30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Acak-Acak Rambut Trump

Azrul AnandaAgak aneh juga membicarakan, atau malah mendukung, kandidat presiden baru Amerika. Karena saya tidak punya hak memilih. Tapi seru juga sih membahasnya…
***

Membicarakan pemilihan presiden Amerika, rasanya seperti menonton Piala Dunia sepak bola. Sama-sama seru dibahas, dan tiba-tiba ada banyak komentator atau pakar nongol di Indonesia. Padahal, apa pun yang kita bicarakan, sepedas apa pun ucapan para komentator itu, pada akhirnya tidak ada efeknya secara langsung.

Hehehe… Lha wong saya gak bisa ikut memilih. Dan pembaca tulisan ini yang bukan warga negara Amerika juga tidak bisa memilih.

Kira-kira sama dengan warga non-KTP Jakarta yang sekarang heboh mendukung atau menolak Ahok maju jadi gubernur lagi di daerah khusus ibu kota. Mau teriak-teriak, mau protes, mau mendukung via status di handphone atau media sosial, selama tidak punya KTP Jakarta, tetap tidak ada gunanya. Karena tidak bisa ikut memilih.

Paragraf di atas itu untuk mengomentari beberapa orang yang saya kenal, yang pro dan yang kontra pada Ahok, yang pada akhirnya tidak ada artinya karena tidak punya KTP Jakarta. Wkwkwkwk…
Dan dalam seumur hidup, sejak kali pertama saya menulis untuk penerbitan (dulu waktu SD tulisan saya pernah masuk beberapa majalah anak-anak kondang), ini adalah kolom pertama yang menyinggung soal pemilihan presiden Amerika.

Seperti biasa, saya akan menuliskan disclaimer sebelum menulis lebih lanjut. Bahwa saya bukan pakar politik Amerika, dan saya berusaha untuk tidak menjadi komentator yang sok tahu. Walau mungkin saya punya pengalaman atau pengetahuan yang lebih dari kebanyakan, saya menegaskan bahwa saya bukan yang paling tahu –apalagi paling pintar– soal ini.

Ini kolom Happy Wednesday, jadi saya akan melanjutkan menulis sesuka saya sesuai apa yang keluar di kepala saya. Kalau bisa memberi wawasan, amin. Kalau bisa menghibur, lebih amin lagi.

OK? Let’s go!
Hillary Clinton vs Donald Trump ini benar-benar seru jadi pembicaraan. Dan terus terang, saya merasa Donald Trump yang bikin seru. Jadinya tidak seperti pemilihan presiden. Jadinya seperti drama televisi. Dan itu drama televisi yang khas Amerika, dibumbui momen-momen komedi.

Feeling saya sejak awal sih Clinton akan menang mudah. Amerika bukan negara yang punya masalah serius saat ini. Ada beberapa masalah yang memang disoroti, tapi bukan masalah yang mengancam negara itu bakal ambruk. Biasanya, kalau negaranya relatif baik secara ekonomi, dan relatif stabil, tidak ada alasan bagi masyarakatnya untuk menuntut benar-benar berubah haluan.

Barack Obama dari Partai Demokrat, jadi penerusnya ya Hillary Clinton. Dua sejarah berturut-turut untuk Amerika, dari presiden kulit hitam pertama, menjadi presiden perempuan pertama.

Walau pada akhirnya tidak bisa ikut memilih, saya pribadi punya sedikit ’’soft spot’’ alias kecenderungan untuk menyukai Clinton. Saya SMA dan kuliah di Amerika pada era 1990-an, saat suaminya, Bill Clinton, jadi presiden.

Azrul AnandaAgak aneh juga membicarakan, atau malah mendukung, kandidat presiden baru Amerika. Karena saya tidak punya hak memilih. Tapi seru juga sih membahasnya…
***

Membicarakan pemilihan presiden Amerika, rasanya seperti menonton Piala Dunia sepak bola. Sama-sama seru dibahas, dan tiba-tiba ada banyak komentator atau pakar nongol di Indonesia. Padahal, apa pun yang kita bicarakan, sepedas apa pun ucapan para komentator itu, pada akhirnya tidak ada efeknya secara langsung.

Hehehe… Lha wong saya gak bisa ikut memilih. Dan pembaca tulisan ini yang bukan warga negara Amerika juga tidak bisa memilih.

Kira-kira sama dengan warga non-KTP Jakarta yang sekarang heboh mendukung atau menolak Ahok maju jadi gubernur lagi di daerah khusus ibu kota. Mau teriak-teriak, mau protes, mau mendukung via status di handphone atau media sosial, selama tidak punya KTP Jakarta, tetap tidak ada gunanya. Karena tidak bisa ikut memilih.

Paragraf di atas itu untuk mengomentari beberapa orang yang saya kenal, yang pro dan yang kontra pada Ahok, yang pada akhirnya tidak ada artinya karena tidak punya KTP Jakarta. Wkwkwkwk…
Dan dalam seumur hidup, sejak kali pertama saya menulis untuk penerbitan (dulu waktu SD tulisan saya pernah masuk beberapa majalah anak-anak kondang), ini adalah kolom pertama yang menyinggung soal pemilihan presiden Amerika.

Seperti biasa, saya akan menuliskan disclaimer sebelum menulis lebih lanjut. Bahwa saya bukan pakar politik Amerika, dan saya berusaha untuk tidak menjadi komentator yang sok tahu. Walau mungkin saya punya pengalaman atau pengetahuan yang lebih dari kebanyakan, saya menegaskan bahwa saya bukan yang paling tahu –apalagi paling pintar– soal ini.

Ini kolom Happy Wednesday, jadi saya akan melanjutkan menulis sesuka saya sesuai apa yang keluar di kepala saya. Kalau bisa memberi wawasan, amin. Kalau bisa menghibur, lebih amin lagi.

OK? Let’s go!
Hillary Clinton vs Donald Trump ini benar-benar seru jadi pembicaraan. Dan terus terang, saya merasa Donald Trump yang bikin seru. Jadinya tidak seperti pemilihan presiden. Jadinya seperti drama televisi. Dan itu drama televisi yang khas Amerika, dibumbui momen-momen komedi.

Feeling saya sejak awal sih Clinton akan menang mudah. Amerika bukan negara yang punya masalah serius saat ini. Ada beberapa masalah yang memang disoroti, tapi bukan masalah yang mengancam negara itu bakal ambruk. Biasanya, kalau negaranya relatif baik secara ekonomi, dan relatif stabil, tidak ada alasan bagi masyarakatnya untuk menuntut benar-benar berubah haluan.

Barack Obama dari Partai Demokrat, jadi penerusnya ya Hillary Clinton. Dua sejarah berturut-turut untuk Amerika, dari presiden kulit hitam pertama, menjadi presiden perempuan pertama.

Walau pada akhirnya tidak bisa ikut memilih, saya pribadi punya sedikit ’’soft spot’’ alias kecenderungan untuk menyukai Clinton. Saya SMA dan kuliah di Amerika pada era 1990-an, saat suaminya, Bill Clinton, jadi presiden.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/