27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Lady Gaga, Sensasi sang Mother Monster

Oleh: Dame Ambarita
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Serangan kecaman, hujatan, dan demonstrasi yang muncul terkait rencana konser Lady Gaga, sang Mother Monster, di Jakarta, berakhir antiklimaks. Konser sang lady batal. Ironisnya, pembatalan bukan datang dari pemerintah – yang awalnya ngotot menolak memberi izin, namun belakangan tarik ulur – melainkan langsung dari si Mother Monster sendiri.

Diva pop Amerika Serikat peraih 5 Grammy Awards ini memutuskan melewatkan Jakarta dalam tur di Asia bertajuk ‘Born This Way Ball’. Gaga mengatakan, lebih baik batal daripada menyensor pertunjukan dengan mengubah penampilan, sesuai tuntutan pemerintah Indonesia. Kata dia, penampilan telah menjadi ciri tak terpisahkan dari pertunjukannya. Karena itu, tidak bisa ditarik ulur sesuai keinginan pihak yang tak suka. Penolakan Gaga ini seolah menggambarkan ungkapan tentang dirinya: “Dialah Lady Gaga, yang tidak akan pernah bertindak sesuai yang Anda mau.”

Selain soal sensor, Lady mundur terkait ancaman kekerasan dari sejumlah kelompok yang menyebutnya sebagai pemuja setan dan pengumbar nafsu.
Menyimak seluruh keriuhan ini, kita lantas jadi bertanya, siapa sih Lady Gaga?

Lewat penelusuran berbagai sumber di internet, kita bisa menemukan bahwa Gaga memang sosok yang kontroversi. Penyanyi bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini lahir di New York 28 Maret 1986. Nama ‘Gaga’ diambil dari lagu Queen berjudul Radio Ga Ga, yang entah bagaimana autocorrect menjadi Lady Gaga.

Sejak awal kepopulerannya, Gaga kerap menyita perhatian sebagai artis aneh, nyentrik, unik, dan kontroversi. Pilihan fashionnya superunik. Muncul di publik dengan tubuh hanya dibalut irisan daging mentah, memakai baju supertransparan atau hanya ditutupi selotip di bagian sensitif, plus model-model sepatunya yang aujubillah, dia pun sukses menjadi ikon fashion.

Tapi bukan fashionnya yang membuat Gaga kerap mengundang kritikan. Melainkan soal lirik lagunya yang dianggap memuja setan, mendukung seks bebas, menghujat agama, dll. Ia kerap menggunakan hal-hal yang berbau agama secara tidak hormat, untuk memenuhi hasyrat bermusiknya. Salah satunya adalah album yang berjudul Judas, yang menuai prokontra karena dianggap melecehkan agama Kristen.

Gaga juga disebut-sebut sebagai penganut Iluminati, sebuah aliran yang dikenal sangat antiterhadap semua agama yang ada di bumi. Konser-konsernya disebut sebagai wadah memberikan sesembahan untuk setan yang dipujanya. Beragam koreografinya saat manggung disebut-sebut sebagai caranya berpartisipasi dalam kenyakinan, untuk menanamkan simbol-simbol tertentu kepada Little Monster; fans fanatiknya.

Gosip percintaannya tidak kalah heboh. Ia pernah disebut laki-laki oleh beberapa orang yang dekat dengannya. Ia pun pernah mengakui bahwa dirinya laki-laki, dan beberapa kali menampilkan diri dalam sosok laki-laki.

Gaga cuek terhadap suara miring yang mengecamnya. Maklum, selain kecaman, ia juga menuai pujian. Kalangan fashion menyebutnya sosok yang sukses memberi nafas kehidupan dalam dunia fashion. Seniman menyebutnya orang yang sukses menciptakan trend baru. Kaum homoseks (gay) menyebutnya pahlawan, karena kerap menempatkan diri sebagai ikon gay, yaitu duta yang mendukung hak asasi kaum gay.

Ia juga sering mendapatkan penghargaan. Salah satunya adalah sebagai 100 orang paling berpengaruh di dunia. Ia juga aktif dalam kegiatan amal dan selalu menyisihkan pendapatannya untuk kegiatan sosial.

Catatan ini takkan memperdebatkan apakah pembatalan konser Lady Gaga ini menjadi pertanda, bahwa bangsa ini semakin intoleran dalam menyikapi perbedaan atau apakah Lady Gaga benar pemuja setan atau tidak.

