26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Potensi Sumut Melimpah, Pengelolanya Belum Maksimal

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat periode 2015–2020, Letjen TNI (Purn) Cornel Simbolon, M.Sc.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Potensi sumber daya alam di Sumatera Utara begitu melimpah. Mulai dari pertanian, perikanan, kelautan, pertambangan, pariwisata, dan sebagainya. Namun perekonomian Sumut masih begitu-begitu saja, belum ada kemajuan yang signifikan. Ditengarai, hal ini karena kepemimpinan di Sumut, baik eksekutif maupun legislatif, sibuk dengan kepentingan sesaat hingga pengelolaan seluruh potensi yang ada, terabaikan.

“Misalkan saja, secara geografis, garis pantai di seluruh Sumut mencapai 562 kilometer. Namun Sumut belum mampu memaksimalkan manfaat ekonomi dari sana. Selat Melaka, setiap hari dilewati 1.100 kapal. Dan 29 persen di antaranya merupakan kapal pengangkut minyak kebutuhan dunia. Tapi Sumut tak mampu menangkap peluang ekonomi dari lalu-lintas kapal tersebut,” kata Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat periode 2015–2020, Letjen TNI (Purn) Cornel Simbolon, M.Sc, dalam sebuah bincang-bincang dengan wartawan di Medan, Senin (3/7/2017).

Kata mantan perwira tinggi TNI Angkatan Darat ini, Singapura berhasil menangkap peluang ekonomi dari padatnya lalu-lintas kapal di Selat Melaka, dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dimulai dengan menyediakan pelabuhan yang mumpuni, dipadu dengan service terbaik kepada para nakhoda kapal yang melintas.

“Hasilnya, Singapura berhasil menangguk pundi-pundi, mulai dari penyediaan fasilitas bongkar muat, pemasokan bahan makanan untuk kapal-kapal, penjualan pasokan bahan bakar, air minum. Semua dijadikan uang. Bahkan parkir kapal di pelabuhan pun jadi uang, yang dihitung per ton berat kapal per hari. Sementara kita… sampahnya aja yang kita dapat,” kata pria kelahiran Pangururan, Samosir, Sumatera Utara, 14 Juli 1951 lalu ini,

Menurut mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) 2007-2008 ini, potensi ekonomi Sumut masih banyak yang belum digali dan dikelola. Misalnya perikanan laut yang masih banyak dirampok nelayan asing, karena nelayan kita kurang dibekali ketrampilan dan kapal yang mumpuni. Selain itu, penjagaan lepas pantai juga kurang maksimal karena petugas patroli pantai kalah fasilitas dari para pencuri ikan.

“Sementara para pemimpin hanya bersantai saja. Tak bisa mampu memanfaatkan potensi yang ada, hingga Sumut tidak dapat apa-apa. Yang bisa dipromosikannya hanya soal memancing di Pulau Berhala. Kurang kreatif,” cetusnya.

Sumut, lanjutnya, juga memiliki potensi pertanian, berupa sayur mayur yang bisa dikelola lebih maksimal, seandainya pemerintahnya lebih peduli. Tidak membiarkan petani dan pengekspor berjalan sendiri.

“Bahkan air Danau Toba yang dibuang ke Selat Melaka melalui Sungai Asahan, bisa dijual ke Singapura asalkan pemerintahnya mampu berdiplomasi untuk kepentingan Sumut. Singapura membutuhkan air bersih, dan Sumut memilikinya secara melimpah,” tandasnya.

Sebagai anak asli Sumut yang peduli dengan kemajuan Sumut, Cornel Simbolon mengaku, kepemimpinan di Sumut harus berbenah. “Gubernurnya saja sudah dua kali masuk penjara karena korupsi. DPRD nya begitu juga. Kapan Sumut maju kalau begini? Rakyat yang akan memilih pemimpin pada Pilgubsu 2018, perlu memiliki kriteria pemimpin yang baik,” katanya.

Kelemahan sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia saat ini, menurut Cornel, ada pada kurangnya pengetahuan masyarakat tentang track record para calon yang maju. Sementara sistem pilkada mengizinkan siapapun mencalonkan diri, asalkan memenuhi syarat minimal yang ditetapkan. Akhirnya, calon yang terbukti korupsi dan pernah dipenjara pun, bisa mencalonkan diri.

“Ini jadi problem. Karena saat ini, 50 persen masyarakat kita saat ini tidak tau apa yang terjadi di negaranya. Ia hanya mendengar apa kata panutannya. A katanya, A lah yang akan diikuti sampai ke bawah. Demokrasi kita belum bisa disamakan dengan demokrasi di Amerika, karena tingkat pemahaman masyarakatnya tidak sama. Dan satu lagi, demokrasi di Amerika saja tidak sebebas di Indonesia saat ini,” cetusnya.

Untuk itu, Cornel mengajak seluruh masyarakat agar memilih pemimpin Sumut yang memiliki integritas, sehingga ke depannya Sumut tidak ‘begini-begini saja’. “Pilihlah pemimpin yang konsekuen dengan janji yang dibuatnya, dan mampu membuat peraturan yang benar dengan konsekusi yang jelas dan tegas. Kunci perubahan ada di tangan pemimpin. Kalau pemimpinnya tidak baik atau tidak mampu, Sumut takkan keluar dari situasi ini,” tutupnya. (mea)

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat periode 2015–2020, Letjen TNI (Purn) Cornel Simbolon, M.Sc.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Potensi sumber daya alam di Sumatera Utara begitu melimpah. Mulai dari pertanian, perikanan, kelautan, pertambangan, pariwisata, dan sebagainya. Namun perekonomian Sumut masih begitu-begitu saja, belum ada kemajuan yang signifikan. Ditengarai, hal ini karena kepemimpinan di Sumut, baik eksekutif maupun legislatif, sibuk dengan kepentingan sesaat hingga pengelolaan seluruh potensi yang ada, terabaikan.

“Misalkan saja, secara geografis, garis pantai di seluruh Sumut mencapai 562 kilometer. Namun Sumut belum mampu memaksimalkan manfaat ekonomi dari sana. Selat Melaka, setiap hari dilewati 1.100 kapal. Dan 29 persen di antaranya merupakan kapal pengangkut minyak kebutuhan dunia. Tapi Sumut tak mampu menangkap peluang ekonomi dari lalu-lintas kapal tersebut,” kata Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat periode 2015–2020, Letjen TNI (Purn) Cornel Simbolon, M.Sc, dalam sebuah bincang-bincang dengan wartawan di Medan, Senin (3/7/2017).

Kata mantan perwira tinggi TNI Angkatan Darat ini, Singapura berhasil menangkap peluang ekonomi dari padatnya lalu-lintas kapal di Selat Melaka, dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dimulai dengan menyediakan pelabuhan yang mumpuni, dipadu dengan service terbaik kepada para nakhoda kapal yang melintas.

“Hasilnya, Singapura berhasil menangguk pundi-pundi, mulai dari penyediaan fasilitas bongkar muat, pemasokan bahan makanan untuk kapal-kapal, penjualan pasokan bahan bakar, air minum. Semua dijadikan uang. Bahkan parkir kapal di pelabuhan pun jadi uang, yang dihitung per ton berat kapal per hari. Sementara kita… sampahnya aja yang kita dapat,” kata pria kelahiran Pangururan, Samosir, Sumatera Utara, 14 Juli 1951 lalu ini,

Menurut mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) 2007-2008 ini, potensi ekonomi Sumut masih banyak yang belum digali dan dikelola. Misalnya perikanan laut yang masih banyak dirampok nelayan asing, karena nelayan kita kurang dibekali ketrampilan dan kapal yang mumpuni. Selain itu, penjagaan lepas pantai juga kurang maksimal karena petugas patroli pantai kalah fasilitas dari para pencuri ikan.

“Sementara para pemimpin hanya bersantai saja. Tak bisa mampu memanfaatkan potensi yang ada, hingga Sumut tidak dapat apa-apa. Yang bisa dipromosikannya hanya soal memancing di Pulau Berhala. Kurang kreatif,” cetusnya.

Sumut, lanjutnya, juga memiliki potensi pertanian, berupa sayur mayur yang bisa dikelola lebih maksimal, seandainya pemerintahnya lebih peduli. Tidak membiarkan petani dan pengekspor berjalan sendiri.

“Bahkan air Danau Toba yang dibuang ke Selat Melaka melalui Sungai Asahan, bisa dijual ke Singapura asalkan pemerintahnya mampu berdiplomasi untuk kepentingan Sumut. Singapura membutuhkan air bersih, dan Sumut memilikinya secara melimpah,” tandasnya.

Sebagai anak asli Sumut yang peduli dengan kemajuan Sumut, Cornel Simbolon mengaku, kepemimpinan di Sumut harus berbenah. “Gubernurnya saja sudah dua kali masuk penjara karena korupsi. DPRD nya begitu juga. Kapan Sumut maju kalau begini? Rakyat yang akan memilih pemimpin pada Pilgubsu 2018, perlu memiliki kriteria pemimpin yang baik,” katanya.

Kelemahan sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia saat ini, menurut Cornel, ada pada kurangnya pengetahuan masyarakat tentang track record para calon yang maju. Sementara sistem pilkada mengizinkan siapapun mencalonkan diri, asalkan memenuhi syarat minimal yang ditetapkan. Akhirnya, calon yang terbukti korupsi dan pernah dipenjara pun, bisa mencalonkan diri.

“Ini jadi problem. Karena saat ini, 50 persen masyarakat kita saat ini tidak tau apa yang terjadi di negaranya. Ia hanya mendengar apa kata panutannya. A katanya, A lah yang akan diikuti sampai ke bawah. Demokrasi kita belum bisa disamakan dengan demokrasi di Amerika, karena tingkat pemahaman masyarakatnya tidak sama. Dan satu lagi, demokrasi di Amerika saja tidak sebebas di Indonesia saat ini,” cetusnya.

Untuk itu, Cornel mengajak seluruh masyarakat agar memilih pemimpin Sumut yang memiliki integritas, sehingga ke depannya Sumut tidak ‘begini-begini saja’. “Pilihlah pemimpin yang konsekuen dengan janji yang dibuatnya, dan mampu membuat peraturan yang benar dengan konsekusi yang jelas dan tegas. Kunci perubahan ada di tangan pemimpin. Kalau pemimpinnya tidak baik atau tidak mampu, Sumut takkan keluar dari situasi ini,” tutupnya. (mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/