26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Amos Hutabarat Bunuh Abang Kandung di Sibolga

Foto: New Tapanuli/JPNN Jenazah saat di rumah sakit Metta Medika, hendak dibawa ke rumah duka, Sabtu (1/11).
Foto: New Tapanuli/JPNN
Jenazah Herison Hutabarat saat di rumah sakit Metta Medika, hendak dibawa ke rumah duka, Sabtu (1/11).

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Herison Hutabarat (43) tewas bersimbah darah ditikam adik kandungnya, Amos Hutabarat (30), di depan kedainya di Jalan Enggang Rawang I, Kel. Aek Muara Pinang, Sibolga Selatan, Sabtu (1/11) sekira pukul 20.30 WIB.

Mekson Nainggolan (49), saksi mata mengatakan, kejadian bermula ketika korban yang sedang menjaga kedai tuaknya mendengar suara cekcok dari rumah orangtuanya yang berjarak sekitar 10 meter.

Anak pertama dari 6 bersaudara ini kemudian mendatangi keributan tersebut. Dan berselang beberapa menit, ayah tiga anak itu kembali ke kedainya. Namun tak diketahui apa penyebab percekcokan di rumah orangtuanya.

“Dia (korban) mendengar adik-adiknya ribut di rumah orangtuanya. Mungkin karena dia anak tertua, dia pun datang menghampiri. Tak tahu apa yang terjadi di sana, karena tidak beberapa lama kemudian korban kembali ke kedainya,” ungkap Mekson.

Korban kemudian bergegas mengambil sepedamotornya hendak pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba saja, Amos, adiknya terlihat berlari menghampiri korban yang sudah berada di atas sepedamotor. Keduanya terlibat cekcok hingga terjadi pergulatan antara keduanya.

“Nggak tahu kita dia (korban) mau ke mana saat itu. Mungkin saja mau pergi melapor ke kawan semarganya tentang percekcokan itu. Tiba-tiba saja dengan berlari terburu-buru Amos yang kesehariannya bekerja sebagai pelaut itu mengejarnya dan menghampirinya di atas kereta (sepeda motor). Sempat juga Amos terjatuh saat berlari. Lalu mereka bergulat di atas tanah,” bebernya.

Masih kata Mekson, seorang warga sekitar bermarga Lase sempat berusaha melerai keduanya saat melihat Amos mengeluarkan sebilah pisau dari pinggangnya. Warga yang menyaksikan melihat korban sudah bersimbah darah. Tak diketahui kapan Amos menghujamkan pisaunya ke dada abangnya.

“Mungkin pas bergulat itu, dia (korban) ditusuk. Karena tiba-tiba sudah keluar darah banyak sekali dari dadanya,” kata Mekson.

Korban sempat berdiri dan berjalan menghampiri warga sambil mengatakan kalau dirinya sudah kena tikam. “Mungkin dia mau minta tolong,” papar Mekson.

Beberapa anak muda sekitar yang melihat korban bersimbah darah kemudian membawanya ke rumah sakit. Sebelum sampai di rumah sakit, korban menghembuskan nafas terakhirnya. “Langsung dibawa naik becak ke rumah sakit Metta Medika. Ternyata sampai di rumah sakit, dokter bilang sudah meninggal,” ucapnya.

Sementara pelaku  saat itu tidak langsung melarikan diri. Ia masih terlihat ribut dengan saudaranya yang lain di dalam rumah orangtuanya. Setelah mendengar ada warga yang mencoba menelepon pihak kepolisian, pelaku pun kabur.

“Ada sekitar 10 menit setelah penikaman dia (pelaku) masih ribut di rumah itu sambil megang-megang parang dan memukul-mukulkannya ke meja. Dia lari saat mendengar ada warga yang menelepon polisi,” pungkasnya.

Amatan New Tapanuli (grup SUMUTPOS.CO) di RS Metta Medika Sibolga, kerumunan warga memadati pelataran parkir rumah sakit ingin melihat langsung jenazah korban. Sedangkan pihak kepolisian langsung membawa jenazah untuk diotopsi sebelum kemudian dibawa pulang ke rumahnya.

Sementara Kapolres Sibolga, AKBP Guntur Agung Supono bersama personelnya langsung bergerak mencari pelaku.

SUDAH SERING CEKCOK
Warga sekitar juga mengakui kalau sebelumnya keluarga korban sudah sering cekcok. Korban membuka kedai tuak persis di depan rumah orangtuanya. Untuk menghindari pertikaian, korban kemudian mengalah dan pindah ke sebuah rumah, yang berjarak sekitar 10 meter dari rumah orangtuanya.

“Kita pun nggak tahu apa yang mereka ributkan. Tapi yang pasti sudah sering kali mereka sekeluarga ribut. Jadi bukan kali ini saja pernah cekcok. Sebelumnya korban berlapo tuak di depan rumah orangtuanya itu. Karena mengalah, biar nggak ribut lagi, dia pun pindah ke sini,” kata seorang pria yang tak ingin menyebutkan namanya.

Sebelum kejadian, istri korban sempat melarang untuk tidak menghampiri saudaranya yang cekcok di rumah orangtuanya. Namun, korban nekat karena merasa sebagai anak tertua.

“Sebelum kejadian itu, istrinya sudah melarangnya untuk pergi menghampiri adik-adiknya yang cekcok itu. Tapi mungkin karena merasa sebagai anak tertua, dia pun nekat mendatangi rumah itu,” tandasnya. (ts/smg)

 

Foto: New Tapanuli/JPNN Jenazah saat di rumah sakit Metta Medika, hendak dibawa ke rumah duka, Sabtu (1/11).
Foto: New Tapanuli/JPNN
Jenazah Herison Hutabarat saat di rumah sakit Metta Medika, hendak dibawa ke rumah duka, Sabtu (1/11).

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Herison Hutabarat (43) tewas bersimbah darah ditikam adik kandungnya, Amos Hutabarat (30), di depan kedainya di Jalan Enggang Rawang I, Kel. Aek Muara Pinang, Sibolga Selatan, Sabtu (1/11) sekira pukul 20.30 WIB.

Mekson Nainggolan (49), saksi mata mengatakan, kejadian bermula ketika korban yang sedang menjaga kedai tuaknya mendengar suara cekcok dari rumah orangtuanya yang berjarak sekitar 10 meter.

Anak pertama dari 6 bersaudara ini kemudian mendatangi keributan tersebut. Dan berselang beberapa menit, ayah tiga anak itu kembali ke kedainya. Namun tak diketahui apa penyebab percekcokan di rumah orangtuanya.

“Dia (korban) mendengar adik-adiknya ribut di rumah orangtuanya. Mungkin karena dia anak tertua, dia pun datang menghampiri. Tak tahu apa yang terjadi di sana, karena tidak beberapa lama kemudian korban kembali ke kedainya,” ungkap Mekson.

Korban kemudian bergegas mengambil sepedamotornya hendak pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba saja, Amos, adiknya terlihat berlari menghampiri korban yang sudah berada di atas sepedamotor. Keduanya terlibat cekcok hingga terjadi pergulatan antara keduanya.

“Nggak tahu kita dia (korban) mau ke mana saat itu. Mungkin saja mau pergi melapor ke kawan semarganya tentang percekcokan itu. Tiba-tiba saja dengan berlari terburu-buru Amos yang kesehariannya bekerja sebagai pelaut itu mengejarnya dan menghampirinya di atas kereta (sepeda motor). Sempat juga Amos terjatuh saat berlari. Lalu mereka bergulat di atas tanah,” bebernya.

Masih kata Mekson, seorang warga sekitar bermarga Lase sempat berusaha melerai keduanya saat melihat Amos mengeluarkan sebilah pisau dari pinggangnya. Warga yang menyaksikan melihat korban sudah bersimbah darah. Tak diketahui kapan Amos menghujamkan pisaunya ke dada abangnya.

“Mungkin pas bergulat itu, dia (korban) ditusuk. Karena tiba-tiba sudah keluar darah banyak sekali dari dadanya,” kata Mekson.

Korban sempat berdiri dan berjalan menghampiri warga sambil mengatakan kalau dirinya sudah kena tikam. “Mungkin dia mau minta tolong,” papar Mekson.

Beberapa anak muda sekitar yang melihat korban bersimbah darah kemudian membawanya ke rumah sakit. Sebelum sampai di rumah sakit, korban menghembuskan nafas terakhirnya. “Langsung dibawa naik becak ke rumah sakit Metta Medika. Ternyata sampai di rumah sakit, dokter bilang sudah meninggal,” ucapnya.

Sementara pelaku  saat itu tidak langsung melarikan diri. Ia masih terlihat ribut dengan saudaranya yang lain di dalam rumah orangtuanya. Setelah mendengar ada warga yang mencoba menelepon pihak kepolisian, pelaku pun kabur.

“Ada sekitar 10 menit setelah penikaman dia (pelaku) masih ribut di rumah itu sambil megang-megang parang dan memukul-mukulkannya ke meja. Dia lari saat mendengar ada warga yang menelepon polisi,” pungkasnya.

Amatan New Tapanuli (grup SUMUTPOS.CO) di RS Metta Medika Sibolga, kerumunan warga memadati pelataran parkir rumah sakit ingin melihat langsung jenazah korban. Sedangkan pihak kepolisian langsung membawa jenazah untuk diotopsi sebelum kemudian dibawa pulang ke rumahnya.

Sementara Kapolres Sibolga, AKBP Guntur Agung Supono bersama personelnya langsung bergerak mencari pelaku.

SUDAH SERING CEKCOK
Warga sekitar juga mengakui kalau sebelumnya keluarga korban sudah sering cekcok. Korban membuka kedai tuak persis di depan rumah orangtuanya. Untuk menghindari pertikaian, korban kemudian mengalah dan pindah ke sebuah rumah, yang berjarak sekitar 10 meter dari rumah orangtuanya.

“Kita pun nggak tahu apa yang mereka ributkan. Tapi yang pasti sudah sering kali mereka sekeluarga ribut. Jadi bukan kali ini saja pernah cekcok. Sebelumnya korban berlapo tuak di depan rumah orangtuanya itu. Karena mengalah, biar nggak ribut lagi, dia pun pindah ke sini,” kata seorang pria yang tak ingin menyebutkan namanya.

Sebelum kejadian, istri korban sempat melarang untuk tidak menghampiri saudaranya yang cekcok di rumah orangtuanya. Namun, korban nekat karena merasa sebagai anak tertua.

“Sebelum kejadian itu, istrinya sudah melarangnya untuk pergi menghampiri adik-adiknya yang cekcok itu. Tapi mungkin karena merasa sebagai anak tertua, dia pun nekat mendatangi rumah itu,” tandasnya. (ts/smg)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/