28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Harimau Mati Ditombak dan Ditembak

Warga ‘Dihantui’ Siluman Harimau

Konflik ini sudah mengakibat seorang warga mengalami luka digigit harimau. Hal inilah yang membuat warga di Kecamatan Batang Natal, digemparkan dengan isu harimau kepala manusia, atau disebut dengan Siluman Harimau.

Rina mengatakan, isu beredar di tengah masyarakat ada Siluman Harimau berwajah manusia. Dengan itu, sekitar 50 orang warga dari Desa Hutalobu, Desa bangkelang dan Desa Tambang Kaluang, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal.

Namun pada saat pencarian, warga menemukan lubang atau gua yg dicurigai sebagai tempat persembunyian dan warga memasuki gua untuk memeriksa dan tiba-tiba  muncul Harimau di gua tersebut. “Sehingga menggigit masyarakat yang sedang melakukan pencarian tersebut sebanyak 1 orang,” kata Rina.

“Perlu kami laporkan juga, bahwa pada Jumat 16 Febuari 2018. Harimau tersebut telah menggigit warga setempat, sehingga mengakibatkan 1 orang penduduk terluka, saat ini situasi telah aman dan kondusif,” kata Rina.

Sementara itu, Humas BBKSDA Sumut Evansus Manalu mengungkapkan pihak tetap terus melakukan pencegahan dan menekan angka konflik harimau dengan manusia dengan memberikan edukasi dan pemahamanan terhadap mengatasi serangan harimau masuk ke dalam pemukiman warga.

“Kami mengimbau kepada masyarakat dengan cara penyuluhan dan membatasi daerah-daerah yang rawan, serta memberikan edukasi mengusir satwa liar seperti harimau ini,” tutur Evansus kembali.

Pihak BBKSDA Sumut juga sudah memberikan pemahaman dan batasan untuk tidak melakukan aktivitas, dengan lokasi populasi satwa liar buas itu.

“Tidak mengganggu dari daerah yang dikuasi harimau, harus melihat itu. Kita memberikan pemahaman itu kepada masyarakat,” tandasnya.

Terpisah, pengamat lingkungan hidup, Rasyid Assaf Dongoran, mengatakan konfilik ini jangan pernah menyalahkan masyarakat sekitar sendiri. Begitu juga dengan saling menyalahi. “Saat ini saya berada di lokasi. Kita di sini jangan saling menyalahi, karena masyarakat juga takut dengan keberadaan harimau. Begitu juga populasi dan habitatnya harimau sendiri juga terancam,” ucap Rasyid kepada Sumut Pos, kemarin petang.

Dengan adanya konflik ini, lanjut Rasyid, seharusnya pemerintah turun dan hadir menyelesaikan konflik ini. Karena konflik manusia dan harimau tidak akan berakhir.

“Harusnya pemerintah mengkaji ulang dari keseluruhan izin pengelola hutan dari Madina, Taput, dan Tapteng. Karena di sini konflik itu terus terjadi,” tutur Rasyid dari Sumatra Rainforest Institute (SRI).

Dia juga mengatakan, warga di Kecamatan Batang Natal sudah memberikan pemahaman lebih maju untuk mengatasi konflik dengan harimau. Namun karena kebuasan dan ketakutan, membuat warga membunuh harimau tersebut.

“Kenapa Harimau itu digantung masyarakat, untuk mencegah Harimau itu dimutilasi dan dagingnya dibagi-bagi warga. Nah, di situ ada kemajuan pemahamanan warga dari sebelumnya memutilasi hingga dagingnya dibagi-bagikan,” pungkasnya.(gus/han)

 

 

 

Warga ‘Dihantui’ Siluman Harimau

Konflik ini sudah mengakibat seorang warga mengalami luka digigit harimau. Hal inilah yang membuat warga di Kecamatan Batang Natal, digemparkan dengan isu harimau kepala manusia, atau disebut dengan Siluman Harimau.

Rina mengatakan, isu beredar di tengah masyarakat ada Siluman Harimau berwajah manusia. Dengan itu, sekitar 50 orang warga dari Desa Hutalobu, Desa bangkelang dan Desa Tambang Kaluang, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal.

Namun pada saat pencarian, warga menemukan lubang atau gua yg dicurigai sebagai tempat persembunyian dan warga memasuki gua untuk memeriksa dan tiba-tiba  muncul Harimau di gua tersebut. “Sehingga menggigit masyarakat yang sedang melakukan pencarian tersebut sebanyak 1 orang,” kata Rina.

“Perlu kami laporkan juga, bahwa pada Jumat 16 Febuari 2018. Harimau tersebut telah menggigit warga setempat, sehingga mengakibatkan 1 orang penduduk terluka, saat ini situasi telah aman dan kondusif,” kata Rina.

Sementara itu, Humas BBKSDA Sumut Evansus Manalu mengungkapkan pihak tetap terus melakukan pencegahan dan menekan angka konflik harimau dengan manusia dengan memberikan edukasi dan pemahamanan terhadap mengatasi serangan harimau masuk ke dalam pemukiman warga.

“Kami mengimbau kepada masyarakat dengan cara penyuluhan dan membatasi daerah-daerah yang rawan, serta memberikan edukasi mengusir satwa liar seperti harimau ini,” tutur Evansus kembali.

Pihak BBKSDA Sumut juga sudah memberikan pemahaman dan batasan untuk tidak melakukan aktivitas, dengan lokasi populasi satwa liar buas itu.

“Tidak mengganggu dari daerah yang dikuasi harimau, harus melihat itu. Kita memberikan pemahaman itu kepada masyarakat,” tandasnya.

Terpisah, pengamat lingkungan hidup, Rasyid Assaf Dongoran, mengatakan konfilik ini jangan pernah menyalahkan masyarakat sekitar sendiri. Begitu juga dengan saling menyalahi. “Saat ini saya berada di lokasi. Kita di sini jangan saling menyalahi, karena masyarakat juga takut dengan keberadaan harimau. Begitu juga populasi dan habitatnya harimau sendiri juga terancam,” ucap Rasyid kepada Sumut Pos, kemarin petang.

Dengan adanya konflik ini, lanjut Rasyid, seharusnya pemerintah turun dan hadir menyelesaikan konflik ini. Karena konflik manusia dan harimau tidak akan berakhir.

“Harusnya pemerintah mengkaji ulang dari keseluruhan izin pengelola hutan dari Madina, Taput, dan Tapteng. Karena di sini konflik itu terus terjadi,” tutur Rasyid dari Sumatra Rainforest Institute (SRI).

Dia juga mengatakan, warga di Kecamatan Batang Natal sudah memberikan pemahaman lebih maju untuk mengatasi konflik dengan harimau. Namun karena kebuasan dan ketakutan, membuat warga membunuh harimau tersebut.

“Kenapa Harimau itu digantung masyarakat, untuk mencegah Harimau itu dimutilasi dan dagingnya dibagi-bagi warga. Nah, di situ ada kemajuan pemahamanan warga dari sebelumnya memutilasi hingga dagingnya dibagi-bagikan,” pungkasnya.(gus/han)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/