30 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Sinabung Kembali Erupsi

KARO, SUMUTPOS.CO – Awal 2021, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo kembali erupsi. Erupsi terjadi pada Minggu (3/1) pagi, sekira pukul 09.34 WIB. Berdasarkan pantuan dari Pos Pengamatan Gunung Sinabung Badan Geologi dan PVMBG, kolom abu terlihat berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut.

Kepala Pos Pantau Gunung Sinabung, Armen Putra mengatakan, Gunung Sinabung berada pada status tingkat III atau siaga. Erupsi ini dengan tinggi kolom abu teramati 1.000 meter di atas puncak, 3.460 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 55 milimeter dan durasi 2 menit 23 detik. Amplitudo guguran awan panas Gunung Sinabung, tercatat 55 milimeter dan berdurasi 142 detik.

“Masyarakat, pengunjung, dan wisatawan, diimbau tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi. Warga juga harus menjauh dan tidak berada di radius 3 kilometer dari puncak Gunung Sinabung,” ungkap Armen.

Armen juga meminta seluruh masyarakat yang berada di dekat Gunung Sinabung, untuk memakai masker bila keluar rumah. Hal itu untuk mengurangi risiko dampak kesehatan dari abu vulkanik dari Gunung Sinabung.

Saat ini aktivitas Gunung Sinabung masih sangat tinggi dan masih sering terjadi gempa yang mengakibatkan awan panas guguran. Aktivitas ini menyebabkan kubah lava semakin besar. Hal ini menyebabkan aktivitas Gunung Sinabung terus berubah sewaktu-waktu atau fluktuatif, ditambah lagi tekanan magma dari dalam perut gunung.

“Selagi kubah lava masih ada, jadi potensi guguran dan awan panas masih tinggi. Untuk tekanan dan jarak luncur masih terus fluktuatif tergantung dari dorongan,” beber Armen.

Untuk itu, Armen mengimbau, agar masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Tanah Karo, untuk tidak mendekati seputaran gunung, khususnya zona merah yang sudah ditetapkan. Karena ancaman awan panas guguran dan erupsi Gunung Sinabung masih cukup tinggi.

Kubah lava di puncak Gunung Sinabung juga sudah cukup besar, hingga berpotensi terjadinya awan panas guguran yang mengarah ke sektor tenggara timur dan selatan, serta bisa juga ke arah lain. Dan masyarakat serta wisatawan juga diimbau untuk menggunakan masker dan pelindung mata untuk mengantisipasi gangguan pernafasan dan penglihatan akibat dampak dari abu vulkanik.

Masyarakat dan pengunjung/wisatawan juga tidak boleh beraktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius 3 kilometer dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 kilometer untuk sektor selatan-timur, dan 4 kilometer untuk sektor timur-utara. (deo/saz)

KARO, SUMUTPOS.CO – Awal 2021, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo kembali erupsi. Erupsi terjadi pada Minggu (3/1) pagi, sekira pukul 09.34 WIB. Berdasarkan pantuan dari Pos Pengamatan Gunung Sinabung Badan Geologi dan PVMBG, kolom abu terlihat berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut.

Kepala Pos Pantau Gunung Sinabung, Armen Putra mengatakan, Gunung Sinabung berada pada status tingkat III atau siaga. Erupsi ini dengan tinggi kolom abu teramati 1.000 meter di atas puncak, 3.460 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 55 milimeter dan durasi 2 menit 23 detik. Amplitudo guguran awan panas Gunung Sinabung, tercatat 55 milimeter dan berdurasi 142 detik.

“Masyarakat, pengunjung, dan wisatawan, diimbau tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi. Warga juga harus menjauh dan tidak berada di radius 3 kilometer dari puncak Gunung Sinabung,” ungkap Armen.

Armen juga meminta seluruh masyarakat yang berada di dekat Gunung Sinabung, untuk memakai masker bila keluar rumah. Hal itu untuk mengurangi risiko dampak kesehatan dari abu vulkanik dari Gunung Sinabung.

Saat ini aktivitas Gunung Sinabung masih sangat tinggi dan masih sering terjadi gempa yang mengakibatkan awan panas guguran. Aktivitas ini menyebabkan kubah lava semakin besar. Hal ini menyebabkan aktivitas Gunung Sinabung terus berubah sewaktu-waktu atau fluktuatif, ditambah lagi tekanan magma dari dalam perut gunung.

“Selagi kubah lava masih ada, jadi potensi guguran dan awan panas masih tinggi. Untuk tekanan dan jarak luncur masih terus fluktuatif tergantung dari dorongan,” beber Armen.

Untuk itu, Armen mengimbau, agar masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Tanah Karo, untuk tidak mendekati seputaran gunung, khususnya zona merah yang sudah ditetapkan. Karena ancaman awan panas guguran dan erupsi Gunung Sinabung masih cukup tinggi.

Kubah lava di puncak Gunung Sinabung juga sudah cukup besar, hingga berpotensi terjadinya awan panas guguran yang mengarah ke sektor tenggara timur dan selatan, serta bisa juga ke arah lain. Dan masyarakat serta wisatawan juga diimbau untuk menggunakan masker dan pelindung mata untuk mengantisipasi gangguan pernafasan dan penglihatan akibat dampak dari abu vulkanik.

Masyarakat dan pengunjung/wisatawan juga tidak boleh beraktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius 3 kilometer dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 kilometer untuk sektor selatan-timur, dan 4 kilometer untuk sektor timur-utara. (deo/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/