Namun, berangkat dari kasus Lady Gaga ini, baik juga jika bangsa ini belajar untuk menyikapi perbedaan cara pandang dengan cara yang elegan dan toleran, tanpa dibarengi ancaman kekerasan.  (*)

Oleh: Dame Ambarita
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Serangan kecaman, hujatan, dan demonstrasi yang muncul terkait rencana konser Lady Gaga, sang Mother Monster, di Jakarta, berakhir antiklimaks. Konser sang lady batal. Ironisnya, pembatalan bukan datang dari pemerintah – yang awalnya ngotot menolak memberi izin, namun belakangan tarik ulur – melainkan langsung dari si Mother Monster sendiri.

Diva pop Amerika Serikat peraih 5 Grammy Awards ini memutuskan melewatkan Jakarta dalam tur di Asia bertajuk ‘Born This Way Ball’. Gaga mengatakan, lebih baik batal daripada menyensor pertunjukan dengan mengubah penampilan, sesuai tuntutan pemerintah Indonesia. Kata dia, penampilan telah menjadi ciri tak terpisahkan dari pertunjukannya. Karena itu, tidak bisa ditarik ulur sesuai keinginan pihak yang tak suka. Penolakan Gaga ini seolah menggambarkan ungkapan tentang dirinya: “Dialah Lady Gaga, yang tidak akan pernah bertindak sesuai yang Anda mau.”

Selain soal sensor, Lady mundur terkait ancaman kekerasan dari sejumlah kelompok yang menyebutnya sebagai pemuja setan dan pengumbar nafsu.
Menyimak seluruh keriuhan ini, kita lantas jadi bertanya, siapa sih Lady Gaga?

Lewat penelusuran berbagai sumber di internet, kita bisa menemukan bahwa Gaga memang sosok yang kontroversi. Penyanyi bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini lahir di New York 28 Maret 1986. Nama ‘Gaga’ diambil dari lagu Queen berjudul Radio Ga Ga, yang entah bagaimana autocorrect menjadi Lady Gaga.

Sejak awal kepopulerannya, Gaga kerap menyita perhatian sebagai artis aneh, nyentrik, unik, dan kontroversi. Pilihan fashionnya superunik. Muncul di publik dengan tubuh hanya dibalut irisan daging mentah, memakai baju supertransparan atau hanya ditutupi selotip di bagian sensitif, plus model-model sepatunya yang aujubillah, dia pun sukses menjadi ikon fashion.

Tapi bukan fashionnya yang membuat Gaga kerap mengundang kritikan. Melainkan soal lirik lagunya yang dianggap memuja setan, mendukung seks bebas, menghujat agama, dll. Ia kerap menggunakan hal-hal yang berbau agama secara tidak hormat, untuk memenuhi hasyrat bermusiknya. Salah satunya adalah album yang berjudul Judas, yang menuai prokontra karena dianggap melecehkan agama Kristen.

Gaga juga disebut-sebut sebagai penganut Iluminati, sebuah aliran yang dikenal sangat antiterhadap semua agama yang ada di bumi. Konser-konsernya disebut sebagai wadah memberikan sesembahan untuk setan yang dipujanya. Beragam koreografinya saat manggung disebut-sebut sebagai caranya berpartisipasi dalam kenyakinan, untuk menanamkan simbol-simbol tertentu kepada Little Monster; fans fanatiknya.

Gosip percintaannya tidak kalah heboh. Ia pernah disebut laki-laki oleh beberapa orang yang dekat dengannya. Ia pun pernah mengakui bahwa dirinya laki-laki, dan beberapa kali menampilkan diri dalam sosok laki-laki.

Gaga cuek terhadap suara miring yang mengecamnya. Maklum, selain kecaman, ia juga menuai pujian. Kalangan fashion menyebutnya sosok yang sukses memberi nafas kehidupan dalam dunia fashion. Seniman menyebutnya orang yang sukses menciptakan trend baru. Kaum homoseks (gay) menyebutnya pahlawan, karena kerap menempatkan diri sebagai ikon gay, yaitu duta yang mendukung hak asasi kaum gay.

Ia juga sering mendapatkan penghargaan. Salah satunya adalah sebagai 100 orang paling berpengaruh di dunia. Ia juga aktif dalam kegiatan amal dan selalu menyisihkan pendapatannya untuk kegiatan sosial.

Catatan ini takkan memperdebatkan apakah pembatalan konser Lady Gaga ini menjadi pertanda, bahwa bangsa ini semakin intoleran dalam menyikapi perbedaan atau apakah Lady Gaga benar pemuja setan atau tidak.

Namun, berangkat dari kasus Lady Gaga ini, baik juga jika bangsa ini belajar untuk menyikapi perbedaan cara pandang dengan cara yang elegan dan toleran, tanpa dibarengi ancaman kekerasan.  (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/