubahan memang tidak bisa dihalang. Setidaknya, orang percaya bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan. Ya, tidak ada yang tak berubah. Batu besar bisa menjadi kecil terkikis air, pohon kokoh bisa lapuk dimakan rayap, dan sebagainya. Pun manusia, dia sangat mungkin berubah ketika terjadi perubahan pada dirinya bukan?

Soal perubahan ini, saya cukup salut dengan Dahlan Iskan. Kemarin, ketika Natal, dia membawa parcel dan mengunjungi Effendi Simbolon. Dahlan memang melakukan itu secara kontinyu setiap natal dalam beberapa tahun ke belakang.
“Itu sudah menjadi tradisi Pak Dahlan berkunjung ke rumah Pak Effendi Simbolon setiap kali natal semenjak Pak Dahlan menjadi Dirut PLN,” ujar juru bicara Kementerian BUMN, Faisal Halimi.

Hal ini semakin menarik karena beberapa waktu ke belakang publik melihat dua tokoh di atas berseberangan. Adalah masalah inefisiansi PLN penyebabnya. Effendi yang Wakil Ketua Komisi VII DPR itu terlihat begitu getol ‘menghabisi’ Dahlan. Begitu pun Dahlan tampak begitu cuek menyikapinya. Artinya, publik melihat dua tokoh itu memang berseberangan.

Namun, dengan kehadiran Dahlan di kediaman Effendi di Jalan Empang III Kalibata, Jakarta Selatan, bukankah itu melawan pandangan publik. Apalagi, dari keterangan juru bicara BUMN tadi, Dahlan tampak tak berubah. Ya, sejak menjadi Dirut PLN, Dahlan emamng selalu hadir di rumah Effendi saat Natal. Idealnya, Effendi tidak berubah juga bukan? Idealnya, dua tokoh itu bercengkrama dalam suasana Natal. Dan, Effendi bisa langsung menikmati parcel yang dibawa Dahlan, yakni berisi kue dari tepung sorgum; tepung hasil panen PTPN XII Banyuwangi.

Sayangnya, Effendi tak ada. Mungkin, salah Dahlan karena tak memberitahukan  kehadirannya itu pada Effendi. Mungkin juga Effendi sengaja menghindar? Entahlah, yang jelas, Effendi memang sedang tak berada di Jakarta. Dia di Sumut. Dia Natalan di provinsi yang ingin dia pimpin mulai 2013 mendatang itu. Ya, Effendi memang jadi Cagubsu. Tapi, sejak 2009, bukankah Dahlan tak pernah absen saat Natal di rumah Effendi?

Itulah yang saya maksud di awal catatan tadi. Kadang, posisi tertentu bisa membuat orang berubah bukan? Dan, itu sudah dianggap wajar. Lucunya, ketika tak ada yang berubah pada seseorang meski telah menempati posisi atau keadaan tertentu, hm, malah dianggap aneh. Fiuh. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/