SUMUTPOS.CO – Para penyintas Covid-19 atau orang yang sembuh sudah dari Covid-19, diperbolehkan divaksin sebulan setelah dinyatakan sembuh. Durasi itu lebih pendek daripada sebelumnya. Selain itu, dalam aturan baru, jangka waktu tersebut disesuaikan dengan derajat keparahan. Pada beleid sebelumnya, derajat keparahan tersebut tidak menjadi pertimbangan.
ATURAN baru itu tertuang dalam Surat Edaran Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.01/I/2524/2021 tentang Vaksinasi Covid-19 bagi Penyintas. Aturan tersebut menggantikan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/4638/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.
“Diatur ketentuan penyintas Covid-19 dengan derajat keparahan penyakit ringan hingga sedang, vaksinasi diberikan dengan jarak waktu minimal satu bulan setelah dinyatakan sembuh,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, kemarin.
Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, vaksinasi Covid-19 terus mengalami perkembangan dalam aspek ilmiah dan medis. “Data terkait efikasi dan keamanan vaksin juga terus digali dan disempurnakan para ahli. Salah satunya mengenai pemberian vaksin bagi sasaran penyintas Covid-19,” katanya.
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional melalui surat nomor 98/ITAGI/Adm/IX/2021 tanggal 20 September 2021 telah mengeluarkan kajian dan rekomendasi terbaru mengenai pemberian vaksin Covid-19 bagi penyintas. Maxi menyatakan, jenis vaksin yang diberikan kepada penyintas disesuaikan dengan logistik vaksin yang tersedia.
Sementara itu, kelompok penyintas masih berisiko mengalami gejala long Covid. Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Erlina Burhan menjelaskan, para penyintas yang sudah sembuh dan tes PCR-nya negatif masih berpotensi mengalami berbagai gejala sisa.
“Biasanya berupa batuk ataupun sesak,” ujar Erlina kemarin (30/9). Gejala itu umumnya dialami pasien yang mengalami kondisi Covid-19 dengan gejala berat sampai kritis. Meskipun sebagian besar gejala long Covid itu ringan, ada sekitar 5 persen dari kelompok penyintas yang berpotensi mengalami gejala progresif hingga berat. “Sampai membutuhkan perawatan ulang,” imbuh Erlina.
Erlina menuturkan, banyak pasien yang datang kepadanya dengan mengalami gejala yang membuat mereka tidak nyaman. Misalnya, gampang lelah. Mereka yang biasanya fit mampu berlari 1–2 kilometer kemudian merasa sesak hanya dengan berlari beberapa ratus meter. “Biasanya juga masih ada batuk, sakit kepala, nyeri badan, dan nyeri otot. Ini gejala-gejala sisa atau sequela dari sitokin, apalagi kalau pernah mengalami badai sitokin,” katanya.
Erlina menjelaskan, durasi long Covid terhadap para penyintas berbeda-beda. Biasanya hanya 4–12 minggu. Namun, ada juga yang di atas 12 minggu, bahkan sampai 6 bulan mengalami gejala sisa.
“Tapi, sebagian besar ini sifatnya reversible. Artinya, bisa kembali seperti sebelumnya sampai gejalanya hilang sama sekali,” katanya.
Pada kesempatan lain, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kemarin mengumumkan kedatangan vaksin AstraZeneca. Sebanyak 796.800 dosis vaksin itu merupakan donasi pemerintah Italia melalui Covax Facility. Pada Sabtu (2/10), Indonesia juga akan kembali menerima 600 ribu vaksin AstraZeneca dari pemerintah Prancis melalui jalur bilateral.
Retno memastikan, diplomasi vaksin akan bekerja untuk mengamankan kebutuhan vaksin bagi keperluan rakyat Indonesia. Dengan upaya kuat selama ini, Indonesia telah menyuntikkan lebih dari 140 juta dosis vaksin, salah satu yang terbesar di Asia setelah Tiongkok, India, dan Jepang.
Duta Besar Italia untuk Indonesia Benedetto Latteri mengatakan, dengan donasi tersebut, Italia menunjukkan persahabatan dan dukungan kepada pemerintah Indonesia dalam memerangi Covid-19. “Italia telah melipatgandakan sumbangan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah melalui Covax Facility. Dari 15 juta menjadi 45 juta dosis pada akhir 2021 senilai lebih dari 385 juta euro,” ujarnya.
Kasus Aktif di Sumut Tinggal 1.664
Sementara, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) mengawali Bulan Oktober 2021 dengan kasus Covid-19 yang terus melandai. Kasus Covid-19 aktif saat ini tersisa 1.664 orang dan keterisian tempat tidur Covid (BOR) tinggal 8 persen.
Dilihat dari Update Data Covid-19 Sumut dari sumber Pusat Data dan Informasi Kemenkes, dilaporkan pada Jumat (1/10), kasus aktif menurun 129 orang dari sebelumnya 1.793 orang pada Kamis (30/9). Angka kesembuhan yang didapatkan sebanyak 214 orang. Dengan penambahan tersebut, kini jumlah sementara kasus sembuh meningkat menjadi 100.290 orang dari 100.076 orang.
Untuk kasus baru positif, Sumut bertambah 86 kasus. Dengan demikian, akumulasi kasus positif menjadi 104.792 orang dari sebelumnya 104.706 orang. Sedangkan angka kematian akibat terinfeksi Covid-19 hanya bertambah 1 orang, sehingga jumlahnya menjadi 2.838 orang dari sebelumnya 2.837 orang. Karena itu, angka kasus aktif atau orang yang terpapar Covid-19 di Sumut saat ini tersisa 1.664 orang.
Sementara secara nasional, kasus positif Covid-19 bertambah 1.624 kasus. Pasien sembuh dari virus Corona bertambah 2.811 orang, sedangkan pasien Covid-19 yang meninggal dunia bertambah 87. Sedangkan total kasus positif Corona yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga hari ini berjumlah 4.216.728. Sementara itu, kasus aktif Covid-19 di Indonesia hingga kemarin berkurang 1.274.
Kasus aktif Corona di Indonesia hingga keamrin, berjumlah 34.867. Artinya, masih ada 34.867 pasien yang masih positif Corona. Sedangkan total pasien Corona di RI yang telah sembuh berjumlah 4.039.835. Dan total kasus kematian pasien Corona berjumlah 142.026.
Kasus Covid-19 baru yang ditemukan hari ini paling banyak berada di DKI Jakarta dengan 151 kasus. Disusul kemudian Jawa Timur dengan 124 kasus dan Jawa Barat dengan 115 kasus. Sementara itu, provinsi yang paling banyak melaporkan kasus kematian Corona adalah Jawa Tengah dengan 15 kasus. Kemudian Jawa Timur dengan 11 kasus, dan Aceh 10 kasus.
Medan Kembali Zona Oranye
Sementara berdasarkan peta zonasi Covid-19 di daerah, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) masih bertahan zero zona merah (risiko tinggi). Dari 33 kabupaten/kota di Sumut, hanya 1 daerah yang zona oranye (risiko sedang) yaitu Kota Medan yang sebelumnya tercatat berada di zona kuning (risiko rendah). Sedangkan 32 daerah lainnya di Sumut masuk zona kuning.
Zonasi Covid-19 daerah Sumut tersebut, berdasarkan data hasil pembobotan skor dan zonasi risiko daerah seluruh Indonesia yang disampaikan pada website https://covid19.go.id/peta-risiko per 26 September 2021. Dari hasil zonasi itu juga, meski zero zona merah tetapi daerah Sumut belum ada juga masuk dalam zona hijau (tidak ada kasus).
Peta zonasi risiko daerah tersebut, dihitung berdasarkan indikator-indikator kesehatan masyarakat dengan menggunakan skoring dan pembobotan. Indikator yang digunakan adalah epidemiologi, yaitu penurunan jumlah kasus positif, suspek dan sebagainya.
Kemudian, indikator surveilans kesehatan masyarakat, seperti jumlah pemeriksaan sampel diagnosis meningkat selama 2 minggu terakhir. Selanjutnya, indikator pelayanan kesehatan, yakni jumlah tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan mampu menampung sampai dengan lebih dari 20 persen jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat.
Medan Johor Maksimalkan Vaksinasi
Terpisah, Camat Medan Johor, Zulfakhri Ahmadi mengatakan, pihaknya terus memaksimalkan vaksinasi Covid-19 untuk mencapai target herd immunity. Salah satu strategi yang dilakukan untuk mencapai target tersebut dengan jemput bola. “Target per hari 300 dosis per kelurahan. Vaksinasi jemput bola ini sudah kita lakukan selama tiga hari. Awalnya, di Kelurahan Gedung Johor, kemudian saat ini berlangsung di Kwala Bekala. Sejauh ini sudah sekitar 900 warga bertambah yang telah mendapatkan vaksinasi,” kata Zulfakhri.
Dia mengaku, jumlah warga terpapar Covid-19 terus menurun. Setiap harinya, bahkan, per minggu hanya terdapat 1 kasus saja yang terpapar corona. Karena itulah, untuk terus menekan angka ini dan membentuk kekebalan warga terhadap Covid-19, vaksin jemput bola terus digencarkan.
“Beberapa hari lalu saya usulkan vaksinasi jemput bola ke Wali Kota Medan, karena warga Medan Johor masih banyak yang belum vaksin. Usulan ini langsung ditanggapi dan kini kita melakukan jemput bola dengan membentuk tim vaksinator. Kita diberikan 5 ribu dosis stok vaksin,” ujar Zulfakhri
Dia menuturkan, sejauh ini warga Medan Johor baru 40 persen mendapatkan vaksin dosis satu. Maka dari itu, harus ditingkatkan lagi persentase vaksinasi khususnya terhadap warga Medan Johor. “Kita himbau walaupun kita sudah turun level, kita harus tetap menjaga prokes dengan patuhi PPKM dan 5M. Harapannya, dengan begitu perlahan kita terlepas dari Covid-19,” tandasnya. (ris/jpc